Peradaban Islam pernah amat berjaya di wilayah Eropa tepatnya di kawasan Andalusia atau yang kini sering dikenal sebagai bagian dari wilayah negara Spanyol. Salah satu peradaban Islam yang paling kuat di wilayah tersebut adalah kerajaan Granada yang terletak di kaki gunung Sierra Nevada. Granada menjadi salah satu kota yang menjadi simbol kejayaan Islam di Eropa seperti halnya kota Cordoba, Sevilla, Toledo, dan lainnya.
Dahulu, sebagian besar wilayah di Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) berhasil dikuasai oleh umat Islam selama lebih dari 700 tahun. Di tahun 900 Masehi, Umat Islam di wilayah Andalusia tersebut pun mencapai puncak kejayaan dengan prosentase penduduk muslim mencapai 80%. Dinasti Umayah II pun menjadi penguasa tunggal di wilayah tersebut dan menjadi kerajaan Islam yang paling maju serta stabil di wilayah daratan Eropa.
Namun sayangnya, Dinasti Umayah II runtuh pada tahun sekitar 1000 Masehi dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang disebut sebagai thaifah dan memiliki hak otonomi masing-masing. Dengan otonomi tersebut, mereka justru sering diserang oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa dari wilayah Utara melalui proses Reconquista. Satu per satu, mereka berhasil ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa dan hanya menyisakan satu kerajaan Islam terakhir yaitu Kerajaan Granada.
Di tahun 1240an Masehi, Granada menjadi satu-satunya kerajaan Islam yang tersisa di benua biru. Terletak di ujung selatan tanah Andalusia, Granada menjadi kiblat ilmu pengetahuan di Eropa yang sangat berpengaruh terhadap kebangkitan Eropa. Bahkan banyak pelajar dunia yang menuntut ilmu di beberapa pusat kajian keilmuan di Granada seperti Universitas Granada, Perpustakaan al-Hambra, dan lainnya.
Pasca jatuhnya Cordoba ke tangan kerajaan-kerajaan kristen Eropa, Granada membuat perjanjian dengan Kerajaan Castile agar mereka terlepas dari ancaman invasi kerajaan lain. Saat itu Kerajaan Castile yang menjadi salah satu kerjaan Kristen terkuat di Eropa pun sepakat dan mensyaratkan Kerajaan Granada untuk membayar upeti berupa emas setiap tahunnya. Selain mendapat jaminan dari Kerajaan Castile, Granada juga terlindungi dari invasi kerajaan lain karena letak geografis mereka berada di kaki pegunungan Sierra Nevada yang mampu menjadi benteng alami.
Meski dijamin aman oleh Castile selama 250 tahun, namun perjanjian tersebut mulai goyah saat Putri Isabella dari Castile menikah dengan Raja Ferdinand dari Aragon. Pasalnya, kedua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia itu akhirnya memiliki cita-cita untuk menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak Islam di benua biru Eropa. Pertempuran sengit antara kerajaan Kristen Spanyol dengan kerajaan Granada pun tak terelakkan pada tahun 1482 Masehi.
Seluruh penduduk Granada berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan wilayah mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di daratan Eropa. Sayangnya, kondisi kerajaan Granada tidaklah solid. Pasalnya, Sultan Muhammad yang merupakan anak dari Sultan Granada melakukan pemberontakan terhadap ayahnya pada tahun 1483 Masehi dan menimbulkan perang saudara. Kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Raja Ferdinand dengan mendukung pemberontakan Sultan Muhammad terhadap sang ayah dan keluarganya. Akhirnya, Sultan Muhammad berhasil menguasai Granada namun pasukan Kristen justru berusaha mengambil wilayah-wilayah pedesaan di Granada.
Sultan Muhammad kemudian menyadari bahwa ia hanya dimanfaatkan sebagai pion untuk mengambil alih kekuasaan Granada dari tangan sang ayah. Raja Ferdinand pun memaksa Sultan Muhammad menandatangani surat penyerahan Granada kepada pasukan Kristen pada November 1491. Dan, Granada pun jatuh lalu berakhirlah kerajaan islam terakhir di Eropa.