Mimpi menjadi aktivitas yang cukup banyak disebut dalam Al Qur’an. Bahkan mimpi dalam perjalanan sejarah menjadi perantara pewahyuan ayat-ayat suci Al Qur’an. Tingginya derajat mimpi ini terkadang dimaknai banyak orang sebagai tetenger (pertanda), clue (petunjuk) atau ramalan. Bahkan konon, setan dapat masuk dalam mimpi seseorang untuk memberikan bisikan-bisikan gaib untuk melakukan kejahatan.
Sirrah nabawiyah menyebutkan, banyak nabi dan rasul terdahulu yang menerima wahyu melalui mimpi. Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim harus menyembelih anaknya sendiri hanya karena bermimpi. Nabi Yusuf bermimpi melihat bintang dan rembulan bersujud padanya. Nabi Muhammad bahkan pada kali kedua menerima wahyu melalui mimpi dan berlanjut hingga ayat-ayat lainnya.
Dari sisi ilmiah, keberadaan mimpi yang derajatnya cukup tinggi ini kemudian pada tahun 1653 diusulkan menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan. Oneirologi, yakni ilmu yang meneliti eksplorasi mekanisme terjadinya mimpi. Oneirologi sendiri berasal dari kata ὄνειρος, dari bahasa Yunani yang artinya mimpi. Ilmu ini melakukan penelitian tentang korelasi antara mimpi dan kaitannya dengan pembentukan memori dan gangguan mental. Pada abad ke-19 cabang ilmu ini diperkuat oleh sinologist Prancing Marquis d’Hervey de Saint Denys dan Alfred Maury.
Dalam kasusastraan Jawa, mimpi juga memiliki posisi yang cukup bergengsi. Lebih detail, bahkan mimpi dibagi dalam periodisasi yang masing-masing memiliki nilai. Yakni titi yoni, gondo yoni dan puspo tajem. Titi yoni merupakan mimpi yang berlangsung sebelum tengah malam, pengaruh aktivitas terakhir atau pikiran dan gambaran tentang sesuatu yang tajam memberi pengaruh kuat. Mimpi pada periode ini tidak memiliki nilai dan hanya sebagai bunga tidur.
Periodesasi kedua berlangsung pada pukul 24 hingga pukul 03.00 pagi. Kekuatan jiwa dan ketajaman rasa memberi pengaruh besar pada mimpi gondo yoni ini. Pada waktu ini, mimpi dapat dijadikan refeleksi terhadap diri sendiri. Terakhir Puspo Tajem, yakni mimpi yang berlangsung antara pukul 03.00 hingga subuh. Mimpi pada periode ini merupakan mimpi yang memiliki nilai tertinggi, bahkan keterlibatan Tuhan tampak dalam mimpi ini. Ketajaman diri dan mata hatilah yang mampu menyingkap makna mimpi. Sebagian riwayat mengatakan, banyak wangsit yang muncul melalui mimpi pada periode ini.
Ditengah pandemi Covid-19 ini, pernahkan kita mengalami mimpi buruk seperti mimpi tertular virus corona?. Mimpi ini apakah muncul pada periodesasi yang tepat sebagai tetenger atau hanya respon dari ketakutan akan virus ini sebagaimana yang dialami banyak orang?.
“Apabila sesorang dari kamu bermimpi yang menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah SWT, maka hendaknya ia memuji Allah SWT, atas mimpinya dan hendaknya ia memberitahukan tentang mimpi itu. Dan apabila ia melihat tidak demikian atau tidak menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah SWT dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya (madharat).” (HR : Bukhari)
Sebagai seorang yang religious, tentu menyandarkan kembali pada Allah terhadap apa yang dialami merupakan kewajiban. Demikian halnya ketika mimpi terkena virus corona. Sebaiknya segera untuk mengambil air wudlu dan berdoa untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari pandemi yang berlangsung sejak akhir tahun lalu ini. Yakinlah Allah akan mengabulkan doa yang tulus dan disertai niat yang benar.
Informasi mengenai corona memang beredar luas. Setiap hari perkembangan situasi lokal, nasional dan global terus diupdate. Fenomena ini nyaris sama dengan saat quick count hasil pemilu, dimana setiap saat angka terus dipantau untuk melihat perkembangan. Jika kasus itu semakin dekat secara geografis, maka akan semakin tertekan pula psikologi kita. Berita yang terus menerus diupdate dengan tingkat keparahan yang makin meningkat tentu menimbulkan ketakutan. Ketakutan itu kemudian terakumulasi menjadi kecemasan, tidak jarang bahkan ditemukan kasus psikomatis yang dipicu ketakutan berlebih.
Efek psikomatis merupakan efek yang lumrah dialami manusia. Dimana ketika membaca informasi tentang corona, otak merespon dengan amigdala yang bereaksi keras. Tiba-tiba setelah selesai membaca langsung tenggorokan terasa kering, batuk kecil atau menyentuh jidat kita untuk memastikan kita panas atau tidak. Jika efek psikomatis ini terakumulasi dan makin meningkat, maka saat tidur sekalipun ketakutan itu muncul melalui mimpi.
Sigmun Freud sebagai jenderalnya psikologi menganalisis tentang mimpi dalam bukunya Interpretation of Dream. Mimpi buruk merupakan gambaran apa yang dialami dan jika terus berulang, maka perlu melihat objek-objek dalam mimpi itu. Objek yang terus berulang itu merupakan problem yang harus diselesaikan dengan memahami apa arti dari tanda tersebut. Setelah itu, mimpi buruk dapat diatasi.
Dalam kasus Corona ini, jika mimpi tentang corona terus menerus datang membayangi saat tidur, maka yang perlu dilakukan adalah pengetahuan tentang virus corona dan bagaimana agar tidak tertular. Rajin membersihkan diri dan lingkungan serta menghilangkan ketakutan (efek psikomatis) maka mimpi buruk akan hilang dengan sendirinya.
Dalam sebuah artikel, Stanford Health Care merilis penelitian tentang salah satu faktor penyebab mimpi buruk, yakni kecemasan. Cemas yang berlebih tentang sesuatu akan membuat orang terus memikirkan hal yang sama secara terus menerus dan hal itu akan terbawa dalam dunia mimpi. Kasus ini bisa ditangani secara medis menggunakan obat-obatan serta terapi untuk tidak berfikir terlalu banyak. Dalam artikel itu pula seorang psikolog Inggris, Dorothy Frizelle, menyebut “Informasi-informasi tersebut membuat masyarakat masuk ke dalam situasi super waspada sehingga info itu terus berputar di dalam otak,”.
Untuk mengatasi mimpi buruk akibat corona ini, maka hal yang perlu dilakukan adalah membersihkan otak kita dari ketakutan, kecemasan serta optimisme menghadapi pandemi ini. Optimis dengan kita menjaga kebersihan dan jaga jarak, maka kita tidak akan mudah terserang virus. Optimis jika langkah yang sudah dilakukan ini mampu mencegah kita untuk tertular. Dengan demikian, maka kecemasan tidak lagi ada dan mimpi buruk tidak akan hadir kembali. Lebih penting dari itu, Allah telah memerintahkan kita untuk berusaha dan berdoa. Berusahalah untuk selalu sehat dan bersih dan berdoalah untuk meminta perlindungan-Nya dari pandemi ini.