KH. Idris Kamali (1887-1987) adalah salah satu guru yang membentuk karakter KH. Ali Mustafa Yaqub (1952-2016). Tidak jarang, Kiai Ali Mustafa Yaqub menceritakan kisah nyantrinya dengan sang guru. Baik saat masih nyantri di Pesantren Tebuireng Jombang atupun saat di Mekah. Tepatnya adalah rentang tahun 1969-1973 di Tebuireng dan tahun 1976-1981 di Mekah. Saat halaqah dengan mahasantri Darus-Sunnah, Kiai Ali Mustafa Yaqub sering menyatakan bahwa andaikata masih ada jenjang pendidikan di atas S3 (doktoral), pasti beliau akan mengambilnya. Hal ini sejalan dengan prinsip yang sering beliau pesankan bahwa kita adalah pelajar hingga hari kiamat (nahnu thulabul ilmi ila yaumil qiyamah).
Terkait hal ini, saya semakin mafhum ketika membaca buku karya Kiai Cholidy Ibhar yang berjudul “Kitab Berjalan; Sosok Kiai Idris kamali” (2019). Buku setebal 120 halaman ini banyak mengisahkan laku hidup Kiai Idris Kamali. Dengan bahasa yang ringan, buku terbitan Pustaka Ilmu Yogyakarta ini banyak membantu kita untuk lebih mengenal sosok menantu Hadlaratus Syaikh Hasyim Asy’ari (1871-1947) ini. Khususnya terkait spirit belajar, berulang kali saya terdiam membeku saat membaca tiap lembarnya. Terbesit di hati, tidak aneh jika dulu Kiai Ali Mustafa Yaqub memiliki ghirah belajar yang tak pernah padam, mengingat teladan Kiai Idris Kamali nampak begitu nyata.
Tepatnya, setelah sekitar 16 tahun menggelar pengaderan santri khos di Tebuireng, tahun 1973, Kiai Idris Kamali merasa ilmunya sudah habis dikuras para santri. Karenanya, meskipun sudah berusia 85 tahun, Kiai Idris berangkat kembali ke Mekah untuk niat belajar. Lebih dari itu, di tahun-tahun ini, beliau masih menyempatkan sorogan kitab al-Umm. Tidak tanggung-tanggung, langsung di dekat makam Imam al-Syafi’i (150-204 H) di Kairo Mesir. Andai bukan karena semangat cinta ilmu, kami kira rihlah ilmiah ini sulit dijalani. Terlebih karena faktor usia dan jarak tempuh. Di bulan Ramadhan, Kiai Idris pagi hingga sore hari tuntas mendaras kitab al-Umm.
Padahal, selama di Tebuireng, Kiai Idris sudah mengampu sorogan rupa-rupa kitab. Lintas disiplin ilmu. Setiap tahun, ada 69 judul kitab yang didaras oleh 20 santri terpilih. Mulai dari nahwu, sharaf, fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadis, dan masih banyak lagi. Karena itu, Kiai Idris dijuluki sebagai kitab berjalan. Setiap ada permasalahan, beliau selalu menjawabnya dengan menunjukan judul kitab rujukan, lengkap dengan nomor halamannya. Selain full mengampu sorogan kitab, setiap malam Kiai Idris selalu mengulang hafalan al-Qur’an. Ada satu santri yang menyimak hafalan beliau, dan ada satu lagi yang bertugas memijit Kiai Idris. Dan salah satu yang memijit ini adalah Kiai Ali Mustafa Yaqub.
Dari kedekatan ini, tidak aneh jika spirit belajar Kiai Idris Kamali sangat melekat di Kiai Ali Mustafa Yaqub: Nahnu thulabul ilmi ila yaumil qiyamah, kita belajar sampai hari kiamat.