Penggambaran Indonesia era 90-an dengan kentalnya nilai kerukunan beragama tersaji dengan apik dalam game lokal A Space for the Unbound.
Industri game Indonesia kembali ramai diperbincangkan oleh komunitas gamers. Kali ini bukan hanya karena game tersebut dibuat oleh anak bangsa, melainkan juga karena tema dan latar yang diangkat ialah tentang Indonesia.
A Space for the Unbound baru rilis pada 19 Januari 2023 kemarin. Dikembangkan oleh Mojiken, developer dari Surabaya, yang berkolaborasi dengan Toge Productions asal Banten. Dengan premis yang baik, game ini mendapatkan review yang baik bahkan sejak versi Prologue-nya dirilis.
Game lokal ini memiliki latar Indonesia era 90-an namun berpusat pada sebuah kota fiktif bernama Loka. Pemain akan menjadi Atma, seorang anak SMA yang akan berpetualang bersama dengan teman perempuannya bernama Raya dalam memecahkan sejumlah misi dan misteri.
Dengan visual pixel-art dengan warna yang kalem, A Space for the Unbound sukses menghadirkan Indonesia ke dalam sebuah game. Nah, disebabkan berlatar Indonesia tahun 90-an, game ini memiliki cerita yang begitu dekat dengan kita, terutama generasi 90-an.
Di dalamnya kaya dengan unsur keindonesiaan, mulai dari budaya, tata kota, adanya warung kelontong sembako, tukang cimol, musik keroncong, kucing di mana-mana, warga yang memenuhi jalan, janur kuning tanda pernikahan, dan adanya kerukunan beragama dalam masyarakat.
Poin terakhir itulah yang akan menjadi fokus dari tulisan ini. Game tersebut menghidupkan kembali keberagaman dan keberagamaan yang ada di masyarakat kita. Di dalamnya ada ibu-ibu kerudungan dan juga bapak-bapak sarungan. Bukan sebagai bentuk eksklusivitas beragama melainkan memang seperti itulah tradisi masyarakat kita dan semuanya saling baur dalam ruang publik.
Kerukunan Beragama dalam A Space for the Unbound
Nah, nilai kerukunan beragama pada A Space for the Unbound terlihat pada sebuah jalan di mana bangunan Masjid dan Gereja berdiri sebelahan. Tak hanya dekat tapi memang sebelahan, tanpa sekat lagi, kecuali tembok pemisah antarbangunan.
Nama yang diambil pun khas dengan nama rumah ibadah di Indonesia, yaitu Masjid al-Ikhlas dengan kubah dan Gereja Untung Suropati. Meski hanya karena posisi kedua rumah ibadah tersebut yang berdekatan, tampilan ini tentunya memberikan pesan singkat yang manis kepada para pemainnya bahwa Indonesia merupakan negara yang penuh dengan toleransi umat beragama.
Apalagi pemain A Space for the Unbound pun tak hanya ditujukan untuk orang Indonesia terkhusus generasi milenial. Game ini rilis secara global dan tersedia di berbagai platform permainan, termasuk untuk PC via Steam yang bisa kamu akses di sini.
Penyampaian Nilai Kebaikan Lewat Game
Kebaikan bisa disampaikan lewat berbagai media. Baik itu secara tersurat lewat ceramah atau tulisan hingga secara tersirat dalam sebuah karya seni, termasuk lewat sebuah game.
Sejak dulu, permainan merupakan media yang paling dekat dengan anak-anak. Itulah sebabnya permainan menjadi media pembelajaran yang cukup efektif. Lewat game edukasi, seorang pengajar dapat menyampaikan ajaran dengan cara yang menyenangkan.
Apalagi saat ini lewat perkembangan teknologi, game menjadi media yang tak hanya dekat bagi anak-anak melainkan juga bagi orang dewasa.
Maka dari itu, menyampaikan sebuah nilai lewat game merupakan cara yang tepat untuk menyapa masyarakat yang lebih luas. Tak hanya dimainkan untuk mengisi waktu atau menyenangkan diri, game juga dapat memberikan pelajaran yang baik.
Tentu kita bisa ambil banyak sisi positif dari berbagai jenis game. Namun pada momen ini, game dengan story yang kaya dapat dibilang sebagai kategori game yang paling besar dalam memberikan pesan dan nilai kebaikan.
Dan, A Space for the Unbound sebagai game buatan anak bangsa berhasil membawa nilai kerukunan beragama yang sejatinya telah ada di masyarakat Indonesia sejak dulu.