Jujur, saya bukanlah penyuka olahraga sepak bola. Nonton saja nyaris tidak pernah. Akan tetapi, menyaksikan euforia rakyat terhadap Timnas Maroko di hajatan sepak bola dengan mata kepala sendiri, saya jadi ikutan berbahagia. Cinta mereka terhadap sepak bola tidak bisa dipungkiri begitu besar. Hal itu dibuktikan dengan kafe-kafe yang berjejer di seberang jalan tempat tinggal saya yang selalu menayangkan pertandingan sepak bola.
Apalagi jika yang main adalah klub kebanggaan mereka – mayoritas pendukung Barcelona atau Real Madrid – kafe-kafe di Casablanca akan penuh sesak suporter dan suara bergemuruh saling bersahut-sahutan. Saya hanya bisa ikut menikmati melihat hal itu walaupun kadang jika suasana hati tidak baik, saya akan memilih menghindar dari kafe.
Pagelaran Piala Dunia yang sedang berlangsung di Qatar pun tidak ketinggalan bikin masyarakat Maroko pesta pora. Pasalnya, Maroko adalah negara yang cukup rajin berpartisipasi dalam hajatan akbar sepakbola dunia tersebut, jauh dibandingkan Indonesia yang federasinya masih gitu-gitu saja.
Setelah terakhir masuk 16 besar pada tahun 1986 dan setelah itu tidak pernah tidak jadi juara fase grup, timnas Maroko kembali menunjukkan taringnya pada pagelaran Piala Dunia 2022 ini. Tidak tanggung-tanggung, tim yang biasa disebut sebagai Singa Atlas – Asudu al Atlas – ini mengaum ke 8 besar Piala Dunia. setelah berhasil mengangkangi Spanyol dengan skor 0 (3)-0 (0) lewat adu penalti.
Jarak Maroko dan Spanyol hanya sepelemparan kolor. Meski bertetangga, tapi dua negara ini berseberangan sebagaimana Selat Gibraltar yang memisahkan. Belum lagi memori sejarah yang makin memanaskan suasana. Tidak heran, kemenangan atas Spanyol membuat jalanan dipenuhi orang-orang berkonvoi. Seluruh kota di Maroko bergemuruh dengan bunyi klakson dan yel-yel yang dinyanyikan. Saya pun ikut konvoi malam tadi. Semua orang bergembira atas kemenangan Maroko. Mulai dari anak-anak sampai ibu-ibu ikut turun ke jalan, merayakan kemenangan negaranya.
Kebanggan Negara Muslim Seluruh Dunia
Sekalipun saya sudah tinggal di negara Maghribi ini selama beberapa tahun, terus terang saya masih merasa bingung antara menyebut Maroko sebagai negara Arab atau negara Muslim. Tetapi melihat sejarah yang ditorehkan oleh Yassine Bonou dkk. Di Piala Dunia tahun ini, saya memilih menyebutnya sebagai negara Muslim alih-alih Arab. Sebab, begitu Maroko masuk 16 besar, Maroko seperti menjadi kebanggaan besar bagi negara-negara Muslim di dunia. Banyak negara lain yang mendukung Maroko, tak terkecuali negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia.
Selain karena permainannya yang bagus, orang-orang mendukung Maroko karena ikatan persaudaraan sesama Muslim yang kuat. Masyarakat negeri “Seribu Wali” ini juga merupakan yang paling getol menyuarakan kemerdekaan Palestina dibandingkan negara Arab yang lain – sekalipun pemerintahnya menormalisasi hubungan dengan Israel.
Beberapa hari yang lalu, muncul di beranda Twitter, video suporter kesebelasan Raja Casablanca, Maroko menyanyikan lagu Rajawi Filistiniy. yang menyerukan kemerdekaan untuk negara Palestina sembari mengkritik bangsa Arab yang hanya diam melihat ketidakadilan yang menimpa Palestina.
Tidak hanya itu, selebrasi sujud syukur yang dilakukan oleh pemain Maroko setelah kemenangannya mencuri perhatian dunia. Menunjukkan Islam yang dekat dengan Tuhannya dan bagaimana kemenangan yang mereka peroleh tidak hanya sekadar karena ikhtiar manusia. Selain hal itu, dan satu-satunya yang bisa memenangkan mereka, hanyalah anugerah dari Allah Swt.
