Live Tiktok Saat Tarawih, Bagaimana Menyikapinya?

Live Tiktok Saat Tarawih, Bagaimana Menyikapinya?

Live Tiktok Saat Tarawih, Bagaimana Menyikapinya?

Umat Muslim memang memiliki beragam cara dalam merepresentasikan agamanya. Berbagai hal dilakukan agar seorang Muslim mendapatkan ‘legalitas’ di lingkungannya bahwa ia memang beragama dengan baik dan teratur. Tak terkecuali jika seorang Muslim merepresentasikan kegiatan agamanya dalam media sosial. Sepertinya ada semacam “hasrat”  dalam diri setiap muslim jaman now terutama mereka ‘pelaku’ medsos agar setiap aktivitas beragamanya harus tersalurkan lewat live, reel atau instastory.

Apakah ini adalah buah pemahaman dari frasa Islam Shalihun likulli Zaman wa Makan? Islam sebagai agama yang hadir dalam setiap momen, hadir dalam setiap tempat dan waktu, hadir dalam wilayah ‘sakral’ maupun wilayah ‘profan’.

Live Tiktok Saat Tarawih: Gift atau Dakwah

Fenomena seseorang live tiktok saat beribadah, baik itu ibadah Mahdah maupun ibadah Ghairu Mahdah, harus dipahami dengan baik konteksnya, sebagaimana yang terjadi seorang Ustadz bernama Mahmud Daud viral saat dirinya melakukan live Tiktok saat menjadi imam shalat tarawih di Masjid Nurul Alam, Manado. Live Tiktok ini secara resmi disiarkan lewat akun Tiktok masjid dengan nama @nurul.alam4631. Live ini telah dilihat oleh ribuan pengguna dengan beragam komentar.

Jika kita mengacu pada kaidah Fikih al-Umuru bi Maqashidiha (segala perbuatan tergantung niatnya), maka seseorang melakukan Live Titktok itu pasti punya tujuannya tersendiri. Tentu, kita harus menanyakannya langsung ke yang bersangkutan ataupun menunggu klarifikasi di kolom komentar. Apakah live Tiktok tersebut karena ingin mendapatkan gift, giveaway, menambah follower atau untuk mengimbangi live Tiktok yang lain dengan penampilan yang erotis dan alasan lain yaitu dakwah Islam.

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ

Artinya: ‘Sampaikanlah olehmu secara terang-terangan’ 

Media sosial Tiktok dapat diakses oleh siapa saja dan semua orang bebas membuat konten di dalamnya termasuk konten agama. Lagian, berdakwah juga tidak harus di masjid atau musala.

Bukankah saat ini banyak Live Tiktok yang non-Religius? Memperlihatkan penampilan yang agamis dengan suara merdu saat jadi imam solat tentu lebih baik dari pada yang berpenampilan minimalis dengan suara mendayu yang bisa memancing hasrat lawan jenis, jika kedua hal ini dilihat dalam sudut pandang Agama.

Gift dan Giveaway adalah Sedekah

Gift ataupun Giveaway dalam agama bisa dikategorikan sedekah. Hal tersebut sebagaimana ditulis M. Idman Salewe dalam buku Tafsir Kontekstual di Era Media Sosial: Menghadirkan Al-Qur’an Relevan dengan Isu-Isu yang Berkembang di Media Sosial, Narasi Kita Publishing, 2024.

Dan tentunya pemberi Gift ataupun Giveaway harus dilandasi dengan keikhlasan. Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 265 menekankan bahwa:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau merusak (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti”.

Jadi segala bentuk pemberian kepada orang lain termasuk Gift tidak perlu disebut-sebut (Laa Tubtiluu) dan tidak perlu dijadikan sebagai bahan pamer (Riaan Naas).

Bagi mereka yang paham agama tentu Gift maupun Giveaway dijadikan ladang pahala apalagi di bulan suci Ramadhan ini. Pemberian Gift tersebut diharapkan memotivasi orang lain agar tetap semangat membuat konten yang berisi pesan-pesan agama.

Mendapatkan Gift dari Tiktok tentu sebuah pencapaian dan bisa menambah pundi-pundi rupiah. Apalagi di tengah banyaknya korban PHK saat ini tentu Live Tiktok bisa menjadi salah satu ‘lapangan kerja’ yang baru tanpa harus ukur tinggi badan atau melihat nilai IPK.

Live Tiktok Saat Tarawih: Melihatnya dari Kacamata Fenomenologi Agama

Dengan berbagai macam perilaku seseorang di media sosial dan agar tidak terjebak dalam narasi ‘itu salah’ dan ‘ini benar’ maka perlu kita melihatnya dalam sebuah sudut pandang yang tidak men-judge sebuah tindakan itu. Fenomenologi Agama memberikan gambaran bahwa setiap aktivitas beragama seperti sholat ataupun puasa itu memiliki keunikannya sendiri dan tidak bisa dibandingkan kelebihan antara ibadah satu dengan ibadah yang lain. Karena setiap ibadah itu punya “keunikannya” sendiri.

Live Tiktok adalah sebuah budaya baru dan menjadi ‘ibadah’ baru. Jika pada masa lalu budaya memiliki bentuk seperti ukiran kuno dengan berbagai bentuk aksaranya maka saat ini budaya tersebut beralih menjadi live streaming dengan perangkatnya like, share, subscribe ataupun notifikasi. Agama harus hadir dalam segmen ini. Atau kalau tidak, agama hanya tertulis dalam kitab atau berada dalam dada para alim ulama.

Jadi penilaian terhadap sang ustadz yang sedang live tiktok shalat Tarawih harus ‘ditanggalkan’ atau ‘ditangguhkan’ dulu. Biarkanlah kita melihat apa adanya. Mungkin saja dengan cara tersebut masyarakat di sekitar masjid bisa lebih termotivasi ikut solat berjamaaah atau dengan cara live juga bisa menjadi donasi bagi pemeliharaan atau pun pembangunan masjid.

(AN)