Menyemarakkan hari raya Idul Fitri 2020, Narasi TV menggelar sebuah event bertajuk “Rayakan Kebaikan” lewat Channel Youtubenya. Ada sejumlah musisi, ustaz, dan ulama yang dilibatkan. Salah satu yang ditunggu-tunggu petuahnya adalah KH Bahauddin Nur Salim atau akrab disapa Gus Baha.
Gus Baha dijadwalkan mengisi Kul-Zoom pada pukul 17.15, tadi sore. Menurut salah satu murid kesayangan mendiang Kiai Maimoen Zubair ini, agama Islam pada dasarnya akan selalu relevan untuk setiap peradaban dan segala situasi zaman.
“Islam mengajarkan kita banyak hal, termasuk dalam kondisi emergency atau kondisi darurat. Islam—sebagai agama ilmu—tidak akan kehilangan solusi untuk menjawab berbagai tantangan zaman. Ada kaidah umum tentang hukum sosial yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya.
Di antara dari kaidah-kaidah itu, lanjut Gus Baha, adalah ketika Rasulullah Saw bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Kemudian oleh para ulama ahli ushul fiqh dikatakan bilamana sebuah hukum atau ketentuan Islam itu pasti ada aturan bakunya, yaitu: “Al-hukmu Yaduuru Ma’a Al-‘‘illati Wujudan wa ‘Adaman” (Bahwa poros hukum yang bersifat tematik atau kasuistik itu akan disesuaikan dengan logika yang berdampak.)
“Misalnya dikatakan bahwa silaturahim itu adalah menyambung rahim. Di mana-mana menyambung itu tujuannya adalah memberi manfaat, memberi maslahat,” kata dia.
Meski begitu, lanjut Gus Baha, jika kita sedang berpenyakit, atau kita ditakdir punya lisan yang menyakitkan, atau punya perilaku yang tidak simpatik, maka seyogianya seperti saran Rasulullah Saw: takuffu syaraka aninnas…. (kamu sebaiknya mengisolasi diri, karena kalau setiap ketemu orang, bawaan kamu itu menyakiti orang lain.)
“Jadi sebelum ada penyakit pun, atau tanpa penyakit sekalipun, ada orang-orang yang sebaiknya menutup diri, yaitu orang-orang yang ditakdir kalau ngomong bawaannya selalui melukai orang lain, atau setiap perliaku yang bersangkutan itu bawaanya merugikan orang lain,” tegas Gus Baha.
Pada kesempatan ini, Gus Baha juga memberi ijazah Hadis Nabi sehubungan dengan hari raya Idul Fitri di tengah Pandemi Corona.
“Sebagai bonus mengingat ini adalah lailat al-Id, dan karena saya memang diajari oleh guru-guru agar selalu memaklumatkan Hadis Rasulillah Saw, maka saya sekalian akan memberi ijazah kepada para pemirsa.”
Adapun ijazah yang dimaksud adalah sebuah riwayat hadis berikut:
حديث عبادة بن الصا مت: أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: من أحياء ليلة الفطر و ليلة الأضحى لم يمت قلبه يوم تموت القلوب ~ رواه الطبراني
“Jadi, ntah berapa kadarnya kita harus hidup-hidupkan lailatal id ini. Bisa dengan shalat, bisa dengan tafakkur (instropeksi), dan bisa juga dengan birrul walidain (membantu orang tua, sebagai wujud bakti kepada mereka)” jelas Gus Baha.
Atau, lanjutnya, bisa pula dengan, misalnya, karantina diri (di rumah saja, red.). Sebab, dengan karantina atau tidak pergi ke mana-mana itu sudah merupakan suatu pahala, karena kita telah ikut berkontribusi mengurangi penyebaran penyakit.
“Jadi sejak dulu itu, jika kamu punya potensi untuk menularkan penyakit, atau bertetangga tapi hobinya ngerasani orang (ghibah), ulama sejak dulu itu sudah punya solusi bahwa sebaiknya di rumah aja,” pungkas Gus Baha.
BACA JUGA Gus Baha: Cara Spesial Menghidupkan Malam Hari Raya Idul Fitri 2020