Di era perkembangan teknologi yang semakin canggih, umat manusia semakin mudah mengakses berbagai macam konten-konten digital. Mereka pun dapat mengakses konten-konten tersebut secara pribadi melalui ponsel ataupun smartphone yang mereka miliki.
Meskipun begitu, tak jarang ada banyak orang yang justru memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk hal-hal yang tak bermanfaat dan bahkan cenderung menjurus kepada hal-hal berbau maksiat. Seperti halnya mengakses konten-konten pornografi dan sebagainya.
Biasanya mereka mengakses konten-konten negatif tersebut saat sedang sendirian ataupun tidak berada di sekitar banyak orang. Bagi umat Islam, perbuatan mengakses konten-konten negatif yang berbau pornografi jelas tergolong sebagai salah satu perbuatan dosa yang harus dihindari.
Sayangnya, beberapa umat Islam masih menganggap perbuatan tersebut sebagai salah satu perbuatan dosa yang remeh. Terlebih, mereka menganggap bahwa tak ada satu pun orang yang melihat mereka saat mengakses konten-konten negatif tersebut.
Meskipun luput dari penglihatan manusia, sebenarnya mereka tetap tidak bisa menghindar dari pengawasan Allah. Sebab Allah Maha Mengetahui segalanya, bahkan hingga ke hal-hal yang tak terlihat oleh manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam Alquran surat An-Nisa’ ayat 108. Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108)
Sebaliknya saat berada di hadapan banyak orang, mereka terkadang menampilkan berbagai amalan-amalan soleh dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Mereka beranggapan bahwa amalan-amalan yang mereka lakukan dapat menutupi perbuatan-perbuatan maksiat yang mereka lakukan saat sendirian. Padahal, perbuatan-perbuatan maksiat yang mereka lakukan di saat sendirian justru membawa dampak atau akibat yang cukup runyam. Lalu apakah dampak dari berbuat maksiat di saat sepi atau sendirian?
Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah)
Rupanya bermaksiat di saat sedang sendirian dapat membuat Allah sangat murka. Bahkan dosa dari perbuatan maksiat tersebut akan menghilangkan kebaikan-kebaikan ataupun amalan-amalan yang pernah dilakukan bagaikan debu yang bertebaran sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas.
Dosa-dosa yang dianggap remeh tersebut ternyata mampu menghabiskan seluruh amal-amal perbuatan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Meskipun demikian, Allah tetap menghendaki hamba-Nya yang melakukan perbuatan tersebut untuk segera bertaubat dan hendaknya menutup aib mereka tersebut.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam bermaksiat. Yaitu seseorang yang telah berbuat dosa di malam hari lantas di pagi harinya ia berkata bahwa ia telah berbuat dosa ini dan itu padahal Allah telah menutupi dosanya. Pada malam harinya, Allah telah menutupi aibnya, namun di pagi harinya ia membuka sendiri aib yang telah Allah tutupi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, umat Islam hendaknya menghindari perbuatan-perbuatan maksiat terutama saat tengah sendirian atau di kala sepi. Sebab perbuatan maksiat tersebut dapat menghancurkan amalan-amalan kebaikan hingga menjadi sia-sia bagaikan butiran debu.
Wallahu a’lam.