Kisah Toleransi Kristen Koptik & Muslim di Mesir Ketika Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19

Kisah Toleransi Kristen Koptik & Muslim di Mesir Ketika Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19

Ini kisah sederhana tentang dua agama di Mesir yang penuh cinta

Kisah Toleransi Kristen Koptik & Muslim di Mesir Ketika Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19
Persaudaraan lintas iman: seorang muslim dan kristen koptik bergaul bersama dalam sebuah aksi protes di Tahrir Square, Mesir.

Kehidupan antara umat Islam dan Kristen di Mesir pada bulan Ramadhan tersaji dengan unik. Salah satunya adalah orang Kristen Koptik yang selalu menyiapkan makanan bagi kaum muslimin di wilayah Shobra, Kairo. Tidak hanya itu saja, umat Kristen di bulan Ramadhan juga menyumbangkan sebagian hartanya untuk warga yang membutuhkan.

Shobra adalah sebiah wilayah di ibukota Mesir dengan 590.000 penduduknya beragama Kristen. Di wilayah ini ketika bulan suci Ramadhan semangat toleransinya lebih terasa. Kaum Muslimin dan Kristen saling berbagi semangat.

“Saya tidak makan di depan orang yang berpuasa. Bahkan kami biasa menyiapkan berbuka puasa dan dibagikan di jalanan. Banyak yang bergabung pada bulan Ramadhan kali ini. Tapi karena ada pendemi corona virus kami harus hati-hati,” ujar Yasmin Tedros seperti dikutip laman arabnews.

Ditambahkan oleh Tedros, kebiasaan berbagi ketika Ramadhan itu dilakukan bersama dengan teman muslimnya lebih dari 20 tahun.  Tidak hanya menyiapkan hidangan bulan puasa saja, Seorang pemilik toko di Shobra Street bahkan menawarkan barang dagangannya dengan separuh harga.

“Saya biasanya menyumbangkan beras dan pasta untuk jamuan di jalanan. Namun di tengah pandemi COVID 19 kali ini saya memutuskan menyumbang makanan kepada warga Shobra yang lebih miskin,” kata Magdy Aziz pemilik toko.

Menurutnya apa yang dilakukannya adalah cara sederhana untuk menyebarkan kebaikan. “Apa yang saya lakukan berasal dari hati dan itu adalah cinta kasih Tuhan,” ujar Magdy yang kadang menjual barang dagangannya setengah harga pada bulan Ramadhan.

Lain halnya yang dilakukan Gerges Hanna. Ia yang berprofesi sebagai akuntan ini mengatakan, dirinya berusaha sebanyak mungkin untuk bertukar shift ke rekan kerja Muslimnya yang tidak bisa bekerka dengan kapasitas yang penuh.

“Saya bahkan selama Ramadhan iku membagikan kurma kepada orang yang lewat saat berbuka puasa,” katanya.

Berbeda dengan pengalaman dari Mahmoud Abdel-Hai. Laki-laki muslim yang berusia 80 tahun ini mengatakan,  selama hidupnya tidak pernah melihat perkelahian antara Muslim dan Kristen di bulan Ramadhan. Bahkan mantan guru sekolah ini biasanya kerap diundang tetangganya yang Kristen untuk berbuka puasa setidaknya sekali di bulan ramadhan.

“Namun kali ini tetangga itu meminta maaf tidak melakukannya karena pendemi COVID 9,” ujarnya.

Sikap toleransi ini menurut juru biacara Gereja Katolik Mesir, Rafik Greish, adalah bagian dari kesadaran diri umat Kristen Koptik. Pihak gereja selalu menanamkan pentingnya rasa hormat dan kasih sayang dengan tidak makan minum di bulan puasa selama matahari terbih hingga terbenam.

Ia pun menambahkan, menjelang Ramadhan pihak gereja juga membagikan paket sembago kepada fakir miskin. Menurutnya gereja ingin berbagi tradisi dan ritual dengan umat islam di bulan Ramadhan. Ini bukti-bukti sederhana bagaimana toleransi bisa dilakukan saat Ramadhan meskipun terjadi wabah.