Pesantren. Kata ini berasal dari bahasa Sangsekerta. Kata dasarnya “Sashtri”. Ia bermakna manusia baik atau berbudi. Pesantren bermakna tempat santri. Di tempat itu para santri belajar agama, mengaji kitab suci dan ajaran-ajaran moral- spiritual”.
Di bagian dunia yang lain ia disebut dengan istilah berbeda-beda. “Zawiyah” , “Khanqah” (Persia). Ia bermakna “sudut”, pojok, sebuah tempat khusus bagi kaum sufi yang terletak di sudut sebuah masjid untuk berkhalwat menyepi, bermeditasi, melakukan permenungan intens, seperti para Nabi.
Dalam terminologi kaum sufi atau Tarekat disebut mujahadah atau ” Riyadhah”.
Dalam perkembangannya, tempat pendidikan keagamaan tersebut menjadi pondok pesantren, atau padepokan para pencari kehidupan spiritual. Di Aceh, ‘zawiyah’ mengalami perubahan penyebutan menjadi ‘dayah’.
Misi Pendidikan di Pesantren
Tujuan pendidikan, sebagaimana disebutkan oleh Dr. Zamakhsyari Dhofir, tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri dengan ilmu-ilmu agama, tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah-laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan para santri untuk hidup sederhana dan bersih hati.
Setiap santri diajarkan agar menerima etik agama di atas etik-etik yang lain. Tujuan pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian (ibadah) kepada Tuhan”.
Para pendiri pesantren awal adalah ulama bijakbestari, kekasih Allah. Orang menyebutnya Waliyullah. Al Qur’an menyebutkan :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
Mereka hadir bersama rakyat dan mendirikan tempat “khalwat”, untuk berdzikir atau meditasi di kampung-kampung, gunung-gunung, hutan-hutan dan sejenisnya.
Mengapa?
Ya karena rakyat jelata itu selalu menjadi korban kekuasaan. Dimarjinalkan, ditindas, dimiskinkan dst. Para ulama atau waliyullah itu meneruskan misi para Nabi : menemani mereka yang hatinya luka atau dilukai.
Begitulah.
Selamat Hari Santri. Semoga tetap dan terus konsisten berjuang menegakkan konstitusi NKRI.