International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) gelar seminar internasional bertajuk “Membangun Kerjasama Internasional untuk Menguatkan Komitmen dan Praktik Islam Rahmatan Lil ‘Alamin”.
Menggandeng organisasi keagamaan tersbesar seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan KBRI di Pakistan, Tunisia, dan Malaysia, acara yang berlangsung selama tiga hari (25-27) ini dihadiri oleh sejumlah pejabat negara.
Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin, dalam pidato sambutan menyebut jika lslam telah membangun paradigma yang sangat monumental, abadi dan universal dengan menghadirkan konsep rahmatan lil ‘alamin, tidak saja ramah terhadap sesame manusia, tetapi juga kepada semua ciptaan Tuhan.
“Tajuk ini saya pandang strategis dan tepat waktu karena kerja sama dunia Islam mutlak diperlukan mengingat tantangan yang dihadapi untuk penguatan komitmen dan praktiknya tidak ringan,” kata Kiai Ma’ruf (25/01).
Menurut Wapres Ma’ruf, citra Islam yang mulia telah dirampas oleh segelintir orang yang mengatasnamakan Islam untuk membenarkan kekerasan yang dilakukannya. Akibatnya, tidak sedikit pihak yang justru mengidentikkan Islam dengan ekstremisme dan kekerasan.
“Terjadi islamophobia yang saat ini marak di berbagai belahan dunia. Tak jarang, umat Islam mendapatkan perlakuan diskriminatif dan rasialis akibat islamophobia.”
“Islamophobia ini muncul akibat kesalahpahaman terhadap Islam serta generalisasi terhadap perbuatan sekelompok kecil orang yang mengatasnamakan Islam. Padahal sesungguhnya mereka itu bukan representasi umat Islam dan bukan cerminan dari ajaran Islam,” terang Kiai Ma’ruf.
Oleh karena itu, ia mengajak kepada umat Muslim untuk bergotong royong menyelesaikan kesalahpahaman tersebut dengan menyuguhkan cerminan Islam yang ramah dan bersahabat.
Hal serupa juga disampaikan oleh Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, dalam sambutan yang diwaikili Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin.
Menurut Menag, moderasi beragama adalah salah satu cara untuk menangkal ancaman radikalisme dan ekstremisme agama yang membawa banyak kerugian.
“Secara historis Indonesia telah menjaga dan mengimplementasikan pesan harmoni. Tetapi konsep mulia seperti itu telah dilukai oleh tindak kekerasan atas nama agama. Ujaran kebencian atas nama agama ini terjadi di berbagai wilayah. Karenanya, Pemerintah Indonesia melalui Kemenag merasa perlu untuk mengarusutamakan moderasi beragama,” kata Menag.
Menag menyebut jika moderasi beragama adalah sebuah komitmen nasional untuk hidup tanpa kekerasan dan mengakomodir kepentingan lokal untuk kehidupan yang lebih harmoni dan toleran antar umat beragama.
Masih senada, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia memainkan peran vital dalam merawat ukhuwah, baik ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), maupun ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan global.
Dalam sambutannya, staf ahli bidang hubungan antarlembaga Kemenlu RI, Muhsin Syihab, menegaskan bahwa Pemerintah RI berkomitmen untuk memfasilitasi interaksi antar ide dan gagasan dalam kerja sama internasional.
“Kemenlu telah melakukan berbagai dialog dan kolaborasi sejak tahun 2004,” ujarnya.
Melalui dialog tersebut, Pemerintah RI melalui Kemenlu mendorong konsep Islam rahmatan lil ‘alamin menjadi dasar dari berbagai kebijakan internasional.
Muhsin menyebut bahwa Indonesia telah bermitra dengan 34 negara dalam melakukan dialog antar iman. Dalam dialog-dialog tersebut dibahas bagaimana cara menanggulangi konflik antar agama. Indonesia terus menggelar berbagai konferensi internasional dengan pemimpin-pemimpin dunia Islam untuk merevitalisasi prinsip-prinsip Islam wasathiyyah di tengah-tengah tantangan global.
“Pancasila dan UUD 1945 adalah manifestasi dari prinsip-prinsip Islam wasathiyah. Maka, dalam berbagai forum internasional, kami selalu sharing tentang penerapan Islam wasathiyyah di Indonesia,” imbuhnya.
Kemenlu berharap agar setiap elemen memperkuat pengaplikasian Islam rahmatan lil ‘alamin. Kemenlu juga berharap agar Indonesia masyarakat Indonesia menjadi contoh bagi penerapan Islam rahmatan lil ‘alamin di tingkat global.
“Pemerintah, komunitas, serta masyarakat sipil di Indonesia harus menjadi yang terdepan dalam mengimplementasikan Islam rahmatan lil ‘alamin,” tutup Muhsin.