Muhammad Mustafa al-A’zami merupakan ulama India yang dilahirkan di Mano, Azamgardh, wilayah Uttar Pradesh, India Utara. Nama A’zami merupakan nisbat dari daerah Azamgardh. Laki-laki yang biasa disebut M.M A’zami ini dikenal sebagai ulama yang sangat mencintai ilmu, khususnya keislaman.
Kecintaannya pada ilmu keislaman dilatarbelakangi arahan ayahnya yang mendorongnya untuk mengenyam pendidikan agama dengan pengantar bahasa Arab, khususnya di bidang hadis dan ilmu hadis.
Kala itu India merupakan daerah jajahan Inggris. India mengalami perpecahan dan rakyatnya berpencar menjadi kelompok-kelompok kecil sehingga mudah dikuasai. Hal itu berdampak pada kebencian rakyat India kepada Inggris, tak heran jika ayah A’zami pun sangat membenci bahasa Inggris dan melarang anaknya untuk mempelajari bahasa tersebut. Jadilah ia mengarahkan A’zami kepada ilmu agama dengan pengantar bahasa Arab.
Pendidikan A’zami banyak dipengaruhi arahan orangtuanya. Oleh karenanya, tak heran bila A’zami membenci ideologi imperialisme. Laki-laki kelahiran tahun 1932 ini menempuh pendidikannya di Darul Uloom Deoband, India (1952) kemudian melanjutkan ke Universitas Al-Azhar Mesir (1995).
Pada 1956, A’zami menjadi dosen Bahasa Arab untuk orang-orang non Arab di Qatar. Lalu ia menjabat sebagai Sekretaris Perpustakaan Nasional Qatar (Dār al-Kutub al-Qatariyyah) di tahun selanjutnya. Tak puas dengan ilmu yang dimiliki, A’zami kemudian melanjutkan pendidikan doktoralnya di Universitas Cambridge Inggris pada tahun 1964. Dua tahun setelahnya, ia lulus dengan judul disertasi “Studies in Early Literature with A Critical Edition of Some Early Text” (Kajian Tentang Literatur Hadis Masa Dini dengan Kritikal- Sejumlah Naskah Kuno, red)
Pada tahun 1968 A’zami mengundurkan diri dari jabatannya di perpustakaan Qatar dan pindah ke Makkah al-Mukarramah untuk mengajar di Universitas King ‘Abd al-Aziz (kini Universitas Umm al-Qurra). Di tahun 1973 ia pindah ke Riyadh untuk mengajar di Pascasarjana Universitas Riyadh (kini Universitas King Saud) Jurusan Studi Islam, Di sana, ia juga menjadi guru besar hadis dan ilmu hadis.
Karena kedalaman ilmunya di bidang hadis, A’zami dikenal sebagai ahli hadis kontemporari yang sering menentang pemikiran para orientalis yang skeptis terhadap hadis, seperti Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht. Ia juga ikut andil dalam perdebatan kajian hadis di Barat bersama para orientalis,
Pemikiran A’zami tidak musnah begitu saja, semuanya diabadikan dalam berbagai karya tulisnya. Beberapa karyanya dalam bidang hadis diantaranya Studies in Early Hadith Literature, On Schacht’s Origins of Muhammad Jurisprudence, Studies In Hadith Methodology and Literature, Manhaj an-Naqd ‘Inda al-Muhadditsin Nasyatuhu wa Tarikhuhu.
Dalam buku Studies in Early Hadith Literature, A’zami membantah teori dan pemikiran Barat tentang keotentikan hadis. Sedangkan buku On Schacht’s Origins of Muhammad Jurisprudence, ditulis untuk membantah pemikiran Ignaz Goldziher yang tercantum dalam bukunya “An Introduction to Islamic Law” dan Schacht dalam bukunya “The Origins of Muhammadan Jurisprudence”.
Berkat pemikirannya yang merobohkan pemikiran-pemikiran para orientalis yang meragukan keotentikan hadis tersebut, dunia Islam pun mulai mengakui keilmuannya. Bahkan A’zami mendapatkan hadiah International King Faisal dalam Studi Islam pada tahun 1400 H/1980 M. Para orientalis pun mulai mengakui kehebarannya, salah satunya AJ. Arberry, seorang professor di kalangan Orientalis dari Universitas Cambridge.
Nama M.M A’zami tak asing lagi di Indonesia, hal ini berkat muridnya, Ali Mustafa Ya’qub yang banyak menyebarkan pemikirannya. Menurut Ali Mustafa Ya’qub, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) lah yang pertama kali memperkenalkan A’zami di Indonesia melalui makalahnya yang berjudul “Sumbangan M.M A’zami dalam Penyelidikan Hadis”.
Dari tangan Gus Dur lah Ali Mustafa Ya’qub kemudian berguru pada M.M A’zami ketika ia menimba ilmu di Riyadh. Ali Mustafa Ya’qub merupakan salah satu murid yang paling dekat dengan A’zami. Bahkan ia diberikan hak oleh A’zami untuk menerjemahkan karyanya yang berjudul “Hadis dan Sejarah Kodifikasinya”.
M.M Azami menutup usia setelah Subuh, 20 Desember 2017 waktu Saudi. Rencananya, ia akan disemayamkan di pemakaman an-Nasim, Riyadh. Meskipun telah tiada, namun kontribusinya dalam ilmu pengetahuan akan tetap terkenang sepanjang masa.