Solo- Penolakan diskusi buku kembali terjadi. Kali ini yang menjadi korban adalah buku intelektual muslim, Haidar Bagir, bertajuk ‘Islam Tuhan, Islam Manusia’ yang akan digelar di IAIN Solo 7 Mei 2017 mendatang. Penolakan ini dilakukan oleh kelompok yang megnatasnamakan umat Islam se-Solo Raya. Untuk itu, kalangan akademisi kampus dari UIN Walisongo pun memberikan dukungan kepada sejawanya yang berada di IAIN Solo yang sedang menghapapi kelompok intoleran tersebut.
“Kami Rahim Bangsa UIN Walisongo, komunitas akademisi yang mengusung Islam Rahmatan Iil Alamin dan peduli dengan isu kebangsaan serta keberagaman menyatakan dukungan sepenuhnya kepada IAIN Surakarta untuk tetap menyelenggarakan diskusi Buku ‘Islam Tuhan, Islam Manusia’ tersebut dalam rangka menjaga marwah perguruan tinggi sebagai tempat ilmuwan memproduksi dan mengembangkan pengetahuan dan peradaban,” tutur Nur Hasyim, yang juga dosen di IAIN Walisongo.
Rahim Bangsa juga meyampaikan keprihatinan atas sikap aparat keamanan yang belum juga memahami tugas pokok dan fungsinya sebagai alat negara. Alih-alih melindungi dan menjaga kebebasan mimbar akademik, aparat kemananan justru mendatangi kampus dan menyarankan penyelenggara untuk menghentikan kegiatan dan jika tetap diselenggarakan, aparat keamanan tidak mau bertanggungjawab jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Ini sebuah kesalahan berfikir akut yang dimiliki oleh aparat keamanan di Indonesia.
Bagi Rahim Bangsa, kampus sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat ilmuwan mendialogkan, mendiskusikan, dan menguji secara kritis berbagai pemikiran untuk mengembangkan pengetahuan yang ditujukan untuk menciptakan kehidupan yang manusiawi dan beradab. Dialog dan pengujian pemikiran ini hanya dapat terwujud dalam suasana yang bebas tanpa ancaman rasa takut dan dalam bingkai dan prinsip penghormatan terhadap perbedaan pandangan.
“Penebaran rasa takut dalam bentuk ancaman, boikot dan pembubaran terhadap aktivitas Perguruan Tinggi pada hakekatnya adalah pemberangusan terhadap keberadaan Perguruan Tinggi itu sendiri yang pada akhirnya merupakan ancaman terhadap kehidupan dan peradaban,” tambahnya,
Lebih lanjut, sikap abai dan ketundukan aparat keamanan terhadap tekanan kelompok yang mengancam kebebasan mimbar akademik menandakan negara kalah oleh kelompok intoleran sekaligus menandakan kegagalan negara dalam menjalankan mandat yang paling asasi yakni menghormati, melindungi dan memenuhi hak setiap warga negara yakni hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi dan yang paling penting negara gagal menjamin terselenggaranya proses pendidikan dan pembelajaran yang memiliki peran penting bagi keberlangsungan bangsa dan negara Indonesia.
Kasus Boikot dan ancaman pembubaran diskusi buku di IAN Surakarta merupakan ujian pertama terhadap deklarasi 50 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di IAIN Arraniri Aceh tentang peneguhan komitmen kebangsaan dan komitmen perlawanan terhadap segala bentuk sikap dan tindakan intoleransi. Kasus boikot diskusi buku di IAIN Surakarta juga ujian bagi seberapa kuat solidaritas antar Perguruan Tinggi Islam Negeri serta Perguruan Tinggi Islam lainnya dalam merespon sikap intoleransi dan ancaman terhadap kebebasan mimbar akademik di Perguruan Tinggi.
“Oleh sebab itu, Rahim Bangsa UIN Walisongo Semarang menyeru kepada PTKIN dan PTKIS dan Perguruan Tinggi pada umumnya untuk menolak segala bentuk upaya pemberangusan kebebasan mimbar akademik di Indonesia dengan mendukung IAIN Surakarta untuk tetap menyelenggarakan diksusi buku “Islam Tuhan, Islam Manusia” Karya Dr. Haidar Bagir sebagai wujud menjaga landasan asasi pergurun tinggi yakni kebebasan mimbar akademik dalam rangka membangun pengetahuan dan peradaban,” tutupnya.
Kasus pemboikotan ini terjdii setelah sekelompok elemen masyarakat yang mengatasnamakan Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), MUI dan ANNAS (Aliansi Nasional Anti-Syiah) mendatangi pihak rektorat IAIN Solo pada Rabu (03/05/2017) menolak penyelenggaran acara diskusi buku “Islam Tuhan Islam Manusia” di kampus tersebut pada 9 Mei 2017 mendatang. (DP)