Ada-ada saja cara setan menggoda manusia. Bak ahli yang sudah terlatih, ia menerapkan godaan yang berbeda atas orang yang berbeda pula. Orang biasa yang digoda setan akan berbeda dengan ulama yang digoda setan. Godaan setan mungkin memiliki tingkatan. Godaan tingkat nabi, wali, ulama atau orang biasa tentunya berbeda.
Dalam kitab manaqib Lujjainud Dani fi Manaqib Syekh Abdil Qadir al-Jailani yang mengisahkan kisah dan sejarah Syekh Abdul Qadir al-Jailani pernah diceritakan godaan setan kepada Syekh Abdul Qadir.
Pada suatu malam, Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidur di sebuah rumah besar. Ia terbangun karena mimpi basah. Ia kemudian beranjak menuju tepi sungai untuk mandi. Ia kemudian kembali lagi ke tempat tersebut dan kembali tidur.
Tak disangka, ternyata ia mengalami hal yang sama berulang-ulang. Ia kembali mengalami mimpi basah selama empat puluh kali. Sadar bahwa ternyata ia sedang diuji. Akhirnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidak melanjutkan tidurnya.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani kemudian naik ke atas pagar rumah agar selalu terjaga. Ia menjaga agar ia tidak tidur dan tidak mengalami mimpi basah kembali.
Ternyata, hal itu merupakan ujian dari Allah karena Syekh Abdul Qadir al-Jailani sering menjaga kesuciannya. Saat ia berhadas, ia segera berwudhu dan shalat dua rakaat. Oleh karena itu, ia sama sekali tidak pernah duduk dalam keadaan berhadas.
Dalam kisah yang lain, saat Sultanul Auliyah (pemimpin para wali) ini shalat malam, tiba-tiba muncul sebuah cahaya bak penampakan Tuhan. Di balik cahaya itu ada suara tanpa rupa (hatif) yang memberikan pesan kepada Syekh Abdul Qadir. Pesan dalam sebuah cahaya itu agak mencengangkan dan menggiurkan.
“Wahai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu, sekarang aku telah memperbolehkan kamu melakukan seluruh hal yang telah aku haramkan,” ujar suara dari cahaya itu.
Baca juga: Syekh Abdul Qadir Jailani dan Nasrani yang Masuk Islam
Bukan malah bahagia karena mendapatkan previlage dari Tuhan, Syekh Abdul Qadir malah meneriaki cahaya itu.
“Pergilah engkau wahai setan laknat,” ujar Syekh Abdul Qadir yang telah mengetahui bahwa itu semua adalah ulah setan yang menjerumuskan dirinya.
Mengetahui bahwa bujukannya tak mempan bagi wali besar ini, setan pun lantas berkata, “Wahai Abdul Qadir, engkau telah berhasil lepas dari jeratanku berkat ilmu, pengetahuan atas hukum Allah, dan fikih yang telah engkau kuasai. Padahal aku telah berhasil menjerat 70 ulama tarekat dengan cara seperti ini.”
Setan pun mengakui kehabatan Syekh Abdul Qadir. Keberhasilannya mengetahui tipu daya buruk saat digoda setan tak lepas dari pengetahuannya bahwa Allah SWT tak akan memerintahkan hambanya untuk melakukan kejelekan.
Begitulah kehebatan Syekh Abdul Qadir Jailani. Kemasyhurannya sebagai Sulthanul Auliya (Rajanya para wali) tak ada yang meragukan. Namanya tak asing di telinga orang. Namun di balik itu, ia mengalami beberapa ujian yang cukup berat. Bahkan beberapa ujian yang telah dilampaui terkesan cukup aneh.
Pernah suatu hari Syekh Abdul Qadir al-Jailani berguru kepada Nabi Khidir. Mereka berdua berjalan memasuki kota Iraq. Sayangnya, ia tidak tahu kalau lelaki yang menjadi gurunya tersebut adalah Nabi Khidir.
Nabi Khidir memberi syarat kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani agar tidak membantah semua perintah dan permintaan Khidir. Karena membantah adalah sebab putusnya hubungan guru dan murid.
Tiba-tiba Khidir memerintahkan Syekh Abdul Qadir al-Jailani untuk duduk dan menyepi di tempat yang telah ditentukan.
“Wahai Abdul Qadir, duduklah di sini!” Kata Khidir kepada muridnya.
Tanpa membantah, Syekh Abdul Qadir al-Jailani lantas mengikuti perintah gurunya. Ia duduk di tempat yang telah ditentukan selama tiga tahun. Sayangnya, Khidir tidak menemaninya. Guru Syekh Abdul Qadir al-Jailani tersebut melah meninggalkannya sendiri. Bahkan Khidir hanya menjenguknya sekali setiap tahun.
Baca juga: 6 Tips Keluarga Harmonis ala Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Satu-satunya pesan yang dititipkan Khidir kepada muridnya tersebut adalah, “Jangan tinggalkan tempat ini hingga aku datang!” Dengan sekuat tenaga, Syekh Abdul Qadir al-Jailani berusaha untuk memenuhi perintah gurunya itu. (AN)
Wallahu A’lam.