Konflik Rohingya tak kunjung usai. Muslim Rohingya tak diakui sebagai warga negara oleh Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Akibatnya, muslim Rohingya menjadi korban kekerasan aparat keamanan maupun kelompok militan Budha.
Rakhine yang merupakan negara bagian termiskin di Myanmar kini menampung lebih dari satu juta muslim Rohingya.
Kekerasan yang mereka alami kian memburuk, terlebih setelah pejuang Rohingya menyerang sekitar 30 kantor polisi pada Jumat (25/8). Ribuan warga Rohingya pun terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencoba untuk mengungsi ke Bangladesh, namun penjaga perbatasan mengusir sebagian dari mereka.
Dilansir BBC News, kepolisian Bangladesh mengusir 70 orang kembali ke Myanmar pada Sabtu (26/8) setelah berusaha memasuki Bangladesh lewat perbatasan Ghumdhum. Namun diperkirakan sekitar 3.000 warga Rohingya berhasil melintasi perbatasan dan masuk ke kamp pengungsi maupun kampung-kampung di perbatasan Bangladesh.
Sebelum kekerasan terbaru ini pun puluhan ribu warga Rohingya sudah mengungsi ke Bangladesh karena penganiayaan yang mereka alami. Sementara sekitar 4.000 penduduk Rakhine yang bukan muslim dievakuasi oleh tentara Myanmar agar tidak ikut menjadi korban kekerasan.
Sebagaimana dilansir BBC, kekerasan terbaru ini marak setelah Oktober 2016, ketika sembilan polisis tewas dalam serangan militan Rohingya di pos perbatasan. Hal ini memicu militar besar-besaran dan menyebabkan umat muslim Rohingya mengungsi.
Pemerintah Myanmar menegaskan operasi dilancarkan untuk memburu para militan Rohingya. PBB pun sedang menyelidiki dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh aparat keamanan Myanmar.