Iblis adalah musuh nyata dan abadi bagi manusia hingga hari kiamat kelak. Iblis sudah bersumpah di hadapan Allah Swt bahwa ia akan menjadi musuh abadi bagi manusia. Iblis bersumpah:
(رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39
“Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Q.S. al-Hijr : 39)
Iblis akan selalu dan terus berusaha untuk menyesatkan manusia dengan berbagai cara sampai cita-citanya menjerumuskan manusia ke dalam neraka bisa berhasil. Allah Swt mempersilakan Iblis untuk menggoda dan berusaha menjerumuskan manusia dengan cara apapun dan mempersiapkan neraka Jahanam untuk Iblis dan para pengikutnya. Namun Allah Swt memberi peringatan kepada Iblis bahwa yang mampu ia jerumuskan adalah manusia-manusia yang mau mengikutinya. Sedangkan orang-orang yang ikhlas kepada Allah Swt, yang ibadah dan amalnya semata-mata hanya mengharap rida-Nya, maka Iblis tidak akan mampu menjerumuskannya. Allah Swt menjawab sumpah si Iblis :
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ (42) وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ (43
” Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, Yaitu orang-orang yang sesat. Dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.” (Q.S. al-Hijr : 41-43)
Di antara hamba Allah Swt yang berhasil selamat dari godaan Iblis adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullah. Seorang Waliyullah yang sudah sangat masyhur kewaliannya. Tingkatan kewalian beliau sudah sangat tinggi hingga mencapai derajat Wali Quthub (tingkat kewalian yang paling tinggi).
Suatu ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani bercerita kepada para muridnya bahwa ia pernah mengalami sebuah kejadian. Yaitu tiba-tiba muncul di hadapan beliau nur (sinar) sangat besar yang menerangi segala penjuru. Lalu nampak suatu sosok dari nur tersebut seraya berkata, “Hai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu. Dan Aku Sungguh telah menghalalkan padamu segala perkara-perkara yang telah aku haramkan.” Syekh Abdul Qadir menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk, sirnalah kau wahai la’in (makhluk yang terkutuk).”
Seketika itupun sinar tersebut hilang dan berubah menjadi asap hitam. Namun lagi-lagi iblis tidak putus asa. Ia tetap berusaha agar bisa menipu dan menjerumuskan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Walaupun ia telah gagal dengan tipuan yang pertama, ia tetap melancarkan tipuan selanjutnya. Iblis mencoba menjerumuskan Syekh Abdul Qadir menjadi orang sombong dan bangga diri. Iblis kemudian berkata kepada beliau, “Wahai Abdul Qadir, engkau telah selamat dariku sebab ilmumu dengan ketetapan Tuhanmu dan sebab keahlianmu di dalam hukum-hukum keadaan-keadaanmu. Sungguh, dengan tipuan seperti tadi, aku telah berhasil menyesatkan tujuh puluh orang dari ahli tarekat (ahli tashawuf) !” Namun sekali lagi, Syekh Abdul Qadir gagal ditipu oleh iblis, beliau menjawab,
” لِرَبٍّيَّ الْفَضْلُ وَالْمِنَّةُ “
“Keutamaan dan Anugerah hanya milik Tuhanku.”
Beliau tetap tawadhu’ dan merendah. Beliau sama sekali tidak merasa bahwa keberhasilan mengalahkan iblis adalah sebab beliau, akan tetapi sebab anugerah dan pertolongan Allah Swt, sehingga pujian hanya milik Allah Swt. semata.
Kemudian ada yang bertanya kepada Syekh, “Bagaimana bisa anda tahu kalau itu Iblis ?.” Beliau menjawab,
” مِنْ قَوْلِهِ ’أَبَحْتُ لَكَ الْمُحَرَّمَاتِ‘، فَعَلِمْتُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ “
“Dari ucapannya, ‘Aku halalkan padamu segala perkara yang diharamkan,’ dan aku tahu bahwa sesungguhnya Allah ta’ala tidak pernah memerintahkan perkara-perkara yang haram.”
Dari kisah di atas, kita bisa mengambil hikmah bahwa sampai kapanpun iblis tidak akan menyerah untuk menebar tipuan-tipuan bagi manusia. Kalaupun terlihat indah dan baik tipuan iblis namun pasti ujung-ujungnya akan bisa menjerumuskan kita ke dalam jurang kemaksiatan. Mungkin yang muncul di benak kita, “Lalu bagaimana cara kita bisa mengetahui bahwa apa yang kita alami adalah tipu daya syetan ?” Kita bisa belajar dari kejadian yang dialami oleh syekh abdul qadir al-jailani. Beliau mengetahui bahwa sinar itu adalah iblis sebab beliau mengukurnya dengan al-Qur’an. Sehingga, jika kita ingin mengetahui apa yang kita alami, maka kembalikanlah kepada Al-Qur’an, Hadits, pendapat para ulama’ dan ilmu-ilmu syariat. Apapun yang sesuai berarti itu benar dan ajaran yang baik. Sedangkan yang bertentangan berarti itu dari iblis dan sudah pasti menyesatkan. Dan yang paling penting lagi yang tidak boleh kita lupakan adalah selalu memohon kepada Allah Swt agar dijaga dan diselamatkan dari godaan dan tipu daya iblis dan setan.
Sumber: Abu Lathif dan Hanif Muslih bin Abdurrahman bin Qashid al-Haq ad-Demaki as-Samarani, an-Nur al-Burhan fi Tarjamah al-Lujain ad-Dani, Semarang, Thoha Putra, halaman 44 – 45.
Wallahu a’lam.