Pandemi sedang berlangsung namun kasus terorisme tetap tak terbendung. Bahkan, laporan penelitian The Habibie Center yang berjudul “Pandemi, Demokrasi, dan Ekstremisme Berkekerasan di Indonesia” menyimpulkan bahwa kelompok ekstremisme kekerasan melakukan pemantauan lebih aktif secara daring selama pandemi.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa kelompok ekstremisme kekerasan melakukan pemantauan aktif secara daring selama pandemi. Mereka menganggap bahwa masa pandemi menjadi waktu yang tepat untuk melancarkan aksi karena respon pemerintah yang teralihkan untuk menangani berbagai prioritas dan dampak kesehatan, ekonomi, dan sosial akibat pandemi.
Selain itu, situasi ini juga menjadi celah untuk menyebarkan narasi anti negara dan merekrut orang-orang yang putus kerja. Tak sampai di sana, mereka juga menarik simpati masyarakat melalui aksi-aksi kemanusiaan terselubung dan alternatif pendidikan murah.
K-Hub Agar Media Pencegahan dan Kontra Terorisme Tidak Tumpang Tindih
Untuk menanggulangi hal itu, ada tiga hal yang perlu dilakukan menurut The Habibi Center, yaitu pertama, penguatan kembali peran masyarakat sipil dan kebebasan berpendapat. Kedua, menjamin akuntabilitas, check and balance, dan evaluasi pelibatan aktor keamanan dalam penanganan pandemi. Ketiga, perbanyak program berbasis komunitas yang menguatkan kohesi sosial dan mendorong solidaritas.
Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat puluhan organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kekerasan (PCVE – Preventing and Countering Violent Extremism). Sayangnya, inisiatif-inisiatif tersebut tak pernah terpetakan dengan baik dan dampaknya sulit dilacak.
“Karena program PCVE tidak terpetakan dengan baik, repetisi dan tumpang tindih program sering terjadi sehingga boros energi dan dana. Padahal, banyak area lain yang juga perlu diperhatikan dan menjadi fokus program. Organisasi masyarakat sipil penggerak inisiatif PCVE perlu merapatkan barisan,” tutur Irfan Amalee, Executive Director PeaceGeneration Indonesia.
Hal inilah yang melatarbelakangi hadirnya K-Hub yang diinisiasi oleh PeaceGeneration Indonesia. K-Hub merupakan sebuah platform teknologi untuk berbagi pengetahuan, data, dan kolaborasi mengenai pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kekerasan (PCVE) di Indonesia.
Melalui teknologi yang mutakhir, K-Hub bertujuan untuk mengemas praktik baik jadi menarik, dampak jadi nampak, dan berita menjadi cerita sehingga para inisiator PCVE bisa mengambil langkah progresif dalam pencegahan dan penanganan ekstremisme kekerasan.
Melalui teknologi yang mutakhir, K-Hub mengintegrasikan data-data penting PCVE ke dalam pusat data K-Hub. Pusat data ini memuat berbagai produk seperti hasil penelitian, lembar kebijakan, buku, modul, dan produk lainnya dari organisasi mitra K-Hub. Sesuai dengan kebutuhan dan jenjang akses, mitra K-Hub maupun masyarakat umum dapat mengakses data K-Hub.
Selain pusat data, K-Hub juga menawarkan layanan digital bagi organisasi PCVE untuk mengelola dan mengolah datanya sehingga mendorong pengambilan keputusan berdasarkan bukti (data-driven decision making).
Sementara itu, masyarakat umum dapat mengakses acara Virtual Exhibition K-Hub Launching sejak 14 hingga 27 Juni 2021. Pameran virtual ini akan menampilkan 23 upaya PCVE terbaik di Indonesia hasil kurasi K-Hub. Tak hanya itu, dua acara webinar nasional akan berlangsung pada 15 dan 21 Juni 2021. Masyarakat dapat mengakses rangkaian kegiatan K-Hub Launching secara gratis melalui website K-Hub. Peserta juga akan mendapatkan sertifikat partisipasi dan berkesempatan mendapatkan hadiah menarik dari K-Hub. (AN)