Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad. Dikatakan mukjizat karena dari sisi kebahasaan dan kesusastraan, al-Qur’an sulit ditandingi, bahkan masyarakat Arab yang dikenal dengan keahliannya membuat syair dan puisi, tidak ada yang mampu menandingi keindahan bahasa al-Qur’an. Ini membuktikan al-Qur’an bukanlah buatan manusia, tetapi diturunkan Allah secara langsung untuk menjadi petunjuk manusia.
Ketua Komunitas Musisi Mengaji (KOMUJI) Chapter Jakarta, Kikan Namara, percaya bahwa setiap muslim percaya al-Qur’an sebagai kitab pedoman hidup. Tapi permasalahannya bagaimana cara menjadikan al-Qur’an itu sebagai kitab petunjuk, mengingat al-Qur’an itu berbahasa Arab dan tidak semua orang bisa memahami kandungannya dengan baik dan tepat.
Apalagi dalam memahami satu ayat masing-masing orang bisa berbeda dalam menafsirkannya. Orang awam yang tidak mengerti ilmu tafsir tentu bingung melihat hal ini, bagaimana bisa al-Qur’an yang dibaca sama, tapi masing-masing ayat melahirkan penafsiran yang berbeda-beda.
“Lagi-lagi pertanyaannya, mengapa ragam penafsiran itu bisa terjadi, apa sikap kita, dan mana yang harus dipilih?” ujar Kikan yang pernah menjadi Ambasador Duta Damai Dunia Maya BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) pada tahun 2017 itu.
Sebab itu, di kesempatan kali ini, KOMUJI (Komunitas Musisi Mengaji) kali ini menggelar kajian dengan tema “The Miracle of The Holy Qur’an”. Tujuannya ingin memberi penjelasan bahwa al-Qur’an itu memiliki bahasa yang sangat indah dan kesusastraannya tingkat tinggi, sehingga bisa melahirkan penafsiran yang berbeda-beda.
“Dari diskusi ini kami ingin mengetahui kenapa al-Qur’an memiliki bahasa yang sangat indah dan kesusastraannya tingkat tinggi, sehingga bisa melahirkan penafsiran yang berbeda-beda.,” ungkap Kikan dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Kikan, pertanyaan mendasar dari tema kali ini adalah bagaimana cara menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, sementara banyak orang tidak mengerti kandungan al-Qur’an.
Seperti biasa, KOMUJI akan mendatangkan dua narasumber yang pakar di bidangnya. Pertama, TGB. Muhammad Zainul Majdi yang akan membahas tentang ragam penafsiran al-Qur’an yang berbeda-beda dan apakah boleh menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan logika dan akal sehat.
Pembicara kedua, Ngatawi Al-Zastrouw, yang akan membahas tentang peran ulama nusantara dalam menafsirkan al-Qur’an, serta bolehkah al-Qur’an ditafsirkan sesuai dengan budaya lokal, dan bagaimana cara mengamalkan al-Qur’an tapi tetap mengikuti tradisi lokal agar kebudayaan nusantara tetap terlestarikan.
Acara KOMUJI kali ini akan diadakan pada hari Rabu, 29 Januari 2019 Pukul 17.30-22.30 dan bertempat di Selasar Gedung Medco Ampera Jl. Ampera Raya No. 18- 20, Jakarta Selatan