Malingering: Pura-pura Sakit Demi Menghindar dari Hukuman, Bagaimana Menurut Islam?

Malingering: Pura-pura Sakit Demi Menghindar dari Hukuman, Bagaimana Menurut Islam?

Malingering: Pura-pura Sakit Demi Menghindar dari Hukuman, Bagaimana Menurut Islam?
Ilustrasi

Dalam berbagai kasus sering kita lihat banyak orang yang menjadi tersangka lalu kemudian pada saat proses penyidikan tiba-tiba mengalami gangguan kesehatan. Sebut saja kasus e-Ktp yang menjerat politisi Setya Novanto, kasus penistaan agama oleh Roy Suryo yang tiba-tiba berada di kursi roda setelah keluar dari ruangan pemeriksaan, dan yang trending saat ini adalah kasus pembunuhan Brigadir Josua yang didalangi Ferdy Sambo. Dalam kasus terakhir salah satu yang memicu pro-kontra adalah PC yang sudah tersangka tapi tidak ditahan.

Selain itu PC dalam salah satu pengakuannya yang disampaikan oleh Komnas Perempuan disebutkan bahwa PC trauma karena kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh Brigadir J. Selain itu Brigadir J juga melakukan kekerasan fisik. Namun pengakuan PC tidak didasari oleh bukti yang otentik.

Reza Indragiri Amriel, MCrim (Forpysich-master forensik), lulusan Universitas Melbourne yang juga pakar dalam Psikologi Forensik dalam salah satu wawancaranya di media televisi nasional mengatakan bahwa yang dilakukan PC adalah tindakan Malingering. Reza Indragiri Amriel juga membahas teori relasi-kuasa antara Brigadir J dan PC. Karena PC posisinya sebagai atasan maka ia bisa dengan mudah melakukan Malingering.

Dalam Ensiklopedia Kedokteran Gale, The Gale Grup Inc ( 2008 ) disebutkan bahwa Malingering merupakan perilaku dengan berpura- pura sakit yang berlebihan yang digunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Malingering terjadi karena kondisi lingkungan sekitarnya, seperti menghindari hukuman di sekolah, memalsukan kesehatan,dan lainnya.

Sedangkan dalam Kamus Kesehatan Dunia, Malingering dalam konteks kedokteran bisa berarti tindakan sengaja berpura-pura atau melebih-lebihkan gejala fisik atau psikologis untuk keuntungan pribadi.

Menurut American Psychiatric Association, pasien yang berpura-pura berbeda dari orang yang menciptakan gejala simpati (penyakit buatan). Pasien yang berpura-pura jelas memiliki sesuatu yang nyata untuk diperoleh. Orang dengan penyakit buatan tampaknya memiliki kebutuhan untuk memainkan peran “sakit”. Mereka mungkin berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian atau simpati.

Malingering dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an tidak ditemukan secara eksplisit mengenai Malingering. Dalam Al-Qur’an ada sebuah istilah yang biasa disebut dengan perbuatan berpura-pura atau menyembunyikan kebenaran. Malingering dianggap sebagai kepura-puraan secara medis seperti pura-pura sakit dengan tujuan untuk tidak melakukan pekerjaan atau untuk menghindari pemeriksaan. Sedangkan dalam ajaran Islam seorang muslim dilarang untuk berpura-pura dengan tujuan menyembunyikan kebenaran kecuali jika berhubungan dengan keselamatan jiwa, harta benda, agama dan keluarga. Seperti yang dilakukan salah satu sahabat Nabi yaitu Ammar bin Yasir bersama dengan orang tuanya. Ammar berpura-pura murtad agar tidak disiksa lagi oleh Abu Jahal.

Lalu bagaimana jika seseorang berpura-pura hanya untuk kepentingan pribadi ? Atau berpura-pura sakit misalnya agar mendapat keringanan hukum? Tentu hal ini tidak sejalan dengan sikap seorang muslim yang lari dari tanggung jawab. Sebagaimana disampaikan dalam Al-Qur’an surat al-Mudatstsir Ayat 38 :

كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌۙ

Artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”.

Mengapa ada perbuatan Malingering? Dalam surah al-Baqarah ayat 10 disebutkan bahwa orang yang berpura-pura atau menutupi kebenaran karena di dalam hatinya terdapat sebuah penyakit.

فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ‌ۚ وَّلَهُمۡ عَذَابٌ اَلِيۡمٌۙۢ بِمَا كَانُوۡا يَكۡذِبُوۡنَ‏

Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta”.

Dalam Tafsir Alquran Kementerian Agama RI, dijelaskan tentang keburukan dusta atau sikap pura-pura dan akibatnya, yaitu: dendam, iri hati, dan ragu-ragu termasuk penyakit jiwa.

Sedangkan dalam ayat lain disebutkan larangan untuk menyembunyikan kebenaran seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 42 :

وَلَا تَلۡبِسُوا الۡحَـقَّ بِالۡبَاطِلِ وَتَكۡتُمُوا الۡحَـقَّ وَاَنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ

Artinya : “Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya”.

Selain itu ada beberapa tindakan yang dilakukan dalam Malingering seperti, berusaha menghindari hukuman tertentu, keinginan menkonsumsi obat-obatan terlarang, memalsukan kesehatan agar tidak bekerja dan ingin mendapatkan tunjangan atau dari pekerjaan.

Ciri-ciri Malingering

Apa saja yang menandakan bahwa seseorang sedang melakukan Malingering?

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke-5 (DSM-5), ciri-ciri perilaku malingering yaitu:

  1. Sedang berada dalam kondisi medikolegal. Medikolegal adalah ilmu medis yang berkaitan dengan hukum. Dalam hal ini orang dengan malingering akan ‘kambuh’ jika sedang berada dalam kasus hukum tertentu.
  2. Cenderung tidak bisa diajak kerja sama, dan melanggar berbagai peraturan.
  3. Mengeluhkan gejala yang berlebihan.
  4. Memiliki gangguan kepribadian antisosial.

Apa bahaya dari perbuatan Malingering?

Pertama, seseorang yang melakukan Malingering tentu berdosa karena ia menyembunyikan kebenaran yang seharusnya diungkapkan. Kedua, malingering dalam sebuah kasus dapat menghambat penyidikan. Ketiga, malingering juga bisa mempengaruhi keputusan hakim. Secara personal mungkin akan menguntungkan pihak Malingering. Sebagai seorang Muslim kita harus menyakini bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Apalagi jika perbuatan tersebut merugikan orang lain dan dilakukan secara licik dengan berpura-pura. Allah swt berfirman dalam QS Yasin ayat 65:

اَلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰٓى اَفۡوَاهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيۡدِيۡهِمۡ وَتَشۡهَدُ اَرۡجُلُهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ‏

Artinya:

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

Bagaimana Cara mengatasi Malingering?

Malingering adalah salah satu sifat buruk yang harus dihindari seorang Muslim. Cara terbaik untuk menghindari Malingering adalah menanamkan sifat jujur serta menyesali semua perbuatan yang melanggar hukum. Baik pelanggaran dalam hukum tata negara maupun pelanggaran dalam norma agama. Allah swt berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. Al Ahzab: 70-71).

Hal lain yang bisa dilakukan pada saat menemukan orang yang Malingering adalah:

Pertama biarkan beberapa saat, karena akan sulit bagi pelaku untuk bertahan lama.

Kedua melakukan tes fisik, karena pelaku akan susah menirukan reaksi yang terjadi pada tubuhnya.

Ketiga selalu memberikan pertanyaan kepada pelaku karena jika pelaku berpura- pura pelaku akan susah menjawab pertanyaaan yang diajukan.

Jadi perilaku Malingering ini sangat tidak baik untuk dilakukan oleh seorang Muslim apakah pada ranah hukum maupun dalam ranah yang lain. Sebaiknya seorang Muslim selalu mendekatkan diri kepada Allah swt serta memohon petunjuk agar terhindar dari perilaku tercela salah satunya Malingering.