Setiap bulan Desember ada momen yang sudah ditunggu oleh penduduk di dunia, khususnya umat Kristiani. Momen di mana ada hari perayaan yang jatuh pada tanggal 25 Desember, Natal. Di samping itu juga momentum tahun baru juga tidak jauh dari perayaan. Oleh sebab itu banyak kegiatan dilakukan oleh penduduk dunia demi menyambut Natal dan tahun baru.
Di Indonesia, perayaan Natal memiliki tradisi tersendiri. Terkadang Geraja-Gereja atau rumah pribadi mengadakan open house kepada mereka yang ingin memberikan ucapan selamat Natal. Akan tetapi hal tersebut bukan mengikuti agenda sembahyangnya umat Kristiani, namun mereka bertamu ketika mereka usai melakukan peribadatan.
Kegiatan semacam itu juga ada dalam tradisi muslim Indonesia. Ketika umat Muslim kedatangan Idul Fitri mereka menyiapkan berbagai kebutuhan, baik dari sandang atau pangan. Orang-orang penting membuka open house supaya tamu berdatangan secara teratur dan warga desa dengan tradisi keliling house to house sudah menjadi tradisi umat muslim selama ini.
Melihat dua fenomena di atas, boleh saja kita berasumsi bahwa tradisi perayaan setiap agama di Indonesia memiliki kemiripan. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi di sini adalah tidak bolehnya mengikuti peribadatan agama lain. Bagi umat muslim mengikuti peribadatan agama lain sama halnya dengan mengikuti agamanya, dan hal tersebut dilarang oleh agama karena bersifat tasyabuh yaitu menyerupai kaum atau agama lain.
Hanya saja yang diperbolehkan ketika Natal tiba ialah mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani. Itupun menurut Prof. Quraish Shihab, dalam Tafsir Al Misbah di Metro TV, Ramadan 1435 Hijriah episode Surah Maryam Ayat 30-38., harus sebatas lisan saja tidak lebih. Artinya, umat muslim yang ingin mengucapkan selamat Natal harus tidak mempercayai bahwa Nabi Isa bukan Tuhan atau bukan anak Tuhan maka tidak ada salahnya.
Beliau memberi contoh dalam kasusnya Nabi Ibrahim. Ketika itu Nabi Ibrahim dalam perjalanannya menuju suatu daerah menemukan atau mengetahui penguasa daerah itu mengambil istri orang. Kemudian Nabi Ibrahim ditahan bersama istrinya, Sarah. Lalu penguasa tersebut menanyakan ke Nabi Ibrahim, ini siapa? Nabi Ibrahim menjawab dia saudaraku.
Nabi Ibrahim tidak berbohong sebab memang benar Sarah adalah saudara seiman. Di sisi lain juga jawaban tersebut untuk menyelamatkan istrinya dari penguasa. Singkat kata, menurut Prof. Quraish Shihab mengucapkan selamat Natal kepada saudara kita Kristiani boleh asal akidah kita tidak ternodai.
Hal tersebut juga boleh diucapkan diberbagai perayaan seperti tahun baru, perayaan agama lain, dan sebagainya. Akan tetapi yang perlu dicatat, selain akidah kita tidak ternodai, juga menyangkut hal-hal yang bersifat berlebihan seperti berfoya-foya dalam merayakannya. Foya-foya dalam agama memang dilarang, akan tetapi ucapan untuk memberi selamat Natal atau selamat tahun baru tidak dilarang.
Ucapan selamat seperti itu sudah menjadi tradisi di Indonesia. Bagi umat muslim memberikan selamat kepada saudara Krsitiani adalah rasa solidaritas. Toh ketika Idul Fitri datang umat Kristiani juga banyak berkunjung ke sanak saudara atau teman-temannya yang muslim. Dengan memberikan ucapan selamat setidaknya akan memperkuat tali persaudaraan antar sesama
Oleh sebab itu, kita boleh mengucapkan selamat Natal kepada saudara kita umat Kristiani dengan catatan akidah kita tidak ternodai. Sejalan dengan pendapat di atas, Emha Ainun Najib (Cak Nun) menganggap bahwa mengucapkan selamat Natal adalah sapaan kemesraan. Menjalin ukhuwah basyariyyah kepada sesama manusia akan mengantarkan kita pada kehidupan yang harmonis karena hal itu adalah salah satu cita-cita Islam rahmatan lil alamin.
M. Mujibuddin, penulis adalah pegiat di Islami Institute Jogja.