
Ribuan massa melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta pada Jumat (28/3) dalam rangka memperingati Hari Al-Quds Sedunia. Aksi yang diinisiasi oleh Barisan Aksi Resistensi Al-Aqsa (BARQ) ini merupakan bagian dari solidaritas global terhadap perjuangan bangsa Palestina sekaligus kecaman terhadap pendudukan Israel.
Aksi ini bertujuan mengingatkan dunia akan penderitaan rakyat Palestina dan menyoroti peran Amerika Serikat dalam mendukung agresi Israel. Dalam aksi tersebut, massa mengibarkan bendera Palestina dan Indonesia, serta membawa poster yang mengecam kebrutalan Israel dan meneriakkan sejumlah slogan. Para orator menyerukan tekanan internasional agar Amerika Serikat menghentikan dukungannya terhadap penjajahan di Palestina. Aksi ditutup dengan long march dari Kedubes AS ke Monas.
Peringatan Hari Al-Quds Sedunia juga digelar serentak di berbagai kota di Indonesia, seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Palembang, Polewali Mandar, Balikpapan, Pontianak, Lombok, Bandar Lampung, dan kota besar lainnya. Massa aksi di berbagai daerah menyerukan perlawanan terhadap penjajahan Israel, serta mendorong pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah diplomatik yang lebih tegas.
Hari Al-Quds: Sejarah dan Signifikansi
Hari Al-Quds diperingati setiap tahun pada hari Jumat terakhir bulan Ramadan di seluruh dunia. Aksi ini dilakukan serentak setelah salat Jumat berjamaah dan dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk umat Muslim, Yahudi, dan Kristen. Tak syak, peringatan ini tidak hanya menjadi simbol persatuan umat Islam, tetapi juga umat manusia.
Nama “Al-Quds” berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘yang suci’ dan merujuk pada Kota Yerusalem, sebagai tempat suci bagi tiga agama monoteistik—Islam, Kristen, dan Yahudi. Masjid Al-Aqsa, yang terletak di Yerusalem, merupakan masjid tersuci ketiga dalam Islam yang hingga kini berada di bawah pengawasan ketat militer Israel.
Menurut catatan Al Jazeera, Hari Al-Quds pertama kali ditetapkan pada tahun 1979 oleh Ayatullah Khomeini sebagai penolakan terhadap pendudukan Israel, serta wujud persatuan dalam mendukung perjuangan bangsa Palestina. Aksi ini bertujuan untuk menegaskan kembali komitmen masyarakat dunia dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Sejak 1979 hingga kini, peringatan Hari Al-Quds menjadi simbol perlawanan terhadap imperialisme dan penjajahan, tidak hanya digelar di Iran tetapi juga di berbagai negara Timur Tengah, seperti Irak, Lebanon, Yaman, Yordania, dan lainnya. Aksi ini pun meluas hingga ke Indonesia, Malaysia, India, Pakistan, Afrika Selatan, Maroko, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Australia, dan berbagai belahan dunia lainnya.
Perlawanan Global yang Masif
Pada Ramadan tahun ini, Israel melanggar perjanjian gencatan senjata dengan menyerang Gaza (18/3). Dalam serangan udara tersebut, lebih dari 400 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa. Tindakan tersebut dianggap sebagai pelanggaran gencatan senjata terang-terangan dan memicu kecaman internasional. Oleh karena itu, dukungan terhadap Palestina semakin menggema sebagai simbol perlawanan global terhadap ketidakadilan dan upaya genosida yang dilakukan Israel.
Peringatan Hari Al-Quds Sedunia tahun ini berlangsung masif di tengah berbagai tekanan internasional terhadap Israel. Gelombang demonstrasi terjadi di Australia, Amerika Serikat, dan Eropa yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat. Sejumlah kelompok Yahudi pun turut memimpin aksi protes menentang genosida di Gaza.
Bahkan, para peserta aksi mendapatkan tindakan represif dari aparat dan pemerintah setempat. Presiden AS, Donald Trump, menegaskan akan mendeportasi mahasiswa asing yang terlibat dalam demonstrasi aktivis pro-Palestina. Kebijakan ini menargetkan mahasiswa seperti Rumeysa Ozturk (Turki), Mahmoud Khalil (Aljazair-Palestina), Badar Khan Suri (India), dan Yunseo Chung (Korea-Amerika).
Penangkapan sejumlah aktivis pro-Palestina tersebut memicu gelombang demonstrasi di New York. Pada Maret 2025 ini, ratusan demonstran Yahudi menyerbu Trump Tower di New York untuk mendukung kemerdekaan bangsa Palestina, serta menuntut pembebasan Khalil dan aktivis lainnya yang ditahan oleh otoritas AS. Selain itu, peserta aksi menuntut AS berhenti mempersenjatai Israel.
Keberpihakan Kita
Hari Al-Quds bukan sekadar momentum tahunan, tetapi juga cerminan keberpihakan kita terhadap keadilan serta bentuk kecaman terhadap kezaliman. Mengingat eskalasi konflik yang semakin meningkat di Palestina, semangat “Hari Al-Quds” seyogyanya menjadi bagian dari kesadaran kolektif yang digaungkan setiap hari. Menyuarakan kemerdekaan Palestina adalah suatu keniscayaan bagi siapa saja yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Dukungan internasional terhadap Palestina yang semakin kuat menunjukkan bahwa perjuangan ini bukan hanya tanggung jawab politik, tetapi juga bagian dari penegakan keadilan universal. Hal ini menunjukkan bahwa solidaritas terhadap Palestina melampaui batas negara dan sekat agama. Dengan meningkatnya kesadaran global dan solidaritas internasional, harapan untuk melihat Palestina merdeka semakin nyata.
Indonesia secara konsisten menunjukkan keberpihakan terhadap Palestina, baik melalui dukungan diplomatik, bantuan kemanusiaan, maupun advokasi di forum internasional. Sebagai negara dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif, Indonesia menegaskan komitmennya dengan terus menyerukan kemerdekaan Palestina. Namun, Indonesia juga seharusnya mengambil peran yang lebih signifikan dengan mendorong sanksi internasional terhadap agresi Israel. Selain itu, Indonesia bisa melakukan diplomasi yang lebih proaktif, termasuk menjembatani dialog antarnegara dan memperkuat solidaritas dunia Islam.
Sebagaimana pesan yang digaungkan pada Hari Al-Quds Sedunia: Jika kita bersatu, maka kemerdekaan Palestina akan terwujud. Free…Free Palestine!
(WZ)