Hal yang lain yang disorot netizen adalah kabar bahwa salah satu pemain Maroko, Zakaria Aboukhlal yang hafal Quran. Saya meyakini pemain Maroko itu hafal Quran semua, karena beberapa lembaga pendidikan di Maroko mewajibkan muridnya hafal Quran sebelum duduk di bangku Tsanawi, setingkat SMA. Berkat berbagai peristiwa ‘keumatan’ ini, negara-negara Muslim bersatu sebagai ummah melalui jalur kebanggan di panggung sepak bola.
Semua Mata Melihat Achraf Hakimi, Tapi Ia Hanya Melihat Ibunya
Kita semua setuju Achraf Hakimi menjadi tulang punggung di sisi kanan Maroko selama Piala Dunia 2022. Selain pujian atas penampilannya, momen yang menyentuh hati berjuta penonton adalah ketika Achraf Hakimi memeluk dan mencium ibunya setelah Maroko memastikan kemenangan versus Belgia di fase grup (27/11) dengan skor 2-0. Tak ayal peristiwa ini menjadi perbincangan di seluruh dunia.
أحبك أمي ❤️ pic.twitter.com/2BLQ2jVbii
— Achraf Hakimi (@AchrafHakimi) November 27, 2022
Selebrasi ini menunjukkan kecintaannya yang begitu besar kepada sang Ibu. Bagaimana keberadaan ibunda tercinta dan doa ibu kepada anaknya adalah anugerah besar yang tidak bisa digantikan oleh apapun juga. Cinta ibunya lah yang bisa mengantarkan Achraf Hakimi menjadi pemain penting dan mengantarkan Timnas Maroko kepada kemenangan.
“Ibu saya membersihkan rumah-rumah dan bapak saya berjualan di pinggir jalan. Kami datang dari keluarga sederhana yang berjuang untuk mencari penghidupan. Hari ini saya berjuang demi mereka. Mereka sudah mengorbankan hidup mereka buat saya,” kata Hakimi dalam wawancara Bundesliga tahun 2018 silam.
Achraf Hakimi seperti ingin menunjukkan kepada dunia bagaimana seorang Muslim meyakini prinsip birrul walidain, berbakti kepada orangtua. Tidak hanya skill dalam menggocek bola, Hakimi meyakini bahwa ridha orangtua juga lah yang berhasil mengantarkannya kepada puncak kariernya sekarang. Selebrasi sungkeman kepada orangtuanya berlanjut setelah kemenangan Maroko atas Spanyol. Setelah berhasil menceploskan penalti secara dingin ke gawang Spanyol dan sorak kemenangan atas negeri Andalusia yang membuncah, Achraf Hakimi menghampiri ibunya dengan girang lalu langsung disambut dengan ciuman penuh cinta dari Ibunya.
Terekam oleh salah satu akun TikTok suporter Timnas Maroko yang bernama @al3lyan150.
@olyan15k
Ada satu hal lagi yang menarik dari pertandingan Maroko vs Spanyol lalu. Pertandingan tersebut seolah mengingatkan kita kepada sejarah penaklukan Andalusia oleh pasukan Thariq bin Ziyad pada masa Kekhalifahan Umayyah. Thariq bin Ziyad adalah jenderal Umayyah yang berasal dari Suku Berber yang aslinya dari Maroko.
Salah satu teman saya asal Maroko, merekam kemenangan negaranya atas Spanyol ini dengan menarik. Ia mengatakan di akun Instagramnya “Sesuai sejarah, bahwa peran Maroko sangat penting dalam penaklukan Spanyol yang dikomandoi oleh Tariq bin Ziyad pada waktu itu. Dan hari ini, penaklukan itu Kembali terjadi di bawah komando Walid Regragui #DimaMaghreb”.
Penaklukan Selat Gibraltar akan semakin paripurna jika Singa Atlas berhasil menjinakkan Portugal Sabtu nanti (10/12). Saya pribadi, sebagai perantauan di Casablanca jelas mendoakan Maroko agar bisa menampilkan kejutan di Piala Dunia tahun 2022 ini. Minimal juara lah. Siapa tahu, Raja Mohammed V yang dermawan akan mengguyur rakyatnya dengan hadiah yang tidak kira-kira. Kalau itu terjadi betulan, kan bakal berdampak juga pada kami, para anak kos-kosan di negara ujung barat benua Afrika ini. Lumayan, kan?
Dima Maghreb!
Casablanca, 7 Desember 2022