Dalam konten YouTube Indonesia Mengaji Ustadz Rahmat Baequni (URB) mengaitkan sebuah hadis dengan suksesnya Cina menguasai perekonomian dunia, dan lambat laun juga akan menguasai Indonesia. Berikut ini cuplikan ceramah URB:
“Tentang perang, saya pernah bertemu dengan seorang pengamat politik, dan dia membuat simulasi belajar dari perang dunia kedua, …. saya mencoba memahami, memproyeksikan hadis Rasulullah yang saya baca pada fakta kekinian tentang peluang-peluang apa yang akan terjadi, ini bukan spekulasi tapi hanya pengamatan belaka. Rasulullah SAW menyebutkan la ta’tinas sa’atu, kiamat tidak akan datang kepada kita, hatta tuqatilu qauman, sehingga kalian akan berperang dengan satu kaum, ciri-ciri mereka itu shigharal a’yun, mata mereka sipit, juluduhum ahmar, kulit mereka merah, dzulfal unuf, hidung mereka pesek, wa wujuhuhum kal majannil muthroqoh, wajah mereka lebar seperti tameng. Kira-kira bangsa mana bapak, ibu? Bangsa Cina. Mereka sudah datang ke Indonesia kan?”
Hadis yang disebutkan URB itu memang terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim. Akan tetapi, URB tidak menjelaskan hadis tersebut dengan redaksi yang komprehensif. Dalam berbagai riwayat yang shahih, yang dimaksud qauman atau bangsa dalam hadis tersebut adalah bangsa al-Turk (bentuk singular dari atrak). Siapakah bangsa al-Turk dalam hadis Nabi tersebut?
Doktor Ali Muhammad al-Shalabi dalam bukunya al-Daulatul Utsmaniyah: ‘Awamilun Nuhudh wa Asbabus Suquth, menjelaskan Umat Islam di tangan khalifah Umar bin Khatab berhasil melakukan futuhat ke beberapa wilayah Asia Tengah sejak tahun 22 Hijriah. Waktu itu, umat Islam mampu mengalahkan Kekaisaran Sasania (al-Daulatus Sasaniyyah). Mereka yang hidup di masa kekaisaran tersebut dijuluki dengan Bangsa at-Turk (dalam bentuk plural disebut Atrak), belakang disebut dengan Turkistan. Bangsa Muslim Arab waktu itu menyebut wilayah tersebut dengan manthiqah ma wara an-nahar, dan bangsa Persia menyebutnya Fararud.
Turkistan pada masa lampau bukanlah hanya China saja. Akan tetapi, negara-negara yang sekarang didiami umat Muslim, seperti Uzbekistan, Tajikistan, dan sebagainya.
Selain itu, Imam al-Nawawi dalam syarah Shahih Muslim menyebutkan bahwa perang melawan Turk itu sudah pernah terjadi di zaman Imam an-Nawawi hidup, sekitar 8 abad yang lalu. Nah, 8 abad lalu sampai sekarang belum juga terjadi kiamat. Itu bukan waktu yang sebentar.
Apakah kejadian ini akan terulang kembali, sementara khitab Nabi tekait hadis ini ditujukan kepada sahabat? Apakah masih berlaku pada konteks saat ini? Kami kira penafsiran yang dilakukan URB terlalu memaksakan, karena Imam an-Nawawi sebagai ahli hadis dan ahli fikih menyatakan perang melawan bangsa Turk, bukan China, itu sudah terjadi.
Selain itu juga, perang melawan bangsa Turk merupakan tanda kiamat kecil, bukan tanda kiamat besar. Bila pun kita ingin mengkritik pemerintah China, alangkah baiknya tidak melakukan cocokologi untuk meyakinkan umat.