Ibrahim al Wasitihi, seorang ulama sufi yang hidup pada abad keempat menunaikan ibadah hajinya. Bersama rombongannya beliau tiba di Arafah. Tibalah saat wukuf. Iapun berdoa dengan khusyuk dan menjalankan berbagai ritual ibadah. Sepanjang harinya hanya diisi dengan dzikir dan menangis mengingat-ingat kembali perbuatan dan kesalahan yang pernah dilakukan dirinya.
Usai beribadah Al Wasithi kemudian keluar dari kemahnya untuk menghirup udara segar Arafah. Dilihatnya lingkungan Padang arafah sangat segar da menyenangkan. Langit biru yang membentang membuatnya terus bersyukur atas nikmat Allah SWT yang diberikan kepadanya. Kemudian berjalanlah al Wasithi menyusuri Padang Arafah. Langkah demi langkah ia lalui sampai akhirnya menemukan seonggok batu kerikil yang bisa digunakan untuk melempar jumroh.
Sejenak Al Wasithi tertegun. Kemudian ia berniat akan memungut batu-batu itu, namun berhenti sejenak. Dalam pikirannya al Wasithi ingin agar seluruh benda-benda yang ada di sekitar Padang Arafah meneengar ikrar yang akan diucapkannya. Sambil menggenggam batu tersebut, Al Wasithi kemudian mengucapkan ikrar,” Wahai batu-batu Arafah, saksikanlah di hadapan Allah aku berikrar Asyhadu An Laa Ilaaha ill-Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah ( Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).
Kemudian Al Wasithi mengikuti prosesi ibadah haji selanjutnya. Bersama dengan rombongannya meninggalkan Arafah menuju Mudzdalifah. Saat mabit di Mina, Al Wasithi tertidur dan bermimpi bahwa telah tiba hari kiamat. Lautan manusia berjajar menunggu hisab. kejadian itu seperti suasana di Padang Arafah yang dipenuhi oleh lautan manusia.
Semua manusia saat itu menangis meminta mapun kepada Allah SWT. atas dosa-dosanya. Satu per satu mereka di timbang dan dihisap. Sampai pada akhirnya giliran Al Wasithi. Hatinta berdebar-debar menunggu hasil dari timbangan amalnya. Pada akhirnya terkejutlah Al Wasithi ketika dirinya kemudian digiring ke neraka. Maka menangislah dan memohon ampunan.
Setibanya di pintu neraka dan saat akan dijebloskan ke dalam api neraka, tiba-tiba ada sebuah batu yang menutupinya. Malaikatpun kemudian mencoba menggeser namun tak kuasa menggesernya. Kemudian Al Wasithi digiring ke pintu neraka yang kedua. Hal yang samapun terjadi, batu batu menutupi puintu neraka. kejaidan tersebut berlangsung hingga pada pintu ketujuh. Setiap kali menutup pintu itu, kerikil tersebut berkata,” Ya Allah kami adalah kerikil kerikil di Arafah. Kami menyaksikan bahwa orang ini telah berikrar dan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Maka kemudian Al Wasithipun dianugerahi Allah dengan masuk kedalam surga-Nya.