Pemerintah Prancis memberikan gelar kehormatan Palmes Académiques kepada Mahmud Syaltout. Penganugerahan secara resmi dilakukan pada Rabu, 9 November 2022 di kantor Institut Francais Indonesia yang berlokasi di Jakarta Pusat.
Palmes Academicues adalah anugerah yang diberikan pemerintah Prancis kepada para akademisi dan guru besar yang memiliki konsen dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Munculnya penghargaan ini didirikan oleh Napoleon pada tahun 1808 sebagai bentuk penghormatan bagi para ilmuan. Diketahui, penghargaan ini termasuk penghargaan tertua di negara yang menjadi juara piala dunia itu.
Pemerintah Prancis memberikan anugerah kepada Syaltout bukan tanpa alasan. Menurut konsuler kerjasama kedutaan besar Prancis Stéphane Dovert, Syaltout bukan sekadar seorang intelektual, namun juga seorang muslim.
“Dia adalah seorang intelektual muslim yang memperjuangkan kedamaian, toleransi. Islam terbuka terhadap tradisi dan dunia,” tutur dia.
Stephane menuturkan Syaltout termasuk Intelektual muslim yang tidak saja berpikir, tapi juga mempratikkan dan memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Seperti melalui aktifitas sosial di Nahdlatul Ulama (NU) dan Kementerian Agama.
“Dunia butuh orang seperti anda,” tutupnya.
Syaltout pernah mendapatkan beasiswa master dan doktoral dari pemerintah Prancis. Dia bahkan banyak mengembangkan pengetahuan dari Prancis di Indonesia. Syaltout menempuh Master Hukum Internasional dan Politik Pembangunan di Université Paris V – Sorbonne René Descartes. Sedangkan, Doktor Hukum Internasional, Sejarah Hubungan Internasional dan Intelijen Ekonomi – Université Paris V – Sorbonne René Descartes kodireksi dengan Université Paris I – Panthéon Sorbonne.
Sementara itu, Syatout mengaku dirinya kaget setelah mendapatkan kabar tentang akan diberikan penghargaan dari Pemerintah Prancis.
“Awalnya pasti saya kaget. Yang jelas saya menerima penghargaan ini dan harus bisa menjaga amanahnya. Sebab tokoh-tokoh besar yang telah mendapatkan anugerah ini,” kata pria kelahiran Surabaya ini.
Dia menceritakan awal mula memiliki kaitan dengan Prancis. Yakni setelah dia lulus sarjana dari Universitas Airlangga. Setelah lulus ada yang bertanya akan melanjutkan ke mana. Dengan enteng saat itu fia menjawab ingin kuliah di Prancis. Akibat pernyataan yang sambil lalu itu akhirnya tak dinyana dia dibimbing Fida Laure dan Michel Laure hingga akhirnya mendapat beasiswa dari pemerintah Prancis untuk melanjutkan studi master hingga dilanjutkan doktoral di kampus ternama di sana.
“Berkat cinta pencipta Campus France di Indonesia, Mrs. Fida Larue, dan bantuan serta nasihat berharga dari Mr. Michel Larue, saya dapat menemukan salah satu universitas terbaik di Paris. Bu Larue mengoreksi surat lamaran saya, proyek penelitian saya. Ya, merekalah yang telah membimbing saya di jalan yang baik untuk mencapai impian saya,” tutur pria yang juga pengurus Lakpesdam NU itu.
Seusai lulus dari Prancis, Syaltout menjadi dosen di Universitas Indonesia. Selanjutnya, saat ini dia menjadi dosen di Universitas Paramadina Jakarta. Dia juga mendapat amanah menjadi Tenaga Ahli Kementerian Agama. Dalam pengembangkan bidang keilmuannya, Syaltout bersama kawan-kawannya menginisasi berdirinya lembaga riset yang telah banyak mengerjakan penelitian.
Syaltout melanjutkan, tesis saat master di bidang Hubungan Internasional itu mendapat penilaian the best pada tahun 2005. Sedangkan saat doktor dia menulis disertasi tentang kajian hukum, hubungan internasional, dan manajemen. Dia menyelesaikan studi pada 2010 dengan prestasi summa cumlaude. Judul disertasinya Les effets de l’OMC sur la coopération économique et commerciale entre les Etats de l’Asie de l’Est (ASEAN+3) (Pengaruh WTO pada kerjasama ekonomi dan perdagangan di antara negara-negara Asia Timur). Kemudian pada 2011 disertasinya diterbitkan oleh Paperback. Di situs Amazone, buku tersebut dihargai USD 1.036. Dalam buku tersebut membahas tentang perang dan dagang di kawasan Asia.