Jalur Gaza mengalami hari paling mematikan dalam 15 tahun terakhir setelah serangan Hamas direspon oleh Israel dengan serangan udara yang membunuh 300 warga Palestina dalam 24 jam. Tak hanya itu, Israel telah mengumumkan “pengepungan total” terhadap Gaza, memutus pasokan air, makanan dan listrik, ketika militan Hamas mengancam akan mulai membunuh sandera sipil jika pengeboman terhadap wilayah tersebut terus berlanjut tanpa peringatan sebelumnya.
Tragedi tersebut memang hanya menampilkan Hamas berhadapan dengan Israel, karena serangan ke Israel yang tak terduga pada Sabtu (7/10/23) oleh Hamas. Padahal, ada satu kelompok yang juga vocal melakukan perlawanan nyata terhadap agresi zionis, mereka adalah Jihad Islam Palestina atau Palestinian Islamic Jihad (PIJ). Sebagai organisasi perlawanan terhadap Israel, nama Jihad Islam Palestina tidak bisa diabaikan. Kelompok ini kerap membuat Israel ketar-ketir dengan berbagai serangannya yang tidak terduga.
Pada hari Selasa, 3 Oktober 2023 , gerakan Jihad Islam Palestina mengadakan parade militer di daerah kantong pantai Jalur Gaza untuk menandai peringatan 36 tahun berdirinya organisasi tersebut.
Jihad Islam Palestina; Organisasi Militer Terbesar Kedua di Gaza
Jihad Islam Palestina, yang juga dikenal sebagai Harakāt al-Jihād al-Islāmī fī Filasṭīn, didirikan pada awal tahun 1980-an sebagai kelompok Islam bersenjata yang beroperasi di wilayah Gaza dan Tepi Barat. Kelompok yang dibentuk oleh dua aktivis Palestina bekas anggota Ikhwanul Muslimin, Dr Fathi Abdul Aziz Shaqaqi dan seorang ulama Syeikh Abdul Aziz Awda, ini berambisi memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari pendudukan Israel melalui perang suci (jihad).
Jika sayap militer Hamas adalah Brigade Izzuddin al-Qassam, maka sayap militer organisasi Jihad Islam Palestina adalah Brigade Al-Quds dengan Al-Atta sebagai komandannya. Brigade Al-Quds acap kali berada di balik serangan roket ke Israel atas perintah Al-Atta.
Di awal pembentukannya, kelompok ini mendapatkan pelatihan dari Hizbullah di Lebanon. Jihad Islam dituding berada di balik berbagai kasus pengeboman bunuh diri di Israel. Salah satunya pada 1989 di dalam bus kota Tel Aviv yang menewaskan 16 warga sipil.
Meskipun berpaham Islam Sunni, organisasi ini sempat disebut mendapatkan dukungan dari Iran yang Syiah. Jihad Islam dilaporkan mendapatkan bantuan dana, pelatihan, dan senjata dari Iran untuk melawan Israel. Namun, belakangan hubungan Jihad Islam dan Iran merenggang. Menurut harian berbahasa Arab yang berbasis di Inggris, Asharq al-Aqsat, sejak Mei 2015 Iran menghentikan pendanaan karena Jihad Islam bersikap netral soal intervensi Arab Saudi ke Yaman. Iran berharap Jihad Islam mengecam Saudi yang menyerang milisi Houthi di Yaman.
Meski demikian, penarikan bantuan finansial ini tampak tidak berpengaruh karena dalam beberapa tahun terakhir Jihad Islam berhasil mengembangkan senjata mereka sendiri hingga ke tahap yang hampir sama dengan Hamas. Di antaranya adalah roket jarak-jauh yang bisa mencapai pusat kota Tel Aviv.
Lalu, bagaimana relasi Jihad Islam Palestina dengan Hamas?
Jihad Islam Palestina kerap bekerja sama dengan Hamas dalam menyerang Israel. Hal itu karena keduanya berangkat dari akar ideologi yang sama yaitu Ikhwanul Muslimin di Mesir. Namun berbeda dengan Hamas, Jihad Islam kerap tidak mematuhi kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Track record ini, dan keterkaitannya dengan Hamas, membuat negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, Uni Eropa, Selandia, Baru, dan Jepang, memasukannya ke dalam daftar organisasi teroris dunia.
