Otak-atik Ayat Al-Qur’an

Otak-atik Ayat Al-Qur’an

Bagaimana kita gemar otak-atik ayat Al-Quran

Otak-atik Ayat Al-Qur’an
Al-Qur’an

Ada seseorang yg mengirim pesan dengan nada provokatif. Dia bilang, apa yang terjadi di Jakarta sudah diisyaratkan dalam Qur’an, katanya. Lihat baik-baik angkanya. Semuanya sudah jelas. Ribut hasil pemilu itu sesuai belaka dengan Qur’an surat 44:50: “Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kamu meragu-ragukannya.”

Dengan begitu, seolah-olah sekarang ini kita sedang menunggu adzab Tuhan yang segera datang. Akan terjadi rusuh dan itu sudah dibenarkan oleh kitab suci.

Astaghfirullah…!

Ini bulan puasa, bulan ketika kitab suci ini diturunkan Allah sebagai petunjuk untuk mencari kebenaran, bahkan kita sedang dalam suasana peringatan nuzulul Qur’an, kok ya tega-teganya ada yang main-main manipulasi ayat Qur’an untuk tujuan yang begitu negatif ya? Tanpa ilmu pengetahuan yang cukup pula.

Aku tahu, pengirim itu hanya main othak-athik dalam penafsiran ayat. Karena othak-athik, yang diacari ya yang cocok-cocok saja, tanpa mempedulikan asbabun nuzul, alias konteks penurunan ayat-ayat al Qur’an, bahkan tanpa mempedulikan ayat-ayat lain di sekitarnya, apalagi keseluruhan pesan dari suatu surat yang samasekali berbeda arahnya. Pendeknya, tanpa ilmu tafsir samasekali!

Orang begini, kl diajak mikir, apalagi memahami secara hati-hati setiap ayat sebagai bagian dari keseluruhan surat dan semuanya itu punya konteks, punya tafsir yang sudah terekam dalam tradisi panjang yang ditulis para mufassir dan ‘ulama sejak berabad-abad, biasanya akan melengos. Terlalu rumit. Maka sengaja ia kujawab secara iseng juga, pakai metode othak-athik yang jadi jurusnya. Biar klop.

Kutanya, kenapa yang dibuka Surat 44:50? Kan hasil pemilu itu bukan 44:50, tapi 44:55? Coba buka Qur’an 44:55, bunyinya beda lho, yakni: “Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)”. Lho, bagus sekali, positif sekali kan?

Atau, bisa juga buka Surat 55 ayat 44, yang berbunyi: “Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya.” Waduh, siapa sekarang yang sedang bergerombol di Jakarta itu ya? Hati-hati lho, Qur’an sudah mengisyaratkan bahwa mereka berkerumun di dekat air mendidih yang memuncak panasnya. Bahaya sekali itu. Mbok sudah, pulang saja. Cari buka bersama. Ikut peringatan Nuzulul Qur’an, biar hatinya tenteram. Sebentar lagi kita lebaran, buat apa cari rusuh tanpa juntrungan?

Tadi ketika aku mengajak si pengirim pesan pakai metode othak-athik untuk mbuka ayat-ayat itu sebetulnya niatku ya iseng saja. Ternyata ia bisa juga dipakai untuk membalik argumen si pengirim pesan secara telak. Maksudku, bukan berarti bahwa cara othak-athik itu benar dan QS 44:55 atau 55:44 itu maksudnya begitu. Tapi aku cuma ingin menunjukkan bahwa cara yang persis sama bisa dipakai dengan hasil yang sangat berbeda. Karena itulah ia sebetulnya samasekali bukan metode yang valid.

Agama ini memang merangkum segala sesuata. Lengkap, komplit, pepak. Tapi ya jangan terus kita perlakukan agama seperti mal, hanya diambil bagian-bagian yang kita sukai atau kita butuhkan, lalu tinggalkan hal lain yang tidak kita sukai. Itu namanya beragama dengan nafsu.

Ketika praktek agama sudah dikendalikan oleh nafsu, jika orang yang mempraktekkan memang dasarnya ingin berkelahi ya dia hanya mencari dari agama apasaja yang bisa dipakainya untuk membenarkan nafsu amarahnya untuk berkelahi. Semua jadi repot.

Na’udzubillahi min dzalik.