Nabi Musa alaihis salâm merupakan satu di antara nabi yang mempunyai pangkat ulul azmi. Ia diberi keistimewaan oleh Allah berupa akses secara mudah untuk bisa langsung bermunajat kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ tanpa melalui perantara.
Suatu ketika, Nabi Musa bermunajat kepada Allah, ia mengadukan masalah yang mengganjal di benak. “Ya Allah, Engkau sendiri yang menciptakan para makhluk dengan aneka ragam bentuk ciptaan. Selain itu, Engkau juga merawat makhluk-makhluk itu dengan kenikmatan dan rezeki yang juga bersumber dari Engkau sendiri. Lalu mengapa Engkau ciptakan sendiri, namun pada akhirnya di antara makhluk-makhluk tersebut ada yang Engkau masukkan ke dalam neraka-Mu sendiri.”
Mendapat pertanyaan demikian, Allah menjawab, “Hai Musa. Sekarang coba kamu berdiri! Bercocok tanamlah!”
Nabi Musa mengikuti perintah Allah. Ia bercocok tanam. Agak tumbuh besar, ia sendiri yang menyirami. Tanaman itu, ia rawat sendiri secara penuh dengan tanpa mewakilkan orang lain sampai pada saatnya tiba masa panen.
Setelah memanen secara tuntas, Nabi Musa ditanya oleh Allah. “Hai Musa, bagaimana dengan panen rayamu?”
“Iya, Tuhan. Kami telah memanen dan membawa panenan-panenan tersebut.”
“Lalu apakah tidak ada panenan sedikit pun yang kamu tinggalkan di sana?”
“Ya Tuhan, ya mestinya yang saya bawa adalah panenan yang bagus-bagus saja. Adapun buah yang jelek saya tinggalkan,” jelas Musa.
Selepas Nabi Musa mengutarakan alasannya, Allah pun kemudian berfirman:
فَاِنِّيْ اُدْخِلُ النَّارَ مَنْ لاَ خَيْرَ فِيْهِ
Artinya: “(Begitu pula Aku [Allah]). Sesungguhnya aku memasukkan neraka kepada orang yang tidak punya unsur kebaikan sama sekali.”
Musa penasaran, “Siapa mereka, Tuhan?.”
“Orang yang tidak mau berkata “Lâilâha illallâh Muhammadur Rasûlullâh.”
Cerita di atas disarikan dari Muhammad bin Abi Bakar Ushfiuriy, Al-Ushfûriyyah, tanpa keterangan cetak, halaman 5