Salah satu elemen penting toleransi adalah jaminan warga untuk bebas beribah sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Tentu saja hal itu tidak biSa dilakukan oleh warga semata, tapi juga peran pemerintah setempat. Untuk itulah, Setara Insititute merilis kota-kota paling toleran di Indonesia sepanjang 2015 bertepatan dengan hari toleransi tanggal 16 November lalu.
"Pematang Siantar di posisi pertama dengan skor 1,47. Semakin besar angka yang diperoleh maka tingkat toleran-nya semakin rendah," ujar Peneliti Setara Institute Ismail Hasani sebagaimana dikutip dari kantor berita Antara (16/11)
Pematang Siantar merupakan kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota berpenduduk 240.787 jiwa ini berjarak hanya 128 KM dari kota Medan dan kerap dianggap sebagai kota transit bagi mereka yang hendak berwisata ke danau toba. Batak Simalungun merupakan etnis yang paling mendalami daerah ini, tapi etnis lain seperti melayu, jawa dan tionghoa juga sangat banyak. Bahkan antara Vihara, Gereja dan masjid berdampingan dengan aman dengan di kota ini.
Pada posisi kedua adalah kota Salatiga (1,47). Kota ini berada di provinsi jawa Tengah dengan populasi penduduk 186, 087 jiwa dan luas 56,781 km. Semboyan kota ini adalah Salatiga Beriman: Sehat, Indah, Bersih dan nyaman. Kota yang saat ini berumur juga kerap disebut sebagai Indonesia Kecil karena beragamnya etnis dan agama yang ada di sana dan hidup rukun.
Kota ketiga selanjutnya yang mendapatkan predikat kota toleran adalah Singkawang (1,47) yang berada di Kalimantan Barat. Kota ini berjarak 145 KM dari kota Pontianak dan kebanyakan dihuni oleh warga Tionghoa. Relasi antar agama juga terbangun dengan sangat baik di kota ini. bahkan, tak jarang perayaan Cap Gomeh pun sering dilakukan bersama-sama dengan agama lain sebagai bentuk toleransi.
“Sejak saya lahir, keharmonisan di Singkawang tetap terjaga. Singkawang merupakan miniatur Indonesia. Di sini antara masjid dan gereja atau Vihara hidup berdampingan,” tutur walikota Singkawang, Awang Ishak
Kerukunan di kota ini bukan isapan jempol belaka. Baru-baru ini, FKPUB Aceh berkunjung ke sana dan merasa takjub dengan hubungan antar agama di kota ini.
“Saya kagum dan kerukunan baik suku dan agama, sehingga Singkawang mendapatkan predikat kota ketiga terbaik toleransi di Indonesia,” papar Ziaudin seperti dikutip dari Antara (27/11).
Keempat adalah kota dan Manado (1,47). Kota ini berada di Sulawesi Utara dan merupakan ibu kota provinsi tersebut. Kota berpenduduk 410.481 jiwa juga memiliki keragaman agama dan saling hidup berdamipingan, Kristen Protestan, Islam, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu. Tentu saja kita melihat Jalan Roda (Jarod) yang jadi tempat warga untuk saling berinteraksi dan saling mengenal, apa pun agamanya.
Kota selanjutnya adalah Tual (1,47) yang berada Maluku Tenggara, provinsi Maluku. Kota ini memiliki luas 19.088,29 Km persegi dan penduduk 54.670 jiwa. Beberapa tahun sebelumnya, kita akan melihat kota ini sebagai salah satu kota intoleransi tertinggi. Tapi, saat ini yang terjadi sebaliknya dan malah jadi percontohan sebagai kota toleran.
Penyusunan Indeks Kota Toleran dilakukan oleh Setara Institute pada Agustus-September 2015. Pengukuran Indeks Kota Toleran 2015 dilakukan untuk memperingati Hari Toleran Internasional yang jatuh setiap tanggal 16 November. Variabel yang digunakan adalah memeriksa 4 variabel di 94 kota di Indonesia.
Variabel tersebut adalah regulasi pemerintah (RPJMD dan perda diskriminatif), tindakan pemerintah (pernyataan dan respon dari pemerintah terhadap kebebasan beragama/berkeyakinan), peristiwa intoleransi, dan demografi agama (komposisi penduduk berdasarkan agam).
Selain itu, ada 5 kota lagi yang dianggap percontohan, yakni Sibolga, Ambon, Sorong, Pontianak, Palangkaraya. Sedangkan kota-kota yang menjadi pusat pemerintahan, DKI, Jakarta malah mendapatkan peringkat bawah bersama Bogor dan Bekasi.
Jadi, apakah kota-kota yang lain akan mengikuti menjadi kota toleran? Semoga saja.
(DP/berbagi sumber)