Silaturahim atau menyambung hubungan kerabat sangat dianjurkan oleh agama. Allah Swt. berfirman, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri,” (QS. An-Nisa’ 4:36)
Silaturahim bisa dilakukan dengan banyak cara. Saling berkomunikasi, saling beranjang sana, menanyakan dan memperhatikan keadaan adalah diantara beberapa cara bersilaturahim. Walau begitu Imam Abdullah Alawi Al-Haddad dalam Risalah al-Muawanah menjelaskan bahwa Silaturahim tak akan sempurna kecuali dengan tiga hal; berperan aktif menghindarkan mereka tertimpa keburukan, menahan diri atas perlakuan buruk dari mereka, dan memberikan kebaikan serta menolong dengan harta sesuai kemampuan.Imam Sya’rani dalam Lawaqih Al-Anwar mengecam keras orang-orang yang setelah kaya lupa dengan kerabat sendiri. Mereka menikmati kekayaan yang dimiliki namun enggan dan merasa berat untuk membantu kerabat sendiri. Padahal orang yang memiliki hubungan kerabat itulah yang sepantasnya diprioritaskan ketika hendak membantu sesama. Rasulullah Saw. bersabda, “Bukanlah orang yang menyambung persaudaraan (yang sempurna) adalah yang membalas perlakuan kerabatnya (bila baik dibalas baik dan bila buruk dibalas buruk).Tetapi orang yang menyambung persaudaraan adalah yang apabila kerabatnya memutus maka ia menyambungnya. (HR. Bukhari dan lainnya). Bila hal itu tak mampu dilakukan, setidaknya jangan sampai mendiamkan atau tak mau berkomunikasi dengan orang yang masih kerabat.
Ada beberapa manfaat silaturrahim diantaranya,
- Ciri orang yang beriman sempurna. Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman (dengan sempurna) kepada Allah dan hari akhir maka sambunglah kerabatnya (HR. Bukhari Muslim)
- Melapangkan Rizki dan menambah umur. Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang suka bila rizkinya dilapangkan dan akalnya diakhirkan maka sambunglah kerabatnya (HR. Bukhari Muslim). Yang dimaksud dengan umur bertambah atau ajal yang diakhirkan adalah diberi keberkahan dalam hidup dan umurnya sehingga seakan-akan bertambah lama.
- Menghindarkan dari suul khatimah dan hal-hal yang tak diinginkan ketika hidup. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya sebab shadaqah dan Silaturahim Allah menambahkan umur, menolak suul Khotimah, serta menolak hal-hal yang dibenci dan ditakuti. “(HR. Abu Ya’la)
- Memakmurkan negeri. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya sebab satu kaum Allah memakmurkan negeri, menumbuhkan harta bagi mereka, dan tak pernah melihat dengan marah pada mereka sejak Dia menciptakan mereka. Kemudian ditanyakan, “Bagaimana bisa seperti itu Wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Sebab mereka menyambung silaturahim.” (HR. Thabrani dan Hakim)
- Menjadi orang yang paling utama. Dalam satu kesempatan Rasulullah Saw. ditanya, “Siapakah manusia yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang paling bertakwa kepada Allah dan paling menyambung tali kekerabatan.” (HR. Ahmad dan at-Thabrani).
Sebaliknya, Allah juga memberikan ancaman bagi orang yang memutus tali persaudaraan diantaranya :
- Tercirikan sebagai orang fasik dalam arti tak mengikuti perintah-Nya dan orang yang rugi. Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi (QS. All-Baqarah 2:27)
- Tidak masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus (persaudaraan).” (HR. Bukhari Muslim). Yang dimaksud tidak masuk surga di sini adalah tidak masuk surga yang dikhususkan untuk orang yang menyambung persaudaraan. Bisa juga yang dimaksud ia tak akan masuk surga kecuali setelah disucikan dulu dengan disiksa di neraka. Dalam hadits lain Rasulullah Saw. bersabda, “Dua orang yang Allah tidak memandang welas asih pada keduanya di hari kiamat yaitu orang yang memutus kerabat dan tetangga yang buruk (HR. Bazar)
- Menghalangi turunnya rahmat dan menghilangkan keberkahan. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya rahmat tidak turun pada kaum yang di sana terdapat orang yang memutus kerabat (HR. Bukhari). Hadits ini merupakan perintah bagi masyarakat agar memperhatikan kerabat dan mengingatkan yang memutus Silaturahim. Mendiamkan atau bersikap acuh dapat menghalangi turunnya Rahmat dan keberkahan.
- Tidak diterimanya amal salih sehingga tidak mendapat pahala. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya amal anak Adam dihaturkan pada Allah setiap sore hari Kamis malam Jum’at. Maka tidak diterima amalnya orang yang memutus persaudaraan. (HR. Bukhari dan Ahmad).
- Penghalang diampuninya dosa. Rasulullah Saw. bersabda, “Amal-amal dihaturkan (kepada Allah) tiap hari Senin dan Kamis. Maka Allah mengampuni (dosa-dosa) kecuali dosa dari dua orang yang bermusuhan dan orang yang memutus kerabat. (HR. Thabrani).
Masih banyak manfaat Silaturahim dan Akibat bagi orang yang meninggalkannya. Hal itu menunjukkan Silaturahim sangat diperhatikan dan memiliki posisi istimewa dalam agama.
Sebagian ulama mengatakan, “Jangan-jangan bala yang terus menerus menimpa bangsa kita disebabkan semakin renggangnya ikatan Silaturahim diantara kita.” Saat ini antar kerabat sudah tak saling kenal, antar tetangga saling acuh, antar anak bangsa saling benci dan mencaci. Marilah kita rekatkan kembali Silaturahim demi kemajuan dan kejayaan negeri menuju negeri yang selalu mendapat Rahmat dari Allah Swt.
*) Penulis adalah Pegiat di Komunitas Literasi Pesantren (KLP), tinggal di Magelang