Di tengah terik matahari yang menggantung di langit Arafah, ribuan jemaah haji berkumpul dalam sebuah lautan manusia, mengenakan kain ihram yang putih bersih. Hari itu adalah puncak ibadah haji, hari yang paling dinanti oleh para tamu Allah.
Kami, petugas haji dan jemaah haji Indonesia berkumpul di sebuah tenda bernama “Tenda Misi Haji”. Menunggu waktu wukuf dimulai dan khutbah-khutbah indah disampaikan. Di hadapan kmai, telah berdiri seorang ulama kharismatik, sang ahli balaghah, Habib Ali Hasan Bahar, yang pada tahun 2024 ini kembali dipercaya untuk menyampaikan khutbah wukuf.
Suasana khutbah di Arafah selalu penuh khidmat. Hembusan angin dari blower AC di tenda menerpa wajah-wajah penuh harap seolah membawa pesan-pesan langit. Di bawah langit Arafah, setiap jemaah adalah sama, tak ada perbedaan pangkat atau harta. Semua bersatu dalam kebesaran Allah.
Habib Ali Hasan Bahar memulai khutbahnya dengan lantunan doa dan puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Suaranya yang lembut namun tegas menembus keheningan, menggugah hati setiap yang mendengarnya. Beliau mengajak para jemaah untuk merenungkan kembali esensi dari ibadah haji dan makna wukuf di Arafah.
Dalam khutbahnya, Habib Ali menekankan pentingnya akhlak yang mulia sebagai fondasi kehidupan seorang Muslim.
“Arofah ialah tempat membuka mata kita melihat diri kita sebagai manusia dan melihat manusia lainnya dengan pandangan kemanusiaan,” ucapnya dengan penuh keyakinan. Kalimat tersebut bagaikan tamparan lembut yang menyadarkan setiap jemaah akan pentingnya menjaga perilaku baik dalam setiap aspek kehidupan.
Habib Ali kemudian berbicara tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah. Di hadapan-Nya, tak ada perbedaan antara kaya dan miskin, tua dan muda, atau kulit putih dan hitam. “Semua kita adalah hamba Allah yang sama,” katanya.
”Semoga kepulangan kita nanti dari haji ini mampu menjaga akhlak, bukan hanya kepada sesama muslim saja bahkan dengan non muslim pun kita harus berakhlak.”
Dalam momen tersebut, para jemaah diajak untuk merenungi bahwa di mata Sang Pencipta, tak ada yang lebih tinggi derajatnya kecuali karena ketakwaan.
Suasana semakin khidmat ketika Habib Ali mengalihkan pembicaraan kepada kondisi saudara-saudara di Gaza, Palestina. Habib Ali mengajak semua yang hadir untuk mendoakan saudara-saudara di Gaza agar diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan yang mereka alami. Seruan Habib Ali bergema di padang Arafah, meneguhkan persatuan umat Islam dalam doa dan harapan yang sama.
Beliau menyampaikan doa yang mendalam untuk keselamatan dan kedamaian mereka.
“Ya Allah, lindungilah saudara-saudara kami di Gaza. Berikanlah kekuatan kepada mereka dan tanamkanlah ketabahan di hati mereka. Hapuskanlah kesedihan mereka dan gantikan dengan kebahagiaan,” doa beliau dengan suara yang bergetar, penuh dengan emosi dan keikhlasan.
Setiap kata yang keluar dari lisan Habib Ali seolah membawa energi spiritual yang besar, mengalir ke setiap jiwa yang hadir di sana. Rasa haru pun tak dapat dibendung, terlihat dari air mata yang mengalir di pipi para jemaah. Mereka berdoa bersama, mengangkat tangan mereka ke langit, berharap agar doa-doa mereka dikabulkan.
Dalam penutup khutbahnya, Habib Ali mengingatkan para jemaah untuk selalu menjaga persaudaraan dan saling membantu.
“Ya Allah kuatkanlah kami sebagai bangsa Indonesia dalam menjaga hubungan wathoniyah kami dan hubungan basyariyyah kami,” ucapnya.
Pesan ini menguatkan semangat solidaritas di antara para jemaah, mengingatkan mereka akan pentingnya kebersamaan dan tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika khutbah berakhir, suasana di Arafah dipenuhi dengan takbir dan tahmid. Para jemaah larut dalam doa dan dzikir, merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta. Hari itu, di bawah langit Arafah, mereka diingatkan kembali akan hakikat ibadah haji dan makna dari kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan dan kesetaraan.
Khutbah wukuf di Arafah oleh Habib Ali Hasan Bahar tidak hanya menyentuh hati para jemaah yang hadir, tetapi juga mengirimkan pesan mendalam tentang pentingnya akhlak, kesetaraan, dan solidaritas untuk saudara-saudara kita di Palestina. Hari itu menjadi saksi bagaimana ribuan hati bersatu dalam doa dan harapan, membentuk sebuah momentum spiritual yang tak terlupakan.
Setelah khutbah, suasana menjadi lebih hangat dan bersahabat saat Habib Ali dengan senyum tulus menerima permintaan foto dari kami, anggota Media Center Haji 2024 yang mewawancarinya pasca khotbah. Senyuman beliau menutup sesi tersebut dengan kesan yang mendalam, mengingatkan semua yang hadir bahwa senyuman dan kebaikan hati adalah bagian dari akhlak mulia yang diajarkan dalam Islam.
(AN)