“Dalam gelas kerinduan it (kopi) membuat setiap orang yang meminumnya berada dalam tingkatan para perindu dan memakaikan pakaian ahli pecinta dalam kedekatan kepada-Nya. Bahkan seandainya diminum oleh seorang Yahudi sekalipun, maka niscaya hatinya akan mendaptkan tarikan hidayah dan inayah Tuhan”
Syaikh Bamakhromah
Kopi atau dalam bahasa Arab biasa disebut dengan qohwah merupakan salah satu minuman yang paling disukai oleh Ulama Yaman, khususnya dikalangan para masyayikh, habaib Alawiyyin dan Syadziliyah di Hadramaut. Selain aroma dan rasanya yang nikmat, kopi juga memiliki cita rasa sangat khas di lidah setiap penikmatnya.
Kopi ternyata terbukti mengandung unsur kimia yang bisa menolak kantuk, sehingga sangat cocok sekali bagi orang yang ingin begadang atau memiliki aktivitas di malam hari.
Menurut pengamatan saya, ulama Hadramaut biasanya memiliki waktu dan tradisi khusus ketika menikmati kopi. Ada yang menikmatinya bersama keluarga di waktu Dhuha, atau orang sini menyebutnya kopi dlohwah. Ada juga yang menikmatinya ketika di majelis-majelis ilmu hadroh, atau dzikir sambil mendengarkan qasidah yang dibacakan oleh seorang munsyid (vocalis nasyid). Dan, ini yang sering dan kebanyakan saya jumpai.
Jika kita menelisik sejarah para ulama salafush shalih pada zaman dahulu, kita akan menemukan banyak sekali ulama-ulama yang berbicara tentang kebolehan dan keutamaan meminum kopi. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sampai mengarang syair, risalah, atau kitab khusus yang berbicara tentang kopi.
Di antaranya; Al-Allamah Abdul Qodir bin Muhammad al-Jaziry dalam kitabnya Umdatus Shofwah fi hukmil Qohwah, Sayyid Abdurrahman bin Muhammad al-Aidrus dalam Risalah al-Inaasu As-shofwah bi Anfaasil al-Qohwah, dan al-Allamah Syaikh Ikhsan Jampes Kediri dalam kitabnya Irsyadul Ikhwan fi syurbil Qohwah wa Addukhon.
Adapun ulama yang berfatwa mengenai kebolehan meminum kopi di antaranya yang mungkin tidak asing lagi di telinga kita: Syaikhul Islam Syaikh Zakariya Al-Anshori, Syaikh Abdurrahman bin Ziyad, Sayyid Zarruq Al-Maliki Al-Maghribi, Syaikh Abdullah bin Sahl Baqushairi, Al-Imam Ahmad bin Alawi Bajahdab, Fakhrul Wujud Syidi Syaikh Abu Bakar bin Salim Attarimi, Syaikh Abdullah bin Ahmad Al-Aidrus, Sayyid Haatim Al-Ahdhal, Sayyidinal Imam al-‘Arif billah Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, al-Faqih Umar bin Abdullah Bamakhromah dan Syaikh Abdurrahman bin Umar Al-‘Amudiy.
Menurut Sayyidi al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad al-Aidrus dalam risalahnya al-Inaasu as-shofwah bi Anfaasil Qohwah menyebutkan, kopi pertama kali di temukan di Yaman pada akhir abad ke 8 M oleh al-Imam Abu Hasan Ali bin Umar As-Syadzili. Salah satu keturunan Rasulullah SAW yang mengikuti tarekat al-Qutb Abil Hasan Ali bin Abdullah Asy-Syadzili (pendiri tarekat).
Kenapa para ulama Hadramaut bahkan para tokoh pembesar sufi banyak yang mengistimewakan kopi?
Al-Imam Ibnu Hajar dalam salah satu kitabnya berkomentar;”Lalu ketahuilah duhai hati yang gelisah, bahwa kopi ini telah dijadikan oleh ahli shofwah (Orang-orang yang bersih hatinya) sebagai pengundang akan datangnya cahaya dan rahasia Tuhan, penghapus kesusahan”.
Adapun manfaat dari meminum kopi Al-Imam Ahmad bin Ali Al-Baskari berkata; “Adapun kopi manfaatnya yaitu kira-kira untuk membuat semangat beribadah dan bekerja, menghancurkan makanan agar tidak masuk angin, juga menghilangkan dahak yang berlebihan”.
Kopi juga sangat bermanfaat bagi seorang santri atau penuntut ilmu. Seperti dikatakan dalam tarikh Ibnu Tayyib;
يا قهوة تذهب هم الفتى* انت لحاوى العلم نعم المراد
شراب اهل الله فيه الشفا* لطالب الحكمة بين العباد
Kopi adalah penghilang kesusahan wahai pemuda
Senikmat-nikmatnya keinginan bagi engkau yang sedang mencari ilmu
Kopi adalah minuman orang yang dekat dengan Allah di dalamnya ada kesembuhan bagi para pencari hikmah diantara manusia
Ada banyak tata cara, adab, dan doa-doa dalam meminum kopi menurut tradisi ulama Hadramaut. Tentunya, yang paling utama adalah ketika meminum kopi diusahakan harus dalam keadaan suci atau mempunyai wudlu.
Adapun doa-doa yang dibaca ketika meminum kopi Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad Attarimi dalam kitabnya Tasbitul Fuadz juz 2 hal. 13 menyebutkan;
Pertama, jika minum di pagi hari, hendakanya membaca al-Fatihah terlebih dahulu kemudian Ayat Kursi.
Kedua, jika di siang hari, maka membaca al-fatihah ditambah surat al-Quraish, al-Kautsar dan al-Ikhlas.
Ketiga, jika di minum tengah malam sama dengan apa yang dibaca di siang hari hanya saja ditambah dengan membaca ya Qowiyyu 116 X.
Keempat, jika di selain waktu diatas, maka cukup membaca al-Fatihah. Bisa juga ditambah ayat kursi.
Menurut sebagian ulama, maksud membaca al-Fatihah di sini adalah bertawassul atau menghadiahkan bacaan al-Fatihah kepada Rasulullah Saw, ulama, para wali, dan orang-orang sholeh yang sudah meninggal dunia. Terkhusus Munsyi’ul Qohwah Imam Abu Hasan Ali bin Umar Asy-Syadzili dan guru-guru kita yang menjadi mursyid atau pembimbing kita agar sampai kepada Allah SWT.
Dari sini jelas sekali, bahwa kopi merupakan minuman para ulama Salafush Shalih sejak zaman dahulu yang secara turun menurun diikuti oleh ulama Hadramaut sampai sekarang.
Tradisi menikmati kopi bagi ulama Hadramaut adalah bukan sekedar tradisi biasa yang tak bernilai ibadah sama sekali. Justru, mereka meminum kopi dengan tujuan taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan tubuh mereka bersemangat dalam melaksankan ibadah dan dzikir kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam.