Seperti biasanya setiap sore di bulan Ramadlan, Syaikh Malik bin Dinar pergi berkunjung menziarahi kubur rijal shalihin (orang-orang shalih). di pemakaman dia selalu melihat bahlul, orang yang dikenalnya sakit ingatan. Orang itu duduk santai di dekat nisan siapa saja, berganti-ganti setiap hari.
Dan menurut Syaikh Malik– dia selalu berbuat aneh , ketika dia menengadah dia mengangkat tangan, dan ketika menunduk, dia merenung. Ketika dia menoleh ke kanan dia tertawa, dan ketika menoleh ke kiri dia menangis.
Dengan masygul, Malik mendekati Bahlul, “Mengapa kamu selalu di sini?” tanya Syaikh Malik.
“Saya senang di sini, sebab ketika saya datang tidak ada seorang pun yang menyakiti saya, Dan, jika aku pergi mereka tidak ada yang ngomongi atau mempergunjing saya,” jawab Bahlul.
“Kenapa setiap kamu menengadah, kamu angkat tanganmu” tanya Syaikh Malik yang kemudian menanyakan sikap-sikap Bahlul yang lainnya.
“Ketika saya mendongak, saya ingat firman Allah Swt: “Dan ada di langit rizki kalian dan apa yang saya janjikan pada kalian” (Q.S. Adzariyat; 22). Ketika saya menunduk saya ingat “dari tanah Aku ciptakan kalian dan di dalam tanah Aku kembalikan, dan dari tanah pula Aku keluarkan kalian untuk kali yang lain” (Q.S. Taha; 55). Ketika saya menoleh ke kanan aku teringat firman Allah Swt; dan golongan kanan alangkah bahagianya golongan kanan (Q. S. Waqi’ah; 27). Dan ketika saya menoleh ke kiri saya ingat firman; dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu, dalam kesengsaraan angin amat panas dan air panas yang mendidih dan dalam naungan asap hitam. (Q.S. al-Waqi’ah; 41-43).”
Sumber: K.H. M. Chalil Bisri, Menuju Ketenangan Batin, hal 79-80, Kompas.