Karakter Jihad Islam Palestina yang lebih brutal ini barangkali dipicu dendam kesumat pada 2019 lalu ketika pasukan pertahanan Israel membunuh petinggi mereka, Bahaa Abu Al-Atta dalam sebuah serangan di Gaza. Meski PIJ dan Hamas sama-sama menyimpan dendam atas pembunuhan Al-Atta, PIJ tampak tidak bisa menahan diri karena melibatkan pemimpin agung mereka.
Hal inilah yang kadang melahirkan tensi di antara kedua kelompok tersebut. Hubungan keduanya seringkali tegang, terutama ketika Hamas menekan Jihad Islam Palestina untuk menghentikan serangan atau pembalasan terhadap Israel ketika berada di bawah gencatan senajata. Jihad Islam sering bertindak secara independen dari Hamas dan berfokus terutama pada konfrontasi militer.
Mengutip Media Indonesia, hubungan ini kadang-kadang menarik Hamas ke dalam pertempuran yang diprovokasi Jihad Islam. Begitupun sebaliknya. Terkadang, Hamas juga hanya menyaksikan saat Jihad Islam Palestina beradu rudal dengan tentara Israel. Namun pada kesempatan lain, PIJ bahkan tidak terlibat dalam pertempuran antara Hamas dengan Israel.
Dalam pertempuan empat hari terakhir ini misalnya, suara Jihad Islam Palestina nyaris tidak terdengar. Berita konflik Palestina dipenuhi dengan agresi Hamas dan serangan balik Israel.
Pergerakan Jihad Islam Palestina dalam Manuver Hamas
Pada 22 Agustus 2022, Jihad Islam Palestina menyepakati gencatan senjata dengan Israel. Gencatan senjata itu mengakhiri serangan udara mematikan oleh Israel dan rentetan tembakan roket Palestina yang telah berlangsung selama tiga hari. Gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir itu mulai berlaku Minggu malam dan disambut baik oleh banyak pihak.
Meski demikian, keputusan tersebut masih menyisakan kekhawatiran sebab situasinya masih rapuh dan konflik masih terjadi. Apalagi, pada Mei 2023 lalu, Jihad Islam Palestina memecah keheningan ketika melakukan peluncuran roket-roket ke arah kota-kota yang diduduki Israel. Serangan ini adalah tanggapan atas kejadian pada Selasa (9/5/23) lalu ketika tentara Israel melakukan serangan udara yang menewaskan tiga pemimpin PIJ yang diklaim Israel mengancam keamanannya.
Agresi dadakan ini yang membuat Jihad Islam Palestina masih menjadi ancaman nyata bagi Israel. Karena itu, meski keduanya sepakat dalam gencatan, potensi terjadinya pertempuran di antara keduanya masih sangat terbuka lebar.
Walau bagaimanapun, Jihad Islam Palestina dan Hamas adalah sekutu. Pertempuran Israel dengan Hamas yang pecah tiga hari terakhir ini rentan menyeret Jihad Islam Palestina ke dalam pertempuran dan merusak perjanjian gencatan senjata.
Selain berdoa untuk perdamaian kedua belah pihak, menarik mengamati bagaimana sikap Jihad Islam Palestina di tengah pertempuran Hamas-Israel di Gaza. Apakah Jihad Islam Palestina melihat serangan itu sebagai ancaman bagi eksistensi PIJ sehingga mereka tergerak ikut. Atau hanya menyaksikan dari balik panggung, sembari mempersiapkan strategi untuk agresi mereka selanjutnya.
Hal itu mengingat kelompok bersenjata Lebanon, yang sekaligus mentor pelatihan PIJ dulu, Hizbullah, ikut menyerang Israel dengan menembakkan artileri dan roket sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina. Meski berada di negara berbeda, Hizbullah memiliki visi yang sama dengan PIJ dan Hamas yaitu perlawanan bersenjata melawan Israel.
Inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan, jika Hizbullah saja sudah melibatkan diri dalam pertempuran, akankah Jihad Islam Palestina akan melakukan hal serupa ?