Menyambut Kebijakan Arab Saudi Membuka Ibadah Umrah di Tengah Pandemi Covid-19

Menyambut Kebijakan Arab Saudi Membuka Ibadah Umrah di Tengah Pandemi Covid-19

Kebijakan Arab Saudi membuka kembali ibadah umrah akan dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Bagaimana pelaksanaannya di tengah pandemi yang belum usai?

Menyambut Kebijakan Arab Saudi Membuka Ibadah Umrah di Tengah Pandemi Covid-19

Kebijakan Arab Saudi terkait pembukaan ibadah umrah telah final. Arab Saudi bakal membuka layanan umrah dengan memberlakukan pembatasan bagi warga Arab Saudi dan ekspatriat di negara tersebut. Rencananya layanan umrah bakal dibuka 4 Oktober mendatang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Sedangkan, pembukaan layanan umrah untuk jamaah luar negeri bakal dibuka pada 1 November mendatang. Tentu, dengan melihat dan memperhatikan jamaah dari negara mana saja yang dinilai tidak beresiko menularkan virus Covid-19.

Kebijakan Arab Saudi terkait pembukaan ibadah umrah memang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Pasalnya, ibadah umrah adalah sarana ziarah ke Mekkah dan Madinah yang kapan saja bisa dilaksanakan oleh umat Muslim.  Berbeda dengan ibadah haji yakni harus menunggu waktu ibadah haji pada bulan Dzulhijjah.

Kebijakan Pembatasan Haji dan Umrah 

Sebelum kebijakan pembatasan ibadah umrah bergulir, Arab Saudi telah menerapkan pembatasan ibadah haji hanya untuk umat Islam yang tinggal di Arab Saudi saja. Jumlahnya pun hanya beberapa ribu jamaah, dari yang biasanya sampai 2,5 juta jamaah.

Pihak otoritas kesehatan Arab Saudi juga mengatakan bahwa tidak ada laporan tentang kasus Covid-19 di situs-situs suci selama penyelenggaraan haji di masa pandemi berlangsung. Selain itu, cek kesehatan secara berkala juga dilakukan oleh tim kesehatan Arab Saudi untuk memantau kesehatan para jamaah. Para jamaah juga harus menjalani karantina sebelum dan sesudah ibadah.

Penyelenggaraan haji dan umrah tahun ini menjadi tantangan logistik bagi otoritas Arab Saudi. Apalagi mengingat kumpulan massa dalam jumlah besar di tengah situs-situs suci yang sempit. Pekan lalu, pihak Arab Saudi juga mulai membuka kembali sebagian penerbangan internasional.

Pembukaan layanan ibadah umrah kali ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Pada tahap pertama, layanan umrah dan kunjungan ke Masjid Nabawi hanya diberikan bagi warga dan ekspatriat yang tinggal di Arab Saudi, maksimal enam ribu jamaah per hari, yakni sekitar 30 persen dari kapasitas yang telah direvisi, yakni 20.000 jamaah per hari mulai 4 Oktober mendatang.

Sedangkan, pada tahap kedua, melalui Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengungkapkan bahwa kapasitas jamaah umrah bagi warga dan ekspatriat di Arab Saudi itu akan ditambah sampai 15 ribu jamaah umrah per hari atau sekitar 75 persen dari kapasitas mulai 18 Oktober mendatang. Begitu juga bagi pengunjung di Raudhah di Masjid Nabawi juga ditambah menjadi 75 persen dari kapasitas yang ada.

Lalu pada tahap ketiga, mulai per tanggal 1 November mendatang, layanan umrah dibuka bagi jemaah dari luar Arab Saudi dengan kapasitas maksimal 100 persen atau 20.000 jemaah per hari. Kunjungan ke Masjid Nabawi juga ditambah menjadi sesuai kapasitas maksimal 100 persen.

Beberapa kebijakan tersebut dilakukan untuk meminimalisir dan menjaga kesehatan atas penyebaran virus Covid-19 yang semakin tak terkendali. Menunjukkan pihak Arab Saudi sangat ketat dalam upaya penanganan wabah Covid-19.

Visi Arab Saudi 2030

Melalui layanan haji dan umrah, pemerintah mendapatkan pemasukan sekitar 12 miliar dollar AS setiap tahunnya. Penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS), mencanangkan reformasi ”Visi Arab Saudi 2030” yang bertujuan meningkatkan perekonomian negeri dua tanah suci tersebut.

Strategi yang dilakukan yakni tidak lagi hanya mengandalkan sumber minyak, tetapi juga menggarap sumber pendapatan lain, termasuk kunjungan ibadah keagamaan. Sebenarnya, Arab Saudi berharap bisa menerima 30 juta umat Islam setiap tahunnya di tahun 2030. Namun, untuk sementara rencana itu kemungkinan bisa tertunda mengingat pandemi Covid-19 yang masih belum tuntas.

Data Pemerintah Arab Saudi menunjukkan bahwa, jumlah kasus Covid-19 di Arab Saudi mencapai 330.798 orang. Kasus dengan angka tertinggi di kawasan Teluk Arab dan sekitar 4.542 orang di antaranya meninggal.

Upaya Arab Saudi dalam melakukan reformasi juga sangat kentara. Pelbagai kemungkinan bisa saja terjadi dibawah kendali Putra Mahkota Muhammad bin Salman. Ia dianggap sebagai reformis muda di Arab Saudi.

Kebijakan transformatif MBS memang dianggap kontroversial bagi masyarakat Arab Saudi dan dunia. Tetapi, keputusan yang diambil oleh MBS juga tidak lepas dari pemikirannya yang visioner dan mendobrak pola lama yang dianggap kaku dan rigid.

Mari kita sama saksikan gebrakan besar yang dilakukan oleh MBS demi visi Arab Saudi 2030 yang menjanjikan maju, mandiri dan sejahtera.