Mengulik Hubungan Al-Qaeda dan ISIS di Indonesia

Mengulik Hubungan Al-Qaeda dan ISIS di Indonesia

Ada dua kelompok besar teroris, yaitu Al Qaeda dan ISIS. Dua kelompok ini sedang berebut pengaruh dan bersaing memperoleh dukungan teroris lokal.

Mengulik Hubungan Al-Qaeda dan ISIS di Indonesia

Beredar rekaman suara Bahrun Naim di media sosial Soundcloud berisi bantahan dirinya dalang teror bom Sarinah. Sebelumnya pihak berwenang mengaku memiliki bukti kuat Bahrun Naim adalah dalangnya. Kesahihan bahwa itu adalah suara Bahrun Naim dibenarkan oleh Muhammad Jibril sahabat Bahrun Naim dalam sebuah wawancara di media televisi CNN Indonesia (18/1).

Aparat menyatakan pelaku bom Sarinah adalah pengikut ISIS, dan ISIS pun juga mengakui perbuatannya. Soal siapa dalangnya masih dalam pengembangan aparat. Tulisan ini tidak membahas pro kontra Bahrun Naim sebagai dalang atau bukan, kalaupun dia dalangnya, kenyataannya sekarang dia ada di Suriah bersama ISIS, tentu saja mustahil ditangkap.

Satu hal yang menarik perhatian saya justru Muhammad Jibriel yang disebut sebagai pengamat terorisme dan pimpinan situs Arrahmah.com oleh CNN Indonesia. Sekilas seperti tidak ada yang aneh, kecuali bagi mereka yang tahu sosok Muhammad Jibriel dan kiprah Arrahmah.com selama ini.

Ada dua kelompok besar teroris, yaitu Al Qaeda dan ISIS. Dua kelompok ini sedang berebut pengaruh dan bersaing memperoleh dukungan teroris lokal. Puncaknya pada tanggal 12 September 2015 pemimpin pusat Al Qaeda Ayman Ad Dzawahiri menyatakan perang terbuka terhadap ISIS. Akar konflik keduanya berawal di Suriah.

Perseteruan dua raksasa teror ini menular ke pendukungnya masing masing, termasuk di Indonesia. Kedua kubu sama-sama fanatik, saling menyesatkan satu sama lain. Di alam maya juga demikian, situs internet rujukan pendukung teroris terbelah menjadi dua kubu, ada yang memihak Al Qaeda ada yang memihak ISIS.

Pada pertengahan tahun 2014, kelompok ISIS menjadi sorotan serius di Indonesia ketika banyak media memberitakan kekejaman kelompok ini di Suriah dan Irak. Ironisnya ketika itu publik baru menyadari ternyata banyak pendukung ISIS di Indonesia.

Seketika ISIS menjadi musuh nomer satu di republik ini, situs-situsnya diblokir, benderanya disita, pendukungnya diburu aparat. Tak ada lagi yang terbuka menyatakan dukungan terhadap ISIS. 

Keadaan berbalik, semua kompak menghujat ISIS secara terbuka. Nama ISIS semakin terkenal dan perlahan menenggelamkan Al Qaeda. Saking terkenalnya orang-orang di pasar mengenal nama ISIS, kelompok kejam suka membunuh atas nama agama.

Puncaknya, terjadinya teror bom Sarinah. Kebencian terhadap ISIS semakin menjadi-jadi. ISIS kini jadi musuh bersama, bahkan siapapun yang tidak tegas mengecam ISIS mudah dicap pendukung ISIS.

Orang menyederhanakan ISIS adalah teroris dan teroris adalah ISIS. Semua tentang ISIS dibahas. Siapa pun yang dipandang mengetahui tentang ISIS diajak duduk bersama berdiskusi membahas ISIS, yang penting dia anti-ISIS.

Situs Arrahmah.com memang anti-ISIS dan isi beritanya acapkali mengungkap kebrutalan ISIS di Suriah. Misalnya tulisan berjudul “ISIS dan Khawarij dalam Tinjauan Sejarah” yang dikutip dari Muqawamah Media isinya menyinggung ISIS sebagai kelompok Khawarij. Jibriel pendiri Arrahmah.com melalui laman facebooknya juga mengecam ISIS bangsa sesat, bodoh dan kaum Khawarij (14/1) . Tapi lain halnya terhadap Al Qaeda, Arrahmah.com begitu giat memberitakan sosok Al Qaeda sebagai kelompok pejuang Islam (mujahidin).

Benarkah yang diberitakan Arrahmah.com bahwa Al Qaeda adalah kelompok jihad yang berbeda dengan ISIS? Mari kita tengok ke belakang, serangkaian teror yang mengguncang dunia yang dilakukan anggota Al Qaeda contohnya teror Charlie Hebdo di Paris awal tahun 2015, dan di tanah air seperti  Bom Bali I,  Bom Hotel JW Marriott, Bom Bali II dan Bom Kedubes Australia dilakukan oleh Jamaah Islamiyah dan didanai Al Qaeda. Bahkan tak lama setelah ISIS mengaku bertanggung jawab teror bom Sarinah, Al Qaeda juga mengaku bertanggung jawab atas teror di sebuah restoran hotel di Burkina Faso yang menewaskan 29 orang. Dua kelompok ini sepertinya sedang berlomba-lomba meneror dunia.

Aparat berulangkali mengatakan memiliki data jumlah pengikut ISIS asal Indonesia, baik yang bergabung, atau yang kembali dari Suriah bahkan yang berhasil digagalkan bergabung ISIS. Tapi saya sendiri belum pernah mendengar aparat bicara data jumlah WNI yang terkait Al Qaeda di Suriah. 

Tewasnya Ridwan Abdul Hayyi adik kandung Muhammad Jibril di Suriah bersama Al Qaeda, bukti WNI yang terlibat di Suriah tak mesti terkait ISIS, bisa juga Al Qaeda. Dan sebagaimana yang dilaporkan Tempo 27 Maret 2015 silam, Abu Jibril, ayah kandung mendiang Ridwan, juga mengatakan anaknya tewas bergabung Al Qaeda, bukan ISIS. 

ISIS dan Al Qaeda, keduanya ibarat dua wajah dalam koin uang sama yakni terorisme. Publik harus disadarkan ancaman teror tidak hanya dari pendukung ISIS, namun bisa saja dari pendukung Al Qaeda di Indonesia. Bukankah sehari sebelum teror bom Sarinah pemimpin Al Qaeda Ayman Ad Dzawahiri telah berpidato dengan judul “Matahari Kemenangan akan Terbit dari Nusantara” dan berulangkali nama Indonesia disebut? []

Iqbal Cholidi adalah Jurnalis. Tinggal di Jember, Jawa Timur.