Sebuah film yang berjudul Padmavat menjadi bahan perbincangan di India. Film ini diambil dari sebuah puisi epik yang ditulis pada tahun 1540 oleh penyair sufi Malik Muhammad Jayasi. Epik ini ditulis dalam bahasa Hindustan Awadhi dan dikenal sebagai karya sastra sufistik. Isinya sebuah kisah fiksi alegoris Sultan Alauddin Khalji dari Delhi untuk Padmavati, Ratu Chittor. Alauddin Khalji dan suami Padmavati Ratan Sen adalah tokoh sejarah, sedangkan Padmavati adalah tokoh fiksi, meskipun ini diperdebatkan.
Malik Bin Jayasi adalah seorang sufi penganut tarekat Qistiyah. Jayasi juga dikenal sebagai seorang Muslim yang mempraktikkan dan tumbuh dan belajar karya Vedanta dan Kabir. Melalui karyanya, Jayasi menawarkan informasi tentang inspirasi dari orang-orang sufi pada masa itu dan sebelumnya. Nama Jayasi berasal dari ‘Jayas’ yang merupakan kota penting di kesultanan Sharqi Jaun pur (di negara bagian Uttar Pradesh sekarang). Kota ini juga dikenal sebagai pusat sufi di abad kelima belas dan keenam belas. Namun sebagaian sejarawan tidak yakin apakah Jayasi lahir di Jayas atau datang ke kota untuk mendapatkan pendidikan agama.
Dalam laman wikipedia disebutkan bahwa informasi tentang Jayasi masih menjadi perdebatan, dan tanggal dan tempat lahirnya adalahsimpang siur. Seperti yang dikatakan namanya oleh dikaitkan dengan Jayas , sebuah pusat sufi penting di India abad pertengahan yang terletak di Uttar Pradesh sekarang . Namun, ada perdebatan tentang apakah dia lahir di Jayas, atau bermigrasi ke sana untuk pendidikan agama
Menurut Sreenivasan seorang yang meneliti tentang jayasi mengatakan bahwa Jayasi kehilangan ayahnya saat ia masih kecil. Kemudian kehilangan ibunya beberapa tahun setelahnya. Konon setelah yatim piatu Jayasi diasuh oleh kelompok pertapa. Bahkan kehilangan satu matanya karena serangan penyakit cacar. Menurut cerita Jayasi menikah dan hidup sebagai petani. Dia diberkati dengan tujuh putra dan menjalani kehidupan yang sederhana dan saleh.
Jayasi berguru dengan Syeikh Mubarak Shah, salah satu sufi penganut tarekat Chistiyah. Ia mendapatkan ijazah dan mendapatkan gelar tinggi dalam tarekat ini. Pada tahun 90an, Sanjay Gandhi dan Rajiv Gandhi juga mengunjungi makam penyair sufi ini. Para pengikutnya mengunjungi makam Jayasi untuk sebuah festival tahunan.
Padmavat, yang digambarkan oleh banyak orang sebagai alegori jiwa manusia, telah mengalami banyak perubahan selama berabad-abad. Cerita legendaris ini berbentuk puisi atau masnawi dan merupakan sastrayang pertama kali ditulis dalam bahasa Persia dan kemudian diterjemahkan ke Awadhi untuk konsumsi masyarakat India. Dijelaskan bahwa Jayasi mendapat inspirasi untuk menulis epik Padmavat dari sejarah itu sendiri dan merangkainya dengan ajaran sufi untuk diubah menjadi sebuah kisah cinta.
Ada dua karyanya yang hingga sekarang masih bisa dibaca yakni Akhiri Kalam yang ditulid antara 1529-30 (936 H ) dan Padmavat pada antara 1540-41 (936 H). Jayasi meninggal tahun 1542 dan dimakamkan di Ram NagarIndia.