Rupanya, kegalauan yang melanda sebagian besar pemuda zaman ini pernah juga dialami oleh pemuda-pemuda yang hidup di masa kejayaan Islam. Sama halnya dengan penyebab kegalauan zaman ini yakni perekonomian atau rejeki dan pasangan hidup atau jodoh, hal itu juga dirasakan oleh pemuda zaman dahulu. Memang masalah rejeki dan jodoh adalah perkara yang sangat meresahkan sebagian pemuda terlebih yang mereka tidak memiliki keyakinan yang kuat akan kekuasaan Allah Swt.
Seorang Sufi besar bernama Imam Ibrahim bin Adham pernah menjumpai seorang pemuda yang duduk termenung. Rupanya pemuda itu sedang galau, memikirkan hidupnya. Sang pemuka Sufi itu pun menghampiri pemuda tersebut dengan penuh akhlak dan keramahan.
Setelah memberi salam, Ibrahim bin Adham berkata kepada pemuda tersebut, “Duhai pemuda, bolehkan aku bertanya tiga hal, namun tolong jawablah pertanyaanku dengan jujur.”
“Baiklah, Wahai Imam, akan aku jawab pertanyaanmu dengan jujur,” Sahut si pemuda.
Ibrahim bin Adham bertanya, “Apakah ada suatu perkara yang terjadi di dunia ini yang luput dari pengetahuan dan kehendak Allah Swt ?”
“Tentu tidak ada,” jawab pemuda itu.
“Dan apakah rejeki yang Allah tetapkan kepadamu akan berkurang?”
“Pasti tidaklah berkurang,” jawab pemuda itu lagi.
“Apakah waktu kematian yang ditetapkan Allah kepadamu akan bergeser dan tertunda ?”
“Sungguh, tidak akan bergeser dan tertunda,” jawabnya.
Ibrahim bin Adham pun berkata, “Lantas, kenapa kamu masih galau?” Pemuda itu pun sadar dengan sikapnya yang salah.
“Yakinlah, bahwasanya pengetahuan dan kehendak Tuhan itu meliputi seluruh perkara atau perbuatan yang ada di alam semesta, maka mohonlah pertolongan kepada Allah SWT sebelum berbuat sesuatu agar bimbingan dan rahmat Allah selalu menyertai.”
“Rejeki adalah suatu perkara yang telah ditetapkan Allah Swt. kepada tiap ciptaan-Nya. Allah SWT tidak akan menzalimi makhluknya sedikitpun. Maka bekerja, doa, dan tawakal akan menjadi pegangan seseorang untuk menjalani kehidupan ini dengan ketenangan dan damai.”
“Sedangkan Kematian adalah hal yang pasti dialami setiap manusia. Tetapi kehidupan setelah kematian masih menjadi suatu misteri, kebahagiaan kah atau kesengsaraan kah yang akan diperoleh oleh seorang insan. Tuk itu mencari bekal untuk kehidupan setelah kematian adalah suatu keniscayaan untuk orang-orang yang menginginkan kebahagiaan.”
Wallaahu a’lam