Meneladani Jejak dan Petuah Kyai Mufid

Meneladani Jejak dan Petuah Kyai Mufid

Meneladani Jejak dan Petuah Kyai Mufid

Sebagai seorang ulama, tentunya banyak perbuatan dan perkataan Kyai Mufid yang pantas ditiru dan dijadikan pegangan hidup bagi siapa saja yang ingin menjadikan hidupnya mulia, baik di dunia maupun di akhirat.

Diantara sekian banyak jejak, ajaran, dan petuah Kyai Mufid, pada tulisan kali ini hanya penulis cantumkan beberapa saja.

1. Al Qur’an Dan Shalawat

Sudah bukan asing lagi, bila Pondok Pesantren Sunan Pandanaran (PPSPA) itu tempatnya orang yang ingin menghafalkan al-Qur’an. Dan sebagai pelengkapnya, kyai Mufid menyarankan para anak didiknya untuk membaca shalawat dala’ilul khoirot minimal seminggu sekali. Istilahnya beliau, ”al-Qur’an di tangan kanan dan shalawat di tangan kiri”.

2. Jangan suka meminta

Sebagai seorang kyai pesantren, beliau memiliki satu prinsip-dan ini juga yang selalu beliau ajarkan kepada para santrinya, “Jangan suka meminta bantuan, termasuk kepada Negara”.

Namun, jika ada pihak yang memberikan bantuan, silahkan saja diterima. Itupun asalkan niatnya benar-benar ikhlas dan tanpa ‘embel-embel’ apa-apa.

3. Dekat dengan santri

Walalupun sebagai seorang guru bagi santri-santrinya, namun beliau tak mau dipanggil “kyai”. Beliau lebih suka dipanggil “bapak”.

Ini menunjukkan bahwasanya beliau bukan sekedar menjadi seorang guru yang pantas digugu dan ditiru, namun beliau berusaha menjadi ayah (orangtua) kedua bagi para santrinya.

4. Pandangan tehadap ilmu manfaat

Pernah suatu ketika seorang santri meminta didoakan agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Apa kata beliau? “ilmu iku iso manfaat terserah awake dewe-dewe” (ilmu itu bisa bermanfaat terserah pribadi (yang bersangkutan) sendiri-sendiri).

Disini, beliau secara jelas mengajarkan: jika ingin memiliki ilmu manfaat, maka seorang santri harus ‘mau’ melakukan sesuatu yang bisa membuat ilmunya manfaat, antara lain: tirakat, hormat kepada guru, dll.

Oleh: M. Nurul Huda