Seorang santri dididik untuk selalu hidup mandiri tanpa orang tua yang menemani, membuang sifat kekanak-kanakan yang selalu merengek dan minta bantuan orang tua. Santri juga dibiasakan hidup sederhana dan tidak boros, namun tetap harus memperhatikan penampilan, harus tampil prima dan wangi dalam menuntut ilmu.
Santri merupakan julukan bagi seseorang yang mempelajari ilmu agama dalam lingkungan pesantren. Itu dulu, ketika pesantren secara umum masih menerapkan sistem “salaf” yang hanya mempelajari kitab kuning. Namun sekarang, seiring perkembangan zaman, telah banyak berdiri Pondok Pesantren Modern yang mempelajari ilmu agama sekaligus ilmu umum, seperti Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan lain-lain, sebagaimana siswa atau murid di sekolah luar,
Salah satu hal yang mungkin jarang diketahui oleh khalayak umum adalah ketika seorang santri hendak melipat baju yang baru ia cuci sebelum dimasukkan ke lemari. Terbatasnya uang kiriman dari orang tua tidak menjadikan seorang santri untuk malas merapikan bajunya dan tampil harus di depan teman-temannya.
Dengan uang secukupnya, atau bisa dibilang relatif sedikit, tidak mungkin bagi santri untuk menghabiskannya guna membeli parfum, pelembut, atau pewangi pakaian seperti Kispray, Rapika, atau parfum keren yang harganya bisa dibilang mahal (menurut asumsi santri), karena biasnya hanya digunakan ketika hendak menyetrika pakaian.
Untuk itu santri memiliki alternatif agar bajunya tetap wangi namun uangnya tidak cepat menipis, yaitu mengganti Kispray atau Rapika dengan pewangi seperti Molto yang harganya lebih murah. Ini merupakan salah satu trik untuk mencegah krisdom (krisis dompet) di tanggal muda, yang bisa membuat santri santri melakukan tirakat (tidak jajan karena uang sekarat).
Di tangan santri, pewangi seperti Molto dan sejenisnya bisa memiliki tiga kegunaan sekaligus. 3 in 1. Ia bisa dipakai sebagai pewangi yang dituangkan pada bilasan terakhir cucian, dipakai sebagai pelicin dan pelembut pakaian sebelum disetrika, sekaligus sebagai parfum ketika hendak beraktifitas.
Memang ada santri yang biasa memakai parfum seperti Axe, Posh, Casablanka dan ALX, karena parfum-parfum seperti itu dan berbagai parfum roll on dengan aroma yang beraneka ragam biasanya juga tersedia di Toko Serba Ada (Toserba) dalam pondok. Namun itu hanya sebagian kecil, selebihnya bisa dipastikan adalah murni Molto. Bahkan jika parfum-parfum keren itu habis, pewangi menjadi pengganti utamanya.
Santri yang menanamkan keyakinan “hemat pangkal kaya, boros bisa bahaya” biasanya mencari botol semprot parfum bekas untuk dijadikan wadah pewangi saset yang nantinya akan dicampur dengan air, agar dapat lebih banyak. Ini lagi-lagi dimaksudkan untuk menghindari krisdom.
Ada juga yang mungkin pada awalnya memang membeli parfum asli, namun setelah habis, botol parfum yang biasanya berisi parfum mahal, menjadi lebih berwarna di tangan para santri.
Tapi ya memang begitu hidup ala santri. Santri harus hidup seadanya tanpa perlu menunjukkan bahwa berbeda rasanya berpisah dengan keluarga. Santri harus bisa menghemat uang untuk menjaga agar perut terus merasa kenyang. Santri harus mampu mengatur peluang untuk benar-benar disebut pejuang. Yang namanya santri harus bisa bertahan di lingkungan pesantren yang menanamkan nilai-nilai kesederhanaan.
Buat para pembaca yang mengalami hal sama, kamu bisa ikuti tips dan trik dari santri ini jika kamu kehabisan parfum, minyak wangi atau pelembut. Selamat mempraktekkan. (AN)