Ngaji Tasawuf Bareng Menteri Agama: Ragam Jalan Menuju Tuhan

Ngaji Tasawuf Bareng Menteri Agama: Ragam Jalan Menuju Tuhan

Ngaji Tasawuf Bareng Menteri Agama: Ragam Jalan Menuju Tuhan

Setiap kamis selama Ramadhan, Islami.co akan menghadirkan kajian tasawuf yang disampaikan Menteri Agama Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar. Materi kajian ini diambil dan diolah dari  video pengajian rutin tasawuf di Masjid Sunda Kelapa. Program Ngaji Tasawuf Bareng Menteri Agama kali ini akan membicarakan beberapa jalan menuju Allah SWT.

*****

Ada beberapa pendekatan yang bisa dipakai untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu pendekatan yang populer ialah ma’rifah. Ma’rifah berati jalur khusus digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui jalur khusus yang dibentangkan Allah di hadapan orang yang dicintainya. Tidak semua orang bisa melewati jalur khusus itu. Hanya bisa dilewati orang yang dicintai Allah, hanya orang yang betul-betul dimuliakan Allah yang bisa menemukan jalan ini.

Kalau kita bicara ma’rifah, yang dimaksud di sini bukan hanya sebatas memahami atau mengetahui, tetapi juga mengamalkan. Pengamalan yang kita lakukan tidak hanya amalan oriented, tetapi pengamalan yang mendukung ma’rifah yang kita pahami. Jadi, ada orang yang beramal hanya untuk amalan itu saja, mementingkan banyak dan jumlahnya, dan ada juga yang menjiwai dari amalan yang kita lakukan, dengan penuh pikiran dan penghayatan mendalam. Inilah yang kita sebut dengan jalur khusus.

Mengapa disebutkan dengan jalur khusus? Karena bukan cuma mengamalkan. Misalnya, kalau kita lihat anak-anak kita. Saat kita suruh mereka shalat dalam kondisi sedang asyik main, mereka akan susah sekali untuk beranjak dan menunaikan shalat, hingga orang tuanya menegur keras dan memaksa anaknya untuk shalat. Seketika itu, mereka akan langsung shalat dan diselesaikan dalam hitungan detik. Yang penting rakaatnya sempurna. Begitulah shalat anak-anak, yang penting jumlah rakaatnya. Demikian pula dengan dzikir, mereka selalu mentarget jumlah, yang penting selesai sekian ratus kali atau seribu kali.

Jadi bukan sekedar membaca, tetapi juga harus mengamalkan. Seorang yang lebih mementingkan hitungan itu ditanyakan apa yang ia baca, mereka biasanya tidak mengerti, baik dari maksud, tujuan, atau pemahamannya. Sementara jalan ma’rifah ini menyadari apa yang dia kerjakan dan mengerjakan apa yang dia sadari. Makanya disebut dengan jalur khusus.

Selain jalur khusus ma’rifah ini, ada pula jalur lain untuk mendekati Allah, yaitu jalur pengamalan. Mengamalkan ibadah, tetapi tidak menghayati apa yang dikerjakan. Lumayan banyak ngaji dan dzikirnya, tetapi isinya hanya mengejar target. Sebagian orang mungkin tidak dapat meningkatkan ilmu pengetahuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga yang hanya bisa dilakukan adalah memperbanyak ibadah sebisanya. Mereka tidak melakukan shalat dalam jumlah yang banyak, hanya melakukan shalat fardhu saja, tanpa shalat sunnah. Mengaji pun tidak dilakukan, apalagi ibadah yang lain. Mereka tidak mampu melakukan ibadah maksimal, karena kesibukan misalnya.

Hanya saja, cara mendekatkan dirinya kepada Allah melalui pekerjaan yang mereka lakukan. Bila dia sebagai seorang pedagang atau konglomerat, dia akan menyisihkan sedikit hartanya di jalan Allah SWT. Di mana ada panti asuhan, korban banjir, orang miskin, di situ mereka bersedekah. Jadi mereka mendekatkan diri kepada Allah bukan dengan jalur ma’rifah atau amalan, tetapi dengan sedekah dan berderma.

Ketika pendekatan ini, baik ma’rifah, pengamalan, atau sedekah, semuanya pada gilirannya akan membawa kita kepada Allah SWT. Yang paling baik adalah melakukan ketiga pendekatan ini. Kadang kita iri kepada orang yang uangnya banyak, sedekahnya luar biasa, ibadahnya rajin, pendalaman dan penghayatannya terhadap amalan yang dilakukakannya juga tak kalah dalamnya.

Semoga kita termasuk orang dipilih dan diberi petunjuk oleh Allah SWT untuk menemukan jalan kepada-Nya. Karenanya, jangan pernah bosan belajar ilmu ma’rifah, seperti yang sering diulas dalam kajian tasawuf. Kita tidak tahu akhir dan ujungnya nanti. Jangan cara kapan sampainya. Apalagi sosok yang kita bahas adalah Yang Maha Tak Terbatas, Maha Mutlak, dan Yang Tak Bertepi.

Jalan untuk menuju Allah SWT harus dilakukan terus-menerus. Tidak mungkin membatasi pembahasan untuk sesuatu Yang Maha Tak Terbatas. Wakafkanlah hidup untuk belajar dari mulai ayunan sampai liang lahat. Jangan pernah berhenti belajar.

Semua objek duniawi, atau ilmu tentang dunia, pasti ada batasnya. Kalau sudah selesai, ya sudah. Tapi kalau kita mempelajari Tuhan, tidak ada habisnya. Tidak akan bisa. Sebab itu, belajarlah terus-menerus ilmu mengenal Allah, semisal ilmu tasawuf,  jangan menunggu kapan berakhirnya.