Muslimah Selama 19 Tahun Jadi Korban KDRT, Balasannya Surga?

Muslimah Selama 19 Tahun Jadi Korban KDRT, Balasannya Surga?

Muslimah Selama 19 Tahun Jadi Korban KDRT, Balasannya Surga?

Mengerikan sekali. Seorang Muslimah yang telah menjadi ibu rumah tangga, dalam sebuah kesempatan kajian Islam mendadak berurai air mata.

Ia bercerita tentang kondisi rumah tangganya yang telah berjalan 19 tahun, tetapi selama itu pula penuh dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KdRT). Di akhir ceritanya, ia sebetulnya sudah tidak tahan dan bertanya kepada Ustadz yang menjadi pengisi kajian Islam tersebut.

Jujur saja, sambil berusaha menahan kesal, saya keberatan dengan jawaban Ustadz tersebut yang begitu indahnya menjawab pertanyaan dengan, katanya, tenang saja karena ia akan mendapat balasan surganya Allah.

Menikah itu ibadah dan kebaikan, demikian juga berumah tangga dan segala macam lika-likunya yang tidak mudah dijalani dan dihadapi. Masalahnya adalah jangan sampai surga Allah dijadikan obat ampuh untuk menyelesaikan KdRT.

Saya dan siapapun, harus sepakat bahwa KdRT itu adalah kejahatan yang harus dibongkar, bukan malah dibiarkan dan apalagi diiming-imingi surganya Allah. Sebelum memvisualisasikan surga Allah nanti di akhirat, sebaiknya kita harus punya visualisasi bagaimana membangun surga sejak di dunia.

Oleh karena itu, catatan harian ini ditulis, tidak lain adalah untuk bersama-sama mengurai benang kusut KdRT yang selama ini menggurita dalam kehidupan masyarakat.

Perbedaan pendapat, cekcok, salah sangka, dan masalah lainnya, adalah perkara lumrah dalam rumah tangga. Istri dan suami, satu sama lain bisa saling memaklumi.

Sehingga nantinya setelah agak reda emosinya, keduanya tetap bisa kembali menggunakan akal sehat, bermusyawarah dan terus membuat perbaikan demi perbaikan.

Kuncinya satu: jangan melakukan kekerasan dalam rumah tangga, sepelik apapun masalahnya.

Istri dan suami adalah manusia ciptaan Allah yang mulia, satu sama lain tidak boleh saling merendahkan, apalagi berlaku kekerasan.

Kita harus belajar dari banyak kasus pasangan yang kadung hancur karena amarah yang tidak bisa dikendalikan, sehingga membuat rumah tangganya hancur berantakan. Mempertahankan keutuhan rumah tangga itu tentu sebuah kebajikan, tetapi mempertahan rumah tangga yang di dalamnya penuh dengan kemunkaran adalah kekeliruan.

Untuk itulah, di antara 11 buku yang telah saya tulis, beberapa di antaranya membuat inspirasi dan kisah nyata berkaitan dengan lika-liku rumah tangga. “Begini Cara Islam Mengatasi Konflik Rumah Tangga” (2017), “Merawat Cinta” (2020), Menempuh Perjalanan Terjauh (2022), dan “Islam Menghidupkan Perempuan” (2024). Buku-buku saya ini diterbitkan oleh Penerbit Quanta, Elex Media Komputindo, Kompas-Gramedia, Jakarta. Sudah bisa dibeli, baik dalam bentuk fisik maupun e-book di toko buku Gramedia se-Indonesia dan toko-toko online.

Tidak kalah penting juga bahwa para da’i dan da’iyah tidak boleh sembarangan dalam menjawab pertanyaan, terlebih berkaitan dengan isu-isu perempuan dan rumah tangga.

Dalam kajian dan dakwah Islam juga diperlukan perspektif kesetaraan dan kesalingan. Apalagi masyarakat kita telah banyak terkontaminasi budaya patriarki, budaya yang tolok ukur kebaikannya hanya diukur dari sisi laki-laki. Perempuan dianggap kelas dua, konco wingking dan pelengkap saja.

Lalu bagaimana sikap istri apabila ada suaminya yang melakukan KdRT? Tegas, katakan pada suami untuk jangan sekali-kali melakukan kekerasan. Buat komitmen bersama. Mungkin sekali dua kali kalau kadung KdRT terjadi, istri masih bisa memaafkan, tetapi kalau sudah sekian tahun lamanya, istri harus tegas dan tetap berwibawa.

Bahwa sejak awal pernikahan dilakukan dengan baik-baik, maka dalam prosesnya pun harus dijalani dengan sebaik mungkin. Tak terkecuali kalau terpaksa akan berpisah, lakukan perpisahan secara baik-baik.

Tentu agar tidak ada dendam kesumat dan rebutan hak asuh anak.

Apabila keadaan tidak kunjung membaik, suami tetap berlaku KdRT, persiapkan bukti dan laporkan saja kepada pihak yang berwenang. Jangan sungkan dan apalagi takut. Langkah-langkah inilah yang sering sampaikan dalam berbagai kesempatan dakwah di mana-mana, di Majelis Taklim, tausiyah walimah nikah, seminar maupun dalam obrolan-obrolan ringan.

Perpisahan bukanlah aib, apalagi dilakukan karena kesalahan pasangan sudah tidak bisa ditolelir.

Banyak pengalaman seorang istri yang mampu bangkit setelah keluar dari masalah KdRT. Setelah langkah-langkah ini dilakukan, baru kita bicara soal surga Allah. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang terus dijaga keutuhan dan kebaikan rumah tangganya.

 

Wallahu a’lam