Sederhana saja, sebuah lingkungan miskin membutuhkan bantuan. Maka datanglah sekelompok pendeta kristen atau romo katolik, memberikan bantuan makanan, mereka membawa sembako, pengobatan, dan juga bersedia mengajarkan pendidikan gratis. Setelah beberapa lama, pendeta ini dituduh kristenisasi, mereka diusir, diancam, dan diasingkan.
Lantas beberapa dari mereka bertanya, kenapa diusir? Sebagian yang lain menjawab, karena kebaikan itu cuma kedok, mereka membantu karena ada maunya.
Mengapa mereka dicurigai ada maunya? Karena tak pernah ada bantuan yang cuma-cuma, semua pasti ada agenda di belakangnya.
Tahukah kamu menjadi katolik itu susah? Seseorang mesti belajar secara terus menerus setiap minggu tanpa terputus dalam proses yang disebut Katekisasi dan belajar tentang katekismus setahun penuh dan belum tentu ia bisa menjadi katolik jika dirasa tidak memenuhi kriteria. Maka jika kamu berteriak tentang kristenisasi, sudahkah kamu paham tentang ajaran agama yang kamu curigai itu?
Ini masalahnya, orang-orang asing itu mau membantu tetanggamu yang kelaparan, mau merawat mereka yang kamu anggap gila dan miskin dengan suka rela, kebaikan hati akan menyentuh nurani, kamu bisa menyebutnya kristenisasi, saya menyebutnya amal kasih.
Jika kamu takut bantuan mi instan, beras, minyak, dan telor akan mengubah iman tetanggamu, kenapa tidak sedari awal kamu bantu mereka supaya tidak kelaparan? Supaya tidak miskin dan tidak menderita? mengapa kamu malah mencurigai orang yang berniat baik dengan tuduhan pengkafiran?
Kalau kamu sibuk membantu orang orang jauh di Syria, Yaman, Palestina, dan Afganistan tapi abai pada tetanggamu yang kelaparan, ada yang salah dengan caramu bertetangga. Jika kamu marah karena ada orang dari agama lain membantu tetanggamu yang lapar, miskin, dan sakit sementara kamu bisa tapi menolak membantu, maka ada yang salah dari caramu beragama.
Sesederhana itu.