Junaid al Baghdadi adalah seorang sufi yang masyhur. Namanya dikenang hingga kini. Sufi yang satu ini dikenal sebagai tokoh yang sangat menekankan pentingnya keselarasan antara praktik dan doktrin tasawuf dengan kaidah-kaidah syari’at.
Pada suatu hari, Junaid berkunjung di sebuah rumah sakit jiwa di Mesir. Tiba-tiba dirinya berjumpa dengan seorang yang usianya sudah tua. Kemudian kakek itu mendekatinya dan berkata,” Siapa namamu?”
“ Junaid,” jawabnya.
“ Apakah Anda orang Irak,” tanya kakek tua.
“ Ya,” jawab Junaid.
Syeikh Junaid sedikit heran dengan perilaku orang tua itu. Kemudian kakek itu berkata lagi,” Apakah Anda termasuk ahli mahabbah (Pecinta Allah).
Junaid pun kaget mendengar pertanyaan itu dan langsung berkata,” Ya.”
“Kalau begitu apakah arti cinta itu,” tanya si kakek.
“ Mendahulukan orang yang dicintai dari yang lain,” jawab Syeikh Junaid.
Mendengar jawaban Syeikh Junaid, si Kakek kemudian berkata,” Cinta ada dua macam yaitu cinta karena sebab dan cinta tanpa sebab. Cinta karena sebab adalah melihat kebaikan (yang dicintai).Adapun cinta tanpa sebab karena memang ia layak untuk dicinta.”
Setelah mengungkapkan hal itu, Si Kakek kemudian mengumandangkan syair.
Aku mencintai-Mu dengan dua cinta
cinta karena nafsu dan cinta karena Engkau layak untuk dicintai
Adapun cinta nafsu, itulah yang membuatku
senantiasa menyintaiu hingga lalai dari selain-Mu
sedangkan cinta karena Engkau layak untuk itu……
maka tiada kulihat kehidupan hingga aku melihat-Mu
(hingga aku ingat lebih dulu kepada-Mu)
Untuk keduanya pujian bukanlah untukku
tapi semua itu, pujian hanyalah untukMu