Di Mekah orang-orang Quraisy menggembar-gemborkan kemenangan mereka dalam Perang Uhud. Mereka menyuruh para penyair mengumandangkan kemenangan itu, sekaligus mengejek Rasulullah Saw dan kaum muslimin.
Suasana kegembiraan mewarnai hampir seluruh rumah di Mekkah, penyanyi dan penari terdengar di setiap halaman. Khamar dituangkan, hewan-hewan disembelih, dan orang-orang Arab dari berbagai penjuru diundang untuk merasakan kegembiraan itu.
Uang yang sangat besar diberikan kepada penyair-penyair suku lain yang bersenandung mengejek Rasulullah Saw. Para penyair itu juga membakar semangat orang untuk mengerahkan seluruh kekuatan untuk menghadapi kaum muslimin setahun yang akan datang.
Semua ini bergema di seluruh pelosok Jazirah. Beberapa suku yang tadinya takut kepada kaum muslimin kini mulai berani mengangkat wajah. Getaran semangat ini juga dirasakan kaum Yahudi di Madinah. Oleh sebab itu timbullah keberanian mereka untuk meremehkan Rasulullah Saw, terutama di kalangan Yahudi Bani Nadhir yang merasa dirugikan.
Sejak Rasulullah Saw melarang pengikutnya pergi ke rumah-rumah judi, kemarahan Bani Nadhir semakin memuncak. Puncaknya, ketika salah seorang hartawan Bani Nadhir telah melarang kaum muslimin mengambil air dari sumur yang dimilikinya.
Kaum muslimin tersentak dengan perlakuan ini. Kini, harga segelas air lebih mahal dari sebotol khamar. Maka Rasulullah Saw menganjurkan para sahabatnya yang berharta untuk membeli sumur tersebut.
Utsman bin Affan adalah orang yang pertama kali menyambut seruan ini. Namun orang Yahudi itu menolak menjual lebih dari setengah sumurnya. Usman menaikkan tawaran harga sebuah sumur itu tiga kali lipat dari harga sumur biasa.
Begitu orang Yahudi itu mengizinkan Utsman bin Affan membeli sumurnya, Utsman segera menghibahkan separuh sumur ini kepada kaum muslimin. Semua orang boleh mengambil air untuk diri sendiri maupun untuk ternak tanpa harus membayar.
Rasulullah Saw amat bahagia dengan tindakan Utsman ini, sehingga beliau berucap, “Sesudah ini tidak ada bahaya apa pun bagi Utsman untuk setiap hal yang dilakukannya.”
Tindakan Utsman bin Affan merupakan buah dari rasa persaudaraan yang tulus. Persaudaraan seperti ini akan melahirkan seorang muslim yang saling mengutamakan, saling menyayangi, saling memaafkan, saling membantu dan saling melengkapi antara yang satu dengan lainnya.
Namun suku-suku musyrik yang membenci kaum muslimin dan orang-orang Yahudi tidak menyukai umat Islam yang makin lama makin bersatu dan makin makmur kehidupannya itu. Mereka mulai berani berulah dengan berbagai siasat kejam dan licik setelah Perang Uhud yang disusul tragedi pengkhianatan Ar-Raj’i yang disusul pengkhianatan Bir Ma’unah.
Kisah ini terdapat dalam kitab As-Sirah An-Nabawiyah li lbni Hisyam karya Syekh Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri terbitan Darul Fikr.