Saya membayangkan Pak Jokowi dan seluruh timsesnya tersenyum lega saat Pak Prabowo hadir di acara reuni 212. Sebab dengan begitu, makin menguatkan citra bahwa Pak Prabowo adalah simbol pemimpin Islam garis tertentu, —yang bagi beberapa kalangan menyebutnya dengan garis keras. Tentu saja, sitgma ini akan merugikan Pak Prabowo, dan menguntungkan posisi Pak Jokowi. Kenapa? Karena suara pemilih non muslim (yang harap diketahui, jumlah para pemilih non muslim di seluruh Indonesia ini tidak bisa begitu saja diremehkan), akan semakin takut dan ragu untuk memilih Pak Prabowo. Mereka akan merapat ke kubu Pak Jokowi, yang dikesankan lebih nasionalis, lebih demokratis, dan bisa mengayomi semua kalangan.
Sepak terjang FPI selama ini, ditambah berbagai hiruk-pikuk yang menyangkut bendera tauhid, riak-riak persolana HTI yang belum sepenuhnya padam, aroma kebencian dan saling hujat antar sesama muslim di media sosial, serta kemuakan banyak orang pada aroma kebencian atas politisasi agama; makin menjadi bara api yang merugikan posisi Pak Prabowo. Tentu saja, Pak Prabowo bukan bagian dari semua itu. Tapi ketika beliau sudah berhasil digiring menjadi simbol dari kekuatan ini, mau tidak mau ia akan kena getahnya. Hadirnya Pak Prabowo di reuni 212, adalah peneguhan yang nyata, —tanpa keraguan.
Pak Prabowo, saya duga, akan kehilangan banyak suara non Muslim. Tinggal beliau berjuang merebut kue mayoritas suara Muslim, yang sayangnya, telah terpecah menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama yang dianggap representasi garis keras (kelompok yang telah berdiri solid di belakang Pak Prabowo) dan kelompok kedua yang mengedepankan ciri-ciri nasionalis “NKRI harga mati”, yang sebagaimana diketahui, telah berdiri kokoh di belakang Pak Jokowi (dengan dipilihnya KH Ma’ruf Amin sebagai wakil dari Nahdiyin NU).
Nah, tinggal suara Muslim moderat, intelektual, kelas menengah terpelajar perkotaan, ke mana mereka akan berpihak? Sudah gampang ditebak, bukan? Bahwa kalangan inilah yang paling banyak menyuarakan kemuakan terhadap berbagai macam kekerasan serta kebencian atas nama agama.
Saran saya, Pak Prabowo segeralah mengubah citra. Mumpung masih ada waktu beberapa bulan ke depan.