Setidaknya ada 77 kali penggunaan kata musibah dalam Al-Qur’an yang tersebar pada 56 ayat di dalam 27 surah. Dalam kitab al-Mu’jam al-Mufradat fi Alfadz al-Qur’an al-Karim, dijelaskan bahwa 77 kata musibah tersebut terbagi ke dalam 33 bentuk kata kerja lampau (fi’il madhi), 32 dalam bentuk kata kerja sekarang (fi’il mudhori’), dan 12 dalam bentuk kata benda (isim).
Lalu apa makna dan hakikat musibah itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musibah diartikan dengan kejadian menyedihkan yang menimpa, atau malapetaka, atau bencana. Sedangkan dalam kamus bahasa Arab al-Munawwir, musibah berasal dari kata ashaba yang diartikan sebagai bencana atau malapetaka.
Dalam beberapa kamus bahasa Arab, musibah diartikan sebagai sesuatu yang kedatangannya tidak disukai oleh manusia. Hal ini sebagaimana hadis Rosulullah SAW dalam kitab Jami’ Sahih al-Bukhori;
(من يرد الله به خيرا يصيب منه (أي ابتلاه بالمصائب ليتيبه عليها، وهو الأمر المكروه ينزل بالإنسان
(Barang siapa yang dikehendaki Allah SWT untuk mendapat kebaikan, maka dia akan ditimpa musibah. Yakni di uji dengan berbagai bencana, supaya Allah SWT memberikan pahala kepadanya. Musibah adalah perihal yang turunnya atau kehadirannya pada manusia tidak disukai).
Akan tetapi, memaknai kata musibah dalam Al-Qur’an, tidak bisa serta merta letterlijk atau hanya mengacu pada terjemahan teks saja. Setidaknya, dalam memaknai sebuah kata yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an, harus berpedoman kepada kitab-kitab tafsir yang dikarang oleh para ulama-ulama Islam.
Misalnya dalam beberapa kitab-kitab tafsir Al-Qur’an, ada berbagai macam pengertian musibah. Seperti dalam tafsir Jami’ li Ahkam Al-Qur’an atau dikenal dengan Tafsir Qurtubi. Al-Qurtubi mengatakan bahwa musibah adalah segala sesuatu yang mengganggu orang mukmin dan menjadi bencana baginya. Musibah biasanya diucapkan oleh seseorang ketika mengalami malapetaka, walaupun malapetaka tersebut bersifat ringan maupun berat. Serta sering digunakan untuk kejadian-kejadian buruk yang tidak disukai.
Imam Baidawi, dalam tafsirnya Anwar at-Tanzil wa Asror at-Ta’wil mengatakan bahwa musibah adalah semua kemalangan yang dibenci dan menimpa umat manusia. Sedangkan menurut Mustafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, musibah adalah semua peristiwa yang menyedihkan, seperti meninggalnya seseorang yang dikasihi, kehilangan harta benda, atau penyakit yang menimpa. Baik itu bersifat ringan maupun berat.
Sedangkan menurut M Quraish Shihab, musibah tidak selau terikat dengan bencana, tetapi mencakup segala sesuatu yang terjadi, baik itu bersifat positif maupun negatif, baik anugerah maupun bencana.
Adapun kata musibah dengan pengertian seperti di atas, dalam Al-Qur’an terdapat di 10 ayat, yaitu Al-Baqarah ayat 156, Ali Imran ayat 165, An-Nisaa’ ayat 62 dan 72, Al-Maidah ayat 49, At-Taubah ayat 50, Al-Qashash ayat 47, Asy-Syura ayat 30, Al-Hadid ayat 22, dan At-Taghabun ayat 11.
Dari beberapa penjelasan di atas, musibah menurut Al-Qur’an merupakan bentuk ujian dan teguran dari Allah SWT, berupa hal baik ataupun yang buruk, seperti kelaparan, ketakutan, kematian, kekurangan harta, dan lain sebagainya.
Musibah pada hakikatnya, merupakan bagian dari seluruh rencana Allah SWT dalam penciptaan alam semesta, termasuk manusia. Selain itu, Allah SWT juga telah menetapkan sebelumnya, tentang semua hal yang sudah terjadi dan yang akan terjadi di Lauhil Mahfuz. Musibah juga merupakan peringatan dari Allah SWT kepada manusia, agar tidak lalai dalam beribadah kepada-Nya, dan menjaga segala sesuatu yang diciptakan-Nya.
Musibah merupakan Sunnatullah. dan juga bagian dari ketentuan Allah SWT kepada hambanya yang tidak bisa diprediksi kapan datangnya, dan menimpa siapa saja serta tidak bisa ditolak. Walaupun musibah tidak dapat ditolak, namun manusia diperintah oleh Allah SWT untuk menghindar, dalam artian pencegahan atau penanggulangan.
Pemahaman musibah yang lebih mendalam, sebagaimana yang ada di dalam Al-Qur’an akan membawa pemahaman dan kesadaran tentang makna dan hakikat dibalik sebuah musibah. Oleh karena itu, di antara anjuran ketika terjadi musibah adalah bersabar, berdo’a dan tawakkal kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam.