Apakah pekerjaan sahabiyah (Perempuan di zaman Rasulullah SAW) dahulu kala? Saat ini sudah banyak kita lihat dan ketahui bahwa Perempuan bekerja. Sama halnya dengan zaman Rasulullah SAW. Perempuan juga bekerja. Islam mengangkat derajat Perempuan dan memberikan hak-hak Perempuan, salah satunya untuk bekerja. Peranan Perempuan dalam bekerja dapat berkontribusi dalam membangun peradaban dan mencerdaskan Masyarakat.
Pada zaman Rasulullah SAW, pekerjaan yang dilakukan sahabiyah terbagi menjadi lima disiplin pekerjaan.
Pertama, Sahabiyah bekerja sebagai dokter, perawat dan menguasai ilmu kedokteran dan kesehatan. Ummu Sulaim (Ibunda Anas bin Malik), para Perempuan ansar di zaman perang, dan Rufaidah al-Aslamiyah binti Sa’d adalah Sahabiyah yang bekerja dalam bidang kesehatan dan kedokteran.
Dijelaskan dalam Hadis Rasulullah Saw yang diriwayatkan Imam Muslim, dari Anas ra: “Bahwa Rasulullah SAW pergi berperang, dan bersamanya Ummu sulaim juga Perempuan-perempuan ansar, ketika perang terjadi maka Ummu sulaim dan Perempuan ansar memberikan para sahabat air dan menyembuhkan sahabat yang terluka saat perang”.
Rufaidah Al-Aslamiyah binti Sa’ad terkenal sebagai dokter dan perawat Perempuan pertama. Diceritakan bahwa Rufaidah tidak hanya sebagai dokter saat perang, namun juga mengobati orang-orang sakit di selain masa-masa peperangan. Beberapa perang yang pernah diikuti oleh Rufaidah adalah perang khandak dan khaibar.
Ummul Mukminin Aisyah binti Abi Bakar juga belajar kepada Rufaidah. Nama Rufaidah juga disematkan menjadi nama madrasah dan universitas di Yordania.
Kedua, Sahabiyah bekerja dalam bidang pertanian dan peternakan. Asma’ binti Abi Bakar adalah salah satu sahabiyah yang terkenal ahli bekerja dalam bidang pertanian dan peternakan.
Baca Juga: Prof Zakiah Daradjat, Ulama Perempuan yang Berpengaruh di Dunia Pendidikan dan Psikologi
Selama pernikahannya bersama sahabat Zubayr bin Awwam, Asma’ sudah biasa melakukan pekerjaan dalam bertani dan beternak, Asma’ mengurus lahan palem, menguleni hasil panen lahannya, dan mengurus kuda suaminya. Sebagai Istri Zubayr, selain mengurus dapur dan mengasuh anak, Asma’ juga bekerja.
Ketiga, dalam bidang perdagangan dan administrasi, Sahabiyah yang paling terkenal dan ahli perdagangan adalah ummul mukminin Khadijah binti Khuwailid. Setelah menikah dengan Rasulullah SAW, Khadijah pun masih bekerja menemani Rasulullah SAW berdagang.
Sahabiyah Al-Shifa binti Abdillah Al syams terkenal ahli bekerja dalam bidang administrasi. Diceritakan bahwa Umar bin Khattab sering menuruti nasihat dan ilmu administrasi dari Al-shifa.
Keempat, Sahabiyah juga bekerja dalam bidang kerajinan tangan dan karya seni.
Ummul mukminin Zainab adalah istri Rasulullah SAW yang terkenal dermawan dan sering bersedekah dari hasil kerajinan tangan yang dibuatnya.
Menjadi pengrajin adalah suatu keahlian yang patut dilestarikan, karena karya-karya tersebut menjadi karya paten, dan pelestarian budaya yang diabadikan.
Kelima, pada zaman Rasulullah SAW, Sahabiyah menguasai dan bekerja dalam bidang pendidikan atau tarbiyah. Pengajaran ilmu-ilmu disampaikan oleh para Sahabiyah.
Ummul mukminin Aisyah binti Abi Bakar adalah istri Rasulullah SAW yang cerdas. Aisyah sudah biasa mengajar dan mengadakan kelas pembelajaran. Selain Aisyah, Ummu Salamah adalah salah satu Sahabiyah yang bekerja dalam bidang pendidikan.
Perempuan yang bekerja bukanlah ditujukan untuk menyaingi laki-laki. Perempuan bekerja tentunya sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Dengan bekerja, Perempuan dapat belajar dan menguasai ilmu dalam bidangnya bekerja. Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan peranan Perempuan dalam meningkatkan dan mencerdaskan bangsa.
Bagaimanakah jika hasil penghasilan kerja istri lebih tinggi dibandingkan suami? Tentu tidak menjadi masalah jika dapat saling dikomunikasikan.
Lantas, bagaimana jika Perempuan memilih fokus dalam rumah dan mengurus anak? Tentu juga tidak masalah, karena dengan fokus di rumah dan mengasuh anak maka Perempuan dapat lebih banyak belajar mengatur urusan di dalam rumah dan pengasuhan anak dengan lebih baik. Buktikan bahwa Perempuan mampu berkarya dengan caranya masing-masing.