Mimpi bertemu Nabi itu impian bagi setiap muslim. Anda, saya dan kita semua tenta saja ingin bertemu beliau, sosok yang selalu kita sebut dalam sholat, tiap helaan nafas dan seperti orang tua kita; namanya selalu kita dengar. Namun, ternyata, semua orang tidak serta bisa klaim seenaknya ‘berjumpa’ dengan Nabi, apalagi untuk mengeruk keuntungan pribadi. Keuntungan itu bisa berupa finansial maupun sosial. Ingat, dosanya bisa sangat fatal, Anda bisa dianggap ‘menjual’ nama Nabi.
Dalam tulisannya di situs ini bertajuk Mimpi Berjumpa Nabi: Kekejian dan dusta Besar atas Nama Allah dan Rasul-Nya Ali Mashar menyebutkan hal yang penting untuk tia telaah. Ia menulis, ada yang namanya Ru’ya Shadiqah disebut sebagai bagian dari nubuwwah. Di antara mimpi yang benar itu adalah mimpi bertemu Rasulullah SAW, dan nubuwwah hanya datang dari Allah (bagian dari wahyu), maka barang siapa berbohong bahwa dia mendapatkan Ru’ya Shadiqah, maka ia telah berbohong bahwa Allah telah memperlihatkan sesuatu kepadanya, padahal tidak. Dan berbohong atas nama Allah jauh lebih besar dosa dan kekejiannya daripada kebohongan biasa.
Berikut ini teks dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi:
قيل: قد صح الخبر أن الرؤيا الصادقة جزء من النبوة، والنبوة لا تكون إلا وحياً، والكاذب في رؤياه يَّدعي أن الله تعالى أراه ما لم يره، وأعطاه جزءاً من النبوة لم يعطه إياه، والكاذب على الله تعالى أعظم فرية ممن كذب على الخلق أو على نفسه
Di dalam Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadis riwayat Ibnu Abbas, di mana Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلُمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ» رواه البخاري
وقوله: «تَحَلَّمَ بِحُلُمٍ» تكلف الحلم أو ادعى أنه رأى حلمًا. و«كُلِّفَ»: أي يوم القيامة، وذلك التكليف نوع من العذاب. و«يَعْقِدَ» يوصل. و«لَنْ يَفْعَلَ» لن يقدر على ذلك، وهو كناية عن استمرار العذاب عليه
Barang siapa mengaku-ngaku telah bermimpi sesuatu padahal ia tidak bermimpi seperti yang dikatakannya, ia akan disiksa di akhirat dengan siksa yang terus menerus. Siksa ini diistilahkan dengan “يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ ”: Menggabungkan dua butir biji gandum, dan dia tidak akan pernah bisa melakukannya, mengisyaratkan suatu adzab yang terus-menerus.
Hal senada, menurut Kiai Mazuqi Mustamar, Ulama asal Jawa Timur, kalau orang yang mudah berbohong itu dipercaya begitu saja, maka besok rasakan sendiri jika masuk neraka. Pasalnya, kalau mau ketat mengikuti tradisi ulama, berarti kejujuran adalah harga mati.
“Kita tidak boleh percaya sama orang yang mudah bohong. Perawi Hadis saja, (kalau) sekali berbohong, oleh Imam Bukhori langsung divonis hadisnya palsu. Nah (mereka) ini sudah bohong berapa kali coba?”
Nah, untuk itulah, meja redaksi kali ini membincang dengan detil perkara itu bersama Ustadz Idris & Ustadz Gaes, mulai dari konteks sejarah mereka-mereka yang mengaku pernah jumpa Nabi hingga efek jika ia berbohong mengaku berjumpa nabi.