Seluruh ajaran syariat dalam Islam hakekatnya adalah ketetapan dari Allah Swt, atau dari NabiNya, dan makhluk termasuk juga manusia punya tanggung jawab untuk melaksanakannya. Sebagai hamba yang mengakui segala kebesaran TuhanNya tentu meyakini bahwa perintah ataupun laranganNya semua adalah semata-mata untuk kebaikan hamba. Namun demikian tidak-lah keseluruhan syareat baik yang berupa perintah atau larangan, dapat dijangkau nilai-nilai kebaikan atau keburukan. Dan dalam kondisi demikian benar-benar diuji keimanan seorang hamba pada Tuhannya.
Al-Kisah, Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata pada hajar Aswad: “Saya tahu kamu tidak dapat memberikan bahaya dan manfaat kepadaku, andai aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. Menciummu, niscaya aku tak akan pernah menciummu. Kisah tersebut memberikan gambaran yang sangat tegas bagaimana Sayyidina Umar melakukan aktifitas ibadah semata-mata hanya karena mengikut terhadap Rasul saw.
Shalat merupakan salah satu diantara rukun Islam yang ke dua. Shalat diwajibkan pada malam Isra` mi’raj tanggal 27 Rajab. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah swt.
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku” (QS Al Baqoroh: 43)
Lebih jauh, disamping shalat merupakan bagian rukun Islam, yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dikerjakan dengan sepenuh hati. Syareat dalam hal kewajiban shalat memberikan jaminan, bagi siapapun yang melaksanakan akan memiliki prilaku yang baik, santun, dan terhindar dari segala bentuk perbuatan yang tercela. Allah swt. berfirman;
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Ankabut: 45)
Tentunya dalam hati kita bertanya-tanya, mengapa masih banyak orang yang rajin melaksanakan shalat, tetapi di saat yang sama juga sering melakukan perbuatan yang tercela dan tidak terpuji? Menyikapi realitas demikian tidak bijak, bahkan tidak dibenarkan kalau kita jawab, bahwa shalat ternyata tidak dapat menjadikan orang menjadi shaleh baik secara pribadi ataupun sosial. Dalam ayat lain Allah swt. berfirman;
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,” (QS Al Mukminun: 1-2)
Dalam ayat tersebut dijelaskan, yang beruntung adalah orang-orang yang shalatnya dengan khusyu’. Sehingga para pakar tafsir berpendapat, shalat yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, adalah shalat yang dilakukan dengan sepenuh hati.
Sebagai ilustrasi sederhana, jika ada orang yang memiliki pekerjaan membuang kotoran ayam, ia juga memiliki pakaian yang bagus, tentunya ketika orang itu memakai pakaian yang bagus tersebut tidak akan pernah melakukan pekerjaannya membuang kotoran ayam. Sementara orang yang mampu melakukan shalat dengan khusu’, tentulah orang-orang yang selalu menggunakan baju takwa. Dan yang selalu menggunakan baju takwa, pastilah orang-orang yang sangat beriman. Oleh karenanya shalat dengan khusu’ sangat sulit dicapai, sebagaimana firman Allah swt.:
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,” (QS Al Baqoroh: 45)
Shalat tidaklah sekedar ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan salam, sebagaimana didefinisikan para pakar fiqh, tetapi shalat dengan sepenuh hati dan rasa penghambaan kepada Sang Maha Pencipta yang dapat menghindari perbuatan yang keji dan tercela.
Tentu, saya tidak bermaksud berlebih-lebihan, seperti cerita berikut ini. Konon pernah ada seorang yang bertanya kepada pakar syariah menyangkut zakat yang harus dikeluarkannya atas 40 ekor kambing. Sang pakar menjawab: “Seekor.” Lalu, ketika pertanyaan serupa ia ajukan kepada seorang yang larut dalam pengamalan hakekat, ia mendapat jawaban yang sangat berbeda: “Empat puluh ekor kambing itu pada hakekatnya bukan milikmu, keempat puluh ekor kambing tersebut adalah milik Allah swt. jadi keliru jika engkau hanya berzakat dengan seekor kambing. Siapkanlah untuk menyumbangkan seluruhnya.”
Selain melaksanakan perintah agama, mengobati kerinduan jiwa pada sang Pencipta, sholat juga punya efek yaitu menyehatkan tubuh. Seorang pakar ilmu pengobatan tradisional, Prof H Muhammad Hembing Wijayakusuma, telah melakukan penelitian yang mendalam tentang hal itu. Hasil penelitian itu disebarkannya kepada umat Islam, baik melalui media massa maupun buku yang berjudul “Hikmah Sholat untuk Pengobatan dan Kesehatan”. Bahkan, duduk Tasyahud diyakini bisa menyembuhkan penyakit tanpa operasi.
Apa hubungan shalat dengan kesehatan? menurut Hembing, setiap gerakan-gerakan shalat mempunyai arti khusus bagi kesehatan dan punya pengaruh pada bagian-bagian tubuh seperti kaki, ruas tulang punggung, otak, lambung, rongga dada, pangkal paha, leher, dll. Berikut adalah ringkasan yang bermanfaat untuk mengetahui tentang daya penyembuhan di balik pelaksanaan sholat sebagai aktivitas spiritual.
- Berdiri tegak dalam sholat
Gerakan-gerakan sholat bila dilakukan dengan benar, selain menjadi latihan yang menyehatkan juga mampu mencegah dan meyembuhkan berbagai macam penyakit. Hembing menemukan bahwa berdiri tegak pada waktu sholat membuat seluruh saraf menjadi satu titik pusat pada otak, jantung, paru-paru, pinggang, dan tulang pungggung lurus dan bekerja secara normal, kedua kaki yang tegak lurus pada posisi akupuntur, sangat bermanfaat bagi kesehatan seluruh tubuh.
2.Ruku’
Rukuk juga sangat baik untuk menghindari penyakit yang menyerang ruas tulang belakang yang terdiri dari tulang punggung, tulang leher, tulang pinggang dan ruas tulang tungging. Dengan melakukan rukuk, kita telah menarik, menggerakan dan mengendurkan saraf-saraf yang berada di otak, punggung dan lain-lain. Bayangkan bila kita menjalankan sholat lima waktu yang berjumlah 17 rakaat sehari semalam. Kalau rakaat kita rukuk satu kali, berarti kita melakukan gerakan ini sebanyak 17 kali.
3. Sujud
Belum lagi gerakan sujud yang setiap rakaat dua kali hingga junlahnya sehari 34 kali. Bersujud dengan meletakan jari-jari tangan di depan lutut membuat semua otot berkontraksi. Gerakan ini bukan saja membuat otot-otot itu akan menjadi besar dan kuat, tetapi juga membuat pembuluh darah dan urat-urat getah bening terpijat dan terurut. Posisi sujud ini juga sangat membantu kerja jantung dan menghindari mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah.
4. Duduk
Duduk tasyahud akhir atau tawaruk adalah salah satu anugerah Allah yang patut kita syukuri, karena sikap itu merupakan penyembuhan penyakit tanpa obat dan tanpa operasi. Posisi duduk dengan mengangkat kaki kanan dan menghadap jari-jari ke arah kiblat ini, secara otomatis memijat pusat-pusat daerah otak, ruas tulang punggung teratas, mata, otot-otot bahu, dan banyak lagi terdapat pada ujung kaki. Untuk laki-laki sikap duduk ini luar biasa manfaatnya, terutama untuk kesehatan dan kekuatan organ seks.
- Salam
Bahkan, gerakan salam akhir, berpaling ke kanan dan ke kiri pun, menurut penelitian Hembing punya manfaat besar karena gerakan ini sangat bermanfaat membantu menguatkan otot-otot leher dan kepala. Setiap mukmin pasti bisa merasakan itu, bila ia menjalankan sholat dengan benar. Tubuh akan terasa lebih segar, sendi-sendi dan otot akan terasa lebih kendur, dan otak juga mempu kembali berfikir dengan terang. Hanya saja, manfaat itu ada yang bisa merasakannya dengan sadar, ada juga yang tak disadari. Tapi harus diingat, sholat adalah ibadah agama bukan olahraga.
*) Penulis adalah Pegiat Komunitas Literasi Pesantren (KLP), tinggal di Kediri