Parenting Islami: Anakku Bertanya, Boleh Nggak Berteman dengan Non-Muslim?

Parenting Islami: Anakku Bertanya, Boleh Nggak Berteman dengan Non-Muslim?

Jika anak ibu sekalian bertanya, kenapa kita kok harus berteman dengan orang non-muslim atau berbeda dengan kita?

Parenting Islami: Anakku Bertanya, Boleh Nggak Berteman dengan Non-Muslim?

Bila anak bertanya seperti ini, sebenarnya jawabannya mudah saja. Sebagai orang Islam, kita wajib meneladani Nabi Muhammad. Teladan yang beliau berikan kepada umat Islam dalam hal pergaulan sosial adalah untuk menjalin hubungan baik dengan semua orang, tanpa memandang latar belakang yang bersangkutan, entah itu keturunan, kekayaan, atau agamanya.

Sejak sebelum menjadi Nabi, Muhammad telah terkenal sebagai al-Amin, orang yang dapat dipercaya. Ini tentu karena beliau selalu memegang kata-katanya dan tak segan membantu mereka yang memerlukan. Setelah menjadi Nabi pun, beliau tetap menjalin hubungan baik dengan orang Kristen, dan memiliki pelayan serta sahabat dari kalangan Yahudi.

Sikap Nabi Muhammad yang selalu baik kepada siapa saja inilah yang membuat banyak orang tertarik dengan agama Islam. Al-Quran sendiri menegaskan bahwa Nabi memang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan contoh ini, jelaslah bahwa kita juga harus berbuat seperti itu: bergaul dan menjalin hubungan baik dengan siapa saja meski dia non-Muslim atau berbeda dengan kita

Namun bila sampai pertanyaan ini muncul dari anak, terutama yang sudah  bersekolah, mungkin Anda sebagai orangtua perlu menyelidiki lebih lanjut, mengapa pertanyaan ini sampai muncul.

Bila lingkungan anak sudah beragam dan menghormati keberagaman, pertanyaan ini seharusnya tidak muncul. Semua manusia pada awalnya belajar tentang sikap dan perilaku yang diterima melalui konteks sosial, melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Bila lingkungan anak sudah terbiasa dengan keragaman dan menghormati perbedaan, tentu anak akan menganggap wajar saja berteman dengan mereka yang berbeda.

Sebaliknya, bila lingkungan anak terlalu homogen atau kurang menghormati keberagaman, mungkin orangtua perlu melakukan intervensi lanjutan dengan mencarikan pengalaman keberagaman bagi anak. Fondasi yang kokoh berupa pengalaman positif menghadapi keberagaman di usia-usia awal akan sangat membantu agar kelak anak menjadi orang dewasa yang tidak gagap menghadapi perbedaan.