Imam Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi, mengatakan :
لِسَانُ الْعَاقِلِ وَرَاءَ قَلْبِهِ، وَقَلْبُ الْأَحْمَقِ وَرَاءَ لِسَانِهِ.
Orang yang berakal mikir dulu baru bicara
Orang yang bodoh bicara dulu baru mikir.
Tetapi Imam Al-Ghazali pada tema “Afaat al-Lisan” (Petaka yang diakibatkan oleh lidah/pena) dalam bukunya “Ihya Ulumuddin”, mengatakan :
ان لسان المؤمن وراء قلبه فاذا أراد أن يتكلم بشيء تدبره بقلبه. وان لسان المنافق امام قلبه . فاذا هم بشيء امضاه بلسانه ولم يتدبر بقلبه
Orang yang beriman jika ingin menyampaikan sesuatu dia memikirkannya lebih dulu.
Orang yang pura-pura beriman jika menginginkan sesuatu dia akan langsung bicara tanpa mikir dulu.
Lalu ada puisi indah ini :
احْذَرْ لِسانَكَ أنْ تقُولَ فتُبْتلَى
إنَّ البلاءَ مُوَكَّلٌ بالمنطِقِ
تكلَّمْ وسدِّدْ ما اسْتطعتَ فإِنَّما
كلامُكَ حيٌّ والسُّكُوتُ جَمَادُ
Hati-hatilah dengan lidahmu
Engkau bisa terjerat petaka
Sungguh petaka itu bisa datang
dari ucapanmu
Bicaralah dan katakan dengan jujur
Kata-katamu itu hidup
Diam itu bagai benda